Arrived

499 58 0
                                    

Fiat melihat ibunya sedang mengepak beberapa barang yang akan mereka bawa nanti. Fiat sudah selesai dengan perlengkapannya dan bermaksud melihat ibunya.

Fiat melihat sang ibu yang berkali menghela nafas membuatnya perlahan menghampiri Krist. "Jika mommy lebih bahagia disini. Aku juga akan bahagia. Yang penting aku selalu bersama mommy" . Ucapan Fiat membuat Krist menoleh. Dia mengelus kepala sang anak. Fiat terlalu pengertian. Bahkan tanpa Krist mengatakan apapun Fiat bisa mengerti isi hati Krist. "Mommy tak apa, Fiat. Hanya saja ini terlalu mendadak dan mengejutkan untuk Mommy"

"Kita akan baik-baik saja kan Mom?"

"Tentu saja"

"Fiat sudah tak sabar, pasti nanti Fiat akan punya banyak teman baru disana. Tapi Fiat akan merindukan Papa Tae dan Papi Tee. Kenapa mereka tidak ikut saja kembali ke Thailand. Papi Tee kan juga dari sana. Sama seperti Mommy"

Krist tertawa kecil mendengar celotehan Fiat. "Bagaimana bisa mereka ikut kita. Papi Tee jelas harus ikut dengan Papa Tae Fiat. Papa-mu seorang pebisnis yang terkadang harus berkeliling dunia"

"Aku ingin seperti Papa Tae suatu hari nanti. Bisa memiliki perusahaanku sendiri yang sekelas dengan Boston Dynamics nantinya" . Fiat berucap dengan bersemangat saat menyebut salah satu nama perusahaan asal AS yang sudah diambil alih oleh Hyundai Group Korea.

Krist mengamini dalam hati. Dia berharap kelak Fiat akan bisa mewujudkan impiannya.

***

Singto sedang sibuk menandatangani beberapa dokumen di ruang kerjanya. Hingga suara ketukan pintu terdengar oleh telinganya. "Masuk" dia menutup dokumen yang sedang ia baca. Dan megarahkan pandang ke pintu.

"Sing, kenapa kau tidak membalas pesanku" seorang wanita masuk begitu saja dan bergelayut manja di pundak Singto.

Singto yang merasa risih lalu melepaskan rangkulan itu secara paksa. "Bagaimana bisa kau masuk kesini. Pergi. Jangan ganggu aku yang sedang bekerja". Namun, wanita itu tidak mengindahkan tatapan marah milik Singto.

"Aku tidak melihat sekretarismu di depan jadi aku masuk saja. Lagipula aku calon istrimu, aku bisa masuk semauku"

"Calon istri? Apa kau sedang bermimpi di siang hari begini?" Ucap Singto remeh. "Aku tak pernah ingin menikah dan terikat hubungan semacam itu dengan siapapun termasuk kau" tunjuk Singto pada wajah wanita itu.

"Tapi Paman dan Bibi akan menjodohkan kita berdua. Dan aku sudah menyetujuinya Sing" suara wanita itu mulai meninggi dan menatap tajam pada Singto.

"Lalu kenapa jika kau setuju?"

"Kau–"

"Kau apa? Kau pikir karena ayahmu adalah salah satu investor di perusahaan ayahku lalu aku jadi takut dan akan menuruti keinginan bodohnya untuk menikah denganmu?"

"Pergi dari ruanganku, Gigie. Sebelum kupanggil keamanan untuk mengusirmu" ucap Singto datar.

Wanita bernama Gigie itu menghentakkan kakinya lalu pergi dari sana dengan membanting pintu.

Singto memijat keningnya pelan, orangtuanya memang sudah gila. Sudah berapa kali dia menolak perjodohan-perjodohan tidak penting itu. Dan semuanya akan mundur secara teratur, tapi tidak dengan Gigie yang berusaha keras meskipun Singto sudah menolak. Bahkan wanita itu tidak peduli dengan harga dirinya sendiri demi mendapat perhatian dari Singto. Dia pernah datang ke kantor Singto dengan menggunakan gaun diatas lutut yang terkesan kurang bahan.

MI CASA (Singto x Krist)Where stories live. Discover now