Safe

464 62 6
                                    

Oaujun terus mencoba kembali menghubungi Fiat. "Kita bisa membalas pesan jika pemilik jam tangan ini yang mengirimkan pesannya terlebih dahulu paman"

"Apa yang dia kirim. Cepat katakan !" Ujar Singto tak sabar.

"Fiat hanya bilang, tolong aku paman. Aku mencoba mengiriminya pesan balasan, tapi sinyalnya sangat rendah. Aku yakin dia masih mencoba berlari paman. Aku pikir bahkan ini bisa digunakan untuk menelepon"

Singto mengusap wajahnya kasar, dia yakin Fiat pasti ketakutan sekarang. Tangannya mengepal erat, matanya mulai berembun.

"Aku tidak akan melepaskan siapapun yang sudah menyakiti anakku seperti ini"

***

Di lain tempat Fiat masih mencoba berlari, inginnya tadi berdiam diri di tempat yang sinyalnya cukup kuat. Namun ternyata para penculik itu mengejarnya, dia dapat mendengar teriakan mereka.

Sebuah pesan masuk di jam tangannya.

"Fiat, lari kearah barat. Disana ada pantai. Pastikan kau bisa mendapat sinyal yang lebih kuat. Kami sedang menuju ke tempatmu !"

Fiat senang bukan main. Uh, matanya berkaca. Dia tidak mau membuat orang tua dan orang-orang di sekitarnya khawatir. Dia membuka fitur kompas berusaha mengetahui dimana arah mata angin. Dia harus menghemat daya jam tangan miliknya.

Setelah menemukannya dia segera berlari dengan hati-hati. Disini gelap, hanya ada penerangan dari cahaya bulan. Dia tidak boleh semakin membahayakan dirinya sendiri.

"Hey Bocah ! Jangan lari kau !"

Fiat terkejut tentu saja, "sialan, apa mereka bisa melihatku?"

****

"Krist, makan dulu ya nak. Sedikit saja. Kau belum makan dari tadi" bujuk ibu Krist.

Krist hanya menggeleng lemah, tatapannya kosong. Dirinya sangat mengkhawatirkan Fiat. Bagaimana keadaannya saat ini, apa dia sudah makan. Apa Fiat baik-baik saja. Air mata turun dari sudut matanya.

"Krist, tenanglah. Mereka sedang mencoba menyelamatkan Fiat. Kau harus yakin jika Fiat tidak apa. Ingat juga, ada janin di perutmu nak. Perhatikan dia juga" tutur ibu Krist pelan.

"Tapi Mae, ini semua salahku. Seharusnya aku tidak membiarkan Fiat turun. Seharusnya aku saja" ucap Krist sambil menangis. Hatinya tak karuan. Mana mungkin dia bisa tenang saat anaknya sedang diluar sana dan tidak diketahui keadaannya.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu. Kau harus tenangkan dirimu. Ingat janin ini". Tangannya mengelus perut ratanya. Mencoba untuk mengambil nafas dalam. Dia sadar, dia juga harus memperhatikan kandungannya.

"Sekarang makan sedikit na"

Setelah terdiam cukup lama akhirnya Krist menganggukkan kepalanya.

Di ruang tamu masih ada Tee dan Gulf. Ciize dan Nat sudah pulang diantar oleh Max, itupun dengan paksaan karena mereka bersikeras ingin tetap tinggal dan menunggu kabar dari Fiat. Sedangkan ayah Singto dan ayah Krist sedang berada di ruang kerja Singto. Mereka memantau perusahaan, takut jika ini ada kaitannya dengan itu.

"Apa Phi Tae tak menghubungimu?" Tanya Gulf pelan.

"Belum, mungkin mereka belum sampai. Atau memang disana tidak ada sinyal"

Mereka terdiam lagi, Fiat sudah seperti anak untuk mereka. Untuk Gulf, meskipun dia baru bertemu dengan Fiat, namun daya tarik anak itu benar-benar membuatnya seperti memiliki anak sendiri, selain Nat tentu saja. Sedangkan Tee, hey dia yang ikut merawat Fiat sedari kecil. Bahkan, Fiat memanggilnya Papi.

MI CASA (Singto x Krist)Where stories live. Discover now