My Dad

645 62 3
                                    

Krist terdiam di sofa ruang keluarga sambil tertunduk. Didepannya ada kedua orang tuanya yang menatap penuh kelembutan. "Pho.. Mae". Bagaimana tidak, mereka terkejut melihat Singto yang tertidur pulas sambil terduduk di sebelah ranjang kamar Fiat. Ini juga kesalahan Krist yang lupa jika ada Singto di rumah dan membiarkan orang tuanya langsung masuk ke kamar Fiat. Alhasil pemandangan itu yang didapat.

Ibunya tersenyum lalu menepuk pundak Krist pelan. "Tak apa Krist. Kami sudah mengetahuinya. Tee yang bercerita pada kami lewat telepon"

Krist langsung mendongak. "Kenapa Tee tidak bilang padaku. Kebiasaan" marahnya dengan bibir mengerucut. Ayahnya tertawa, "Kau ini seperti tidak tau kebiasaan Tee yang mudah keceplosan. Dia tidak berniat menceritannya, hanya saja dia terlanjur bilang jika kau sedang bertemu dengan Singto waktu itu. Jadi dia menceritakan semuanya"

"Kami hanya diam karena kami tau kalian sudah dewasa. Apalagi sudah menjadi orang tua. Anak kalian bahkan sudah memasuki usia legal. Jadi kami membiarkan kalian untuk menyelesaikan masalah kalian. Kami hanya bisa mendukung dari belakang Nak"

Krist meremat tangannya, "maaf tidak mengajak Phi Singto menemui kalian. Aku hanya terlalu fokus pada Fiat sehingga melupakan fakta bahwa seharusnya Phi Singto menemui kalian"

Ayah Krist tersenyum, "Kami mengerti. Tidak akan mudah mengubah hati seseorang. Tapi jangan sampai kalian menyerah ya"

Krist tersenyum dan mengangguk. "Kami tidak akan menyerah lagi Pho"

"Kalau begitu biar kami pulang dulu. Pho takut Singto akan merasa canggung jika ada kami disini. Jangan bilang padanya jika kami datang. Bersikaplah seperti tak terjadi apa-apa. Katakan saja pada Fiat jika kami terjebak macet dan akan menemuinya besok"

Krist tertawa kecil, "dia pasti akan merajuk setelahnya

"Cucuku memang menggemaskan" ujar Ibu Krist sambil tertawa membayangkan bibir cucunya yang akan mengerucut karena merajuk.

"Kalau begitu kami pulang dulu ya. Jaga kesehatan kalian", Krist memeluk ibu dan ayahnya bergantian. "Pho dan Mae juga ya. Jangan terlalu sering pergi keluar kota. Jika ada pekerjaan kalian bisa mengandalkan aku"

"Ey, kami tak setua itu". Mereka tertawa sambil berjalan kearah pintu utama. "Hati-hati Pho Mae" teriak Krist sambil melambaikan tangan pada mobil orang tuanya yang perlahan menjauh.

Krist bergegas masuk ke dalam. "Astaga ini sudah sore. Waktunya Fiat minum obat lagi". Krist masuk kedalam kamar Fiat dan melihat ayah anak itu masih tertidur pulas. Dia sedikit meringis melihat posisi Singto yang setengah terduduk karena badan bagian atasnya tertidur pada ranjang. "Pinggangnya pasti akan sakit" gumamnya.

Senyuman terbit di wajah Krist. Mengingat jika tadi siang Singto dengan telaten menyuapi Fiat dan memberinya obat. Meskipun Fiat lebih banyak diam dan belum ada pembicaraan yang berarti diantara keduanya namun Krist sudah merasa cukup lega.

Krist mendekat dan mengecek suhu badan Fiat. Sudah mulai turun meskipun masih hangat. Dia akan membersihkan tubuh Fiat setelah ini. Krist membangunkan Singto perlahan. "Phi"

Tak perlu waktu lama bagi Singto untuk bangun saat mendengar panggilan Krist. Sontak dia menegakkan duduknya. "Auhh !", ringisnya sambil memegangi pinggang bagian belakangnya.

Krist ikut meringis dibuatnya, "Itu karena Phi tidur dalam posisi seperti ini. Ayo aku bantu duduk di sofa" ujar Krist sambil membantu Singto untuk bangun dengan pelan. Lalu mendudukkan Singto di sofa. "Apa masih sakit Phi?"

"Sudah tidak apa sayang. Ada apa membangunkan Phi?"

"Ini sudah sore Phi. Waktunya Fiat bangun tapi aku akan membersihkan badannya dulu"

MI CASA (Singto x Krist)Where stories live. Discover now