New Danger?

467 53 5
                                    

Krist terbangun karena bias cahaya yang masuk dari celah gorden kamarnya. Dia mengernyit dan melihat jika tangan Singto melingkar di perutnya yang tak tertutup apapun. Semalam Singto mempunyai permintaan aneh dan memintanya untuk tidur tanpa memakai baju. Iya, hanya tidur saja. Memang apa yang kalian pikirkan.

Dasar pria tua banyak mau.

Krist mengangkat tangan Singto pelan lalu bangkit dan mengenakan piyamanya. Dia keluar dari kamar dan pergi kearah dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia bangun terlalu pagi sepertinya, karena maid bahkan belum datang.

Krist ingin menuruni tangga dan melihat pintu kamar Fiat. Membuatnya seketika ingat pembicaraannya dengan Singto semalam.

Dia berjalan kearah dapur dengan sedikit melamun. Mencoba mulai menyiapkan sarapan dnegan memanggang roti. Pertanyaan Singto kemarin tak ayal membuat Krist jadi memikirkannya. Bahkan hingga pagi ini dia menyiapkan sarapan. Niatnya kemarin saat Fiat pulang dia ingin menanyakan sesuatu pada anaknya itu. Namun, dia urungkan karena melihat binar bahagia dari sang anak. Mungkin sudah baikan.

Hingga sebuah tepukan di pundaknya membuat Krist terkejut. "Tuan Krist, rotinya hampir gosong"

"Astaga, yaampun. Kenapa aku melamun sih. Terimakasih ya, Bi"

"Apa Tuan lelah, biar saya yang meneruskan"

"Ah tidak bi. Untung saja Bibi melihat tadi. Sudah biar aku saja yang meneruskan"

"Baiklah Tuan, permisi"

"Astaga, cerobohnya aku" gumam Krist lalu mengganti roti yang tadi dengan roti baru.

"Hmm, bau apa ini?" Krist menoleh saat mendengar suara Singto dari belakang. Krist tersenyum, "maaf Phi. Tadi rotinya gosong"

"Kok bisa sampai gosong, sayang" Singto mendekati Krist lalu merengkuh pinggang ramping kesayangannya. 

"Huh, aku melamun Phi"

"Kau melamunkan apa hmm?"

Krist terdiam dan bingung ingin menjawab apa.

"Kau memikirkan pertanyaan Phi kemarin?". Krist menatap Singto lalu mengangguk pelan.

Singto memegang pundak Krist agar dia bisa berhadapan dengannya. "Lihat Phi. Jangan terlalu dipikirkan tentang itu. Kita bisa mengajaknya untuk memeriksakan diri nanti. Apa kita ke Seoul saja dan menemui Mr. Kim?"

Krist menatap Singto ragu, "Tak apa, yang penting kita harus tetap menjaganya sekarang. Jangan sampai kita kecolongan, karena kita tidak tau keadaan dia. Kita harus fokus ke pernikahan kita yang tinggal menghitung hari hmm. Nanti kita bicarakan ini dengan Fiat. Apa yang sebenarnya kau fikirkan sampai seperti ini?"

"Phi, bagaimana jika memang benar Fiat sepertiku. Jika dia tidak mau menerimanya bagaimana?"

Singto tersenyum dan mengecup kening Krist pelan. "Percaya pada Phi. Fiat sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusannya sendiri"

Krist akhirnya ikut tersenyum, sedikit banyak hatinya sudah merasa tenang. Namun sekarang kegugupannya berganti mengingat beberapa hari lagi dia akan mengucap janji suci dengan Singto.

"Kenapa masih pucat begitu?"

"Uh, aku gugup Phi. Bagaimana jika dalam pengucapan janji suci nanti aku melupakan kalimat janjinya"

Singto tidak bisa tertawa mendengar jawaban dari Krist. Menggemaskan sekali miliknya ini. "Kalau lupa ya Phi bantu nanti"

"Ish Phi malah menertawakan aku. Tapi Phi semuanya aman kan?"

"Aman sayang. Sampai undangan tersebar kemarin, tidak ada hambatan berarti. Kau tenang saja ya"

Krist tersenyum dan melanjutkan acara masaknya. "Ya ampun Phi. Rotinya gosong lagi !"

MI CASA (Singto x Krist)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora