08. Apa Yang Terjadi?

133 107 14
                                    

Sebelum baca boleh lah vote dan comment dulu.

Selamat membaca..

"Jangan lupa ntar di lapangan futsal jam lima." Peringat Ardan seraya merangkul pundak Fandy.

"Gue pasti datang." Balas Fandy lalu tersenyum menampilkan dimple di kedua pipinya. Senyumannya yang terlihat sangat manis, ya walaupun Fandy adalah tipe pria yang sangat jarang tersenyum terhadap orang-orang yang tidak ia kenal, paling hanya teman-teman dekatnya saja ia murah senyum.

Sekarang ini mereka berlima memasuki kantin, dan untungnya kantin tidak seramai tadi jadi mereka dengan leluasa untuk memesan makanan dan waktu istirahat tinggal dua puluh menit lagi. Waktu yang cukup untuk makan dan mengobrol dengan teman-teman.

"Eh ini kantin tumben banget sepi ya?" Ujar Ethan seraya celingak-celinguk.

"Lah mana gue tau." Sahut Ardan acuh seraya mengangkat kedua bahunya.

Reza mengabaikan percakapan dua kawan sejoli itu, ia mengalihkan pandangan matanya lebih tepatnya menatap lurus di pojok sebelah kantin yang sedang ada keramaian. "Di sana ada apa tuh rame-rame?" Katanya.

Mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Reza, keempat temannya sontak menoleh secara bersamaan mengikuti arah pandang Reza. Memang benar, terlihat di meja paling pojok sangat ramai sekali, sampai-sampai sebagian siswa yang ada di kantin pergi untuk melihat apa yang sedang terjadi, namun beberapa siswa memilih untuk acuh dan menikmati waktu istirahat mereka dengan baik.

"Samperin ke sana yuk." Ajak Ardan. Pria ini, dimana ada keributan atau kegaduhan ia harus ada di sana untuk melihat saja bukannya melerai.

Kelvin tidak menyahut ketika seruan teman-teman yang memanggilnya, pria itu masih terfokus melihat dua orang gadis yang sangat ia kenali wajahnya, bagaimana tidak? Salah satu di antaranya adalah Nara—Sahabatnya.

Pria itu pun berlari kencang dan di susul oleh keempat temannya. Sesampainya di sana, Kelvin membelah kerumunan dengan mendorong kasar siswa-siswi yang menghalangi langkahnya.

"Jangan Lo pikir hidup lo bakalan aman di sini setelah lo dengan sengaja numpahin minuman itu ke gue." gadis dengan rambut hitam panjang itu menjeda kalimatnya seraya menatap nyalang ke arah Nara.  Terlihat dari baju hingga roknya sudah terkena tumpahan minuman.

"Lo berani nolongin dia berati Lo juga yang harus menjadi bahan bully an gue!" Tegasnya lagi bahkan buku-buku tangannya terkepal kuat dengan tatapan tajam dan menusuk.

"Gue gak takut sama cabe kayak lo yang kerjaannya cuma bisa bully adik kelas, cih." Balas Nara sinis.

Gadis berambut hitam panjang itu menghampiri Nara lalu menjambak rambut Nara. Tidak mau kalah, Nara pun balas menjambak rambut Gadis itu sehingga terjadilah saling menjambak rambut.

"Nara!!" Kelvin menghampiri kedua gadis yang berselisih itu di bantu oleh Fandy untuk melerai keduanya gadis yang sedang berkelahi sambil jambak-jambakan.

"Dania, jauhin tangan lo dari rambutnya Nara!" Seru Kelvin seraya menjauhkan tangan Gadis itu dari rambut Nara sehingga aksi jambak-jambakan itu terselesaikan.

Gadis dengan rambut hitam panjang yang di ketahui namanya adalah Dania tampak mematung menatap terkejut ke arah Kelvin. Untuk apa Kelvin ada disini? Pikir Dania.

Nafas Nara memburu serta rambutnya yang teracak tidak karuan akibat jambak-jambakan tadi.

Salah satu dari temannya membisikkan sesuatu di telinga kanan Dania, "Dan. Kita pergi aja dari sini, takut ntar pak Tono datang."

Dania mengangguk namun sebelum melangkah ia menatap Nara dan Kelvin secara bergantian dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Setelah itu ia beserta teman-temannya melangkah pergi dari sana dengan perasaan marah.

Para siswa-siswi yang menonton kejadian tadi langsung berhamburan pergi untuk melanjutkan aktivitas mereka yang sempat tertunda.

Tanpa pikir panjang Nara langsung menghampiri Anjely yang berdiri tak jauh darinya dengan kepala yang menunduk takut.

"Maaf..." Lirih Anjely masih ada di posisi yang sama, namun Nara dapat melihat setetes air mata Anjely yang jatuh di atas tangan Nara.

"Hey, untuk apa lo minta maaf. Lo gak salah kok," Nara mengangkat pelan wajah Anjely lalu mengusap air mata dengan kedua jari jempolnya, "gue anterin lo ke kelas ya." Tawar Nara sedangkan Anjely yang tidak enak menolak ajakan dari Nara langsung mengikuti.

"Nar, gue ikut?" Tanya Eva seraya menunjukkan dirinya sendiri.

"Lo makan aja dulu nanti gue nyusul." Ucap Nara lalu ia berlalu dari sana bersama dengan Anjely.

༺♥༻

Di sinilah mereka berdua dengan Nara yang menyisir rambutnya yang tadi sempat acak-acakan dan Anjely yang diam—larut dalam pikirannya sembari memainkan jari-jari tangannya.

Nara melirik sekilas ke arah gadis yang sedang duduk di deretan bangku paling depan. Anjely sama sekali tidak berkutik, ia terus saja memainkan jari jemarinya sehingga membuat Nara jadi bersimpati melihatnya. Bagaimana bisa gadis lugu ini harus menjadi bahan bully an kakak kelasnya itu? apa yang salah darinya? Seperti yang Nara ketahui bahwa gadis ini sama sekali tidak memiliki teman, walaupun Nara tidak terlalu memerhatikan teman-teman sekelasnya tetapi Nara tahu kalau gadis ini tidak pernah mau berbicara dengan siapapun di kelas, bahkan teman sekelasnya tidak ada yang mau berteman dengan Anjely. Yang Nara tahu hanya Fandy saja yang pernah berbicara dengan Anjely saat hari pertama mereka masuk kelas itu.

"A—aku minta maaf atas kejadian yang tadi. Gara-gara aku, kamu jadi kayak gini." Ucap Anjely dengan kepala yang menunduk.

Nara langsung menghampiri Anjely lalu berjongkok untuk melihat wajahnya sembari menggenggam tangan Anjely.

"Udah, lo jangan terus-terusan minta maaf sama gue, ini sama sekali bukan salah lo," Ucap Nara sembari tersenyum getir bahkan ia ingin menangis karena ikut merasakan apa yang Anjely rasakan, "jangan nangis lagi dong! Gue ikutan nangis nih," Nara berdiri sembari cemberut seperti anak kecil, Anjely mendongak dengan cepat serta melihat ekspresi gemas Nara yang seperti itu membuat Anjely tersenyum, "Nah gitu dong senyummmm." Ucap Nara lalu memeluk Anjely lalu Anjely pun balas memeluk Nara. Ini pertama kali bagi dirinya ada seseorang yang memeluknya saat menangis. Ini sangat mengharukan.

Nara melepaskan pelukannya lalu melangkah ke bangkunya untuk mengambil tas ranselnya lalu ia merogoh  roti yang ada di tasnya lalu ia menarik kursinya untuk duduk berdekatan dengan Anjely.

"Jely, gue bawa banyak roti nih kita makan bersama yuk." Tawar Nara sembari mengeluarkan empat buat roti dan menaruhnya di atas meja Anjely.

"Kamu saja yang makan, lagipula tadi kamu gak sempat makan, 'kan?" Ucap Anjely.

"Siapa bilang? Gue tadi pagi udah sarapan kok di rumah." Bohong Nara padahal ia sangat lapar. Biarlah untuk hari ini saja ia makan roti, ia tidak ingin meninggalkan Anjely sendirian di sini jadi ia memilih untuk menemani gadis itu di kelas, "ayo makan." Ucap Nara lalu membuka bungkusan roti itu dan memberikannya kepada Anjely.

"Terimakasih, Nara." Ucap Anjely tidak enakan.

"Jangan berterimakasih sama gue, ayo habiskan lo pasti lapar." Ucap Nara sembari mengunyah rotinya.

Anjely mengangguk lalu memakan roti pemberian dari Nara.

"Btw nama lengkap lo Anjelyna Diva," ucap Nara sembari melihat denah tempat duduk yang berada di samping papan tulis, "boleh gak kalo gue manggil lo dengan sebutan Elin atau Elina?" Tanya Nara.

Gadis bernama Anjelyna menganggukkan kepalanya kencang sepertinya ia suka jika Nara memanggil namanya seperti itu.

"Oke gue manggil lo Lina aja." Final Nara sembari tersenyum sumringah, "Ohh ya. Gue Kinara, lo boleh manggil gue Nara aja biar gampangan." Ucap Nara.

Lina mengangguk senang sekaligus ia merasa sangat bersyukur karena ada yang mau berteman dengan dirinya. Lina baru pertama kali merasakan yang namanya pertemanan, dan sekarang sudah tidak ada lagi kesendirian yang ia rasakan sebelumnya.

TO BE CONTINUED

20 Maret 2022

KELVINARحيث تعيش القصص. اكتشف الآن