12. Kejadian di Pagi Hari

131 105 30
                                    

Haiii, siapa nih yang malam Minggu cuman di rumah aja? Ayo angkat tangan 🙂

Sebelum baca ingat vote dulu ya guys, kalau bisa comment tiap linenya. Terimakasih 💙

Selamat membaca kawan-kawan...

———

Gue hanya ingin cari tempat dimana gue bisa di anggap ada, dimana setiap kali gue cerita ada yang mendengarkan bukan malah di anggap angin lalu yang tidak ada artinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue hanya ingin cari tempat dimana gue bisa di anggap ada, dimana setiap kali gue cerita ada yang mendengarkan bukan malah di anggap angin lalu yang tidak ada artinya.
—Kinara Adistiana—

Pagi itu seperti biasanya Kelvin selalu menjemput Nara, padahal dulunya Nara hanya naik bus atau di antar-jemput oleh papanya, namun kali ini Kelvin lah yang mengantar-jemput Nara karena om Baswan selalu mempercayakan Nara kepada Kelvin. Selain itu, Kedua orang tua mereka memang saling berteman dengan baik bahkan dulu saat Kelvin dan Nara masih bayi, mereka pernah bersama apalagi jarak rumah yang saling berdekatan, jadi tidak heran kalau mereka berdua selalu ke sekolah bersama.

"Gue ke kelas duluan ya, kebetulan gue ada piket sekarang." Ujar Nara seraya menggenggam kedua tali tas ranselnya yang di gendong.

Kelvin yang sedang menata rapi rambut jadi menoleh, "jam istirahat gue cari lo ke kelas."

Salah satu alis Nara mengkerut heran, "ngapain?" Tanyanya.

"Ngajak lo ke kantin bareng." Balas Kelvin santai.

"Gue bisa kali ke kantin sendiri."

Mendengar ucapan Nara membuat Kelvin menganjurkan bibir bawah ke depan seperti tidak percaya.

Nara merotasikan bola matanya malas, kemudian berlalu dari sana tanpa mengatakan sepatah katapun.

Awalnya Nara melangkah menelusuri koridor seorang diri namun tanpa disangka-sangka langkahnya terhenti, semua orang disekitar tiba-tiba menjauh ketika seseorang dengan sengaja menuangkan air perasan pel dari lantai 2. Setelah dirasa air perasan pel itu habis dari ember, seorang gadis itu dengan sengaja menjatuhkan ember berwarna merah sehingga ember tersebut menutupi wajah Nara.

"Rasain tuh air pel!!" Ucap seorang gadis dari lantai atas disertai dengan tawa kencangnya.

Dari ujung rambut hingga ujung sepatu telah basah akibat orang itu. Terdengar tawa dari orang yang berada disekitarnya. Bukannya membantu, mereka malah menertawakan. Ada apa dengan mereka semua?

Nara mengambil ember yang bertengger menutupinya dan membuang ember itu asal, ia benar-benar muak dengan apa yang dilakukan oleh orang yang ada di lantai 2.

Dengan segera, Nara berjalan dengan langkah lebar menaiki tangga untuk mencari orang tersebut, tidak peduli jika itu kakak kelasnya. Nara dengan keberanian yang dimilikinya menarik kerah baju perempuan yang tadi menuangkan air perasan pel itu.

Semua orang yang berada di dalam kelas terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nara.

"Lo apa-apaan sih?! Datang-datang narik bajunya Dania. Gak punya sopan santunnya jadi Adek kelas!" Salah satu temannya Dania yang tidak Nara kenal bersuara.

KELVINARWhere stories live. Discover now