09. Why Not?

146 107 16
                                    

Haiii, udah hampir 2 minggu aku gak update, pasti ada yang kangen ya... Gak deh canda.

Vote dan comment dulu dong, baru boleh baca baca. Maaf ya kalo part ini agak absurd.

Selamat membaca kawan-kawan...

***

"Nara ayo pulang, tuh Kelvin udah nungguin lo di depan kelas tuh." Ujar Eva yang sudah bersiap menggendong ranselnya lalu melihat teman sebangkunya yang masih memasukkan beberapa buku-buku paket.

"Terus lo pulang sama siapa?" Tanya Nara mengernyitkan keningnya setelah selesai dengan aktivitasnya.

Eva terlihat sedang menimang-nimang pertanyaan yang di lontarkan oleh Nara. Bukannya menjawab pertanyaan teman sebangkunya, Eva malah memanggil Fandy yang hendak berdiri.

"Fan," panggil Eva dan Fandy pun menoleh, "lo gak ada rapat OSIS, 'kan?"

Fandy menggeleng, "gak ada, Va. Kenapa?"

"Anterin gue pulang. Nara pulang sama Kelvin jadi gue gak ada teman naik bus." Ucap Eva. Biasanya dirinya dan Nara akan pulang sekolah bersama dengan menaiki bus lalu menghabiskan waktu ke mall atau jalan-jalan.

Fandy mengangguk lalu berjalan keluar menghampiri Kelvin.

"Tuh, Nar gue di anterin pulang." Ucap Eva sombong sehingga membuat Nara merotasikan bola matanya.

"Iyain deh." Cibir Nara lalu ia menghampiri Lina yang sudah berjalan lebih dahulu menuju pintu.

"Lina, pulang sama gue yuk?" Tawar Nara dengan senyuman yang masih mengembang.

"Gila lo! Gimana bisa Kelvin bonceng lo berdua." Ucap Eva secara spontan karena terkejut dengan ucapan Nara.

"Hmmm yaudah deh Lina di anterin sama Kelvin aja." Ucap Nara yang membuat Kelvin secara otomatis langsung menatap Nara.

"Terus lo pulang sama siapa?" Tanya Kelvin cepat.

Nara melihat satu persatu teman-teman Kelvin yang berdiri di depan kelas. Kalau Ardan dan Ethan sudah sangat pasti Nara tidak mau boncengan dengan mereka, yang ada nanti Nara bukannya di ajak ke rumah melainkan di ajak jalan-jalan.

"Gue aja yang nganterin dia pulang." Ucap Reza lalu berjalan mendekati Lina dan menggenggam pergelangan tangan kanan Lina.

Bukan hanya Lina saja yang terkejut dengan perlakuan yang secara tiba-tiba itu, tetapi mereka semua yang berada disana pun juga di buat terkaget-kaget. Mengapa tidak? Reza adalah pria yang di kenal sangat irit bicara, ia paling hanya akan berbicara sekedarnya saja, bahkan untuk mendapatkan tawa atau senyum Reza sangatlah sulit, pria itu seperti kulkas yang memiliki delapan pintu.

Sepeninggalnya Reza dan Lina. Mereka berenam masih berada di depan kelas dengan ekspresi yang sama-sama melongo.

"Gilaaa!! Baru kali ini gue liat Reza genggam tangan cewek." Seru Ethan tidak percaya dengan apa yang ia lihat, sedangkan teman-temannya yang lain tidak bisa berkata-kata atau sekedar menyahut seruan Ethan.

༺♥༻

Reza mengajak Lina di parkiran-tepatnya Reza sedang menaiki motor lengkap dengan helm yang dikenakannya, namun perempuan di sampingnya itu masih diam dengan kepala sedikit menunduk seraya memainkan jemarinya.

"Naik." Suara berat Reza mampu membuat Lina terkesiap, perempuan itu langsung menatap Reza dengan pandangan takut-takut.

"I-itu... Aku gak bawa helm." Ucap Lina, gadis itu takut jika ia salah bicara dengan Reza, apalagi laki-laki itu tidak mengeluarkan ekspresi apapun.

KELVINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang