01. Kinara Adistiana

208 115 63
                                    

“Jangan Mencintai Kalau Ujung—Ujungnya Akan Saling Membenci.”

————

 "Gue mau putus,"

"Mari kita kembali di saat kita tidak saling mengenal satu sama lain,"

"Ra.. gue mau hubungan kita berakhir sampai di sini dan tolong lo jangan temui gue dan gue harap lo bisa ngelupain gue." ucap seorang pria sembari menatap gadis yang berada di hadapannya.

Gadis itu hanya tersenyum getir. Hatinya benar-benar rapuh namun ia berusaha untuk tetap tegar. Ia bersikeras membendung air matanya agar tidak mengalir membasahi pipinya. Kedua tangannya sudah meremas ujung hoodie nya karena menahan air mata yang sebentar lagi akan terun. Detak jantungnya kian berdegup lebih kencang menahan rasa sesak pada dadanya.

Ia tidak ingin menangis di hadapan pria itu atas apa yang pria itu katakan. Mengapa pria itu tega memutuskan hubungan dengannya? Apa kesalahan yang gadis itu lakukan? Selama ini ia tidak pernah sedikitpun melakukan kesalahan.

Lihatlah pengunjung kafe sedang memerhatikan mereka berdua, dan untung saja pengunjung di kafe tersebut tidak terlalu ramai.

"Jadi... Lo ingin putus karena cewek itu? Teman sekelas lo?" Bahkan untuk bicara saja gadis itu merasa kelu.

Tidak ada sahutan dari pria dihadapannya.

"Gue udah tau semuanya, bahkan saat gue pacaran sama lo. Lo sudah suka sama dia dan gue..." Kalimatnya tergantung, "Cuma pelarian lo doang?" Lirihnya seraya menatap getir wajah pria di depannya.

Pria itu memalingkan wajahnya, enggan untuk melihat mata gadis itu, karena semuanya sudah terbongkar.

"Jadi gue benar.." Kinara, gadis berambut panjang yang kerap di sapa Nara sedang memalingkan wajahnya untuk menahan air matanya lalu ia tertawa hambar, ada perasaan kecewa di dalam dirinya.

Nara mengusap cepat air mata yang baru saja turun dari pelupuk mata, "Oke, hubungan ini berakhir dan gue ucapin selamat buat lo, semoga hubungan kalian langgeng." ucap gadis itu sembari tersenyum kaku.

Tanpa mendengarkan ucapan sang pria, Nara berlalu meninggalkan pria itu seorang diri yang kini sedang termenung atas apa yang di ungkapkan oleh gadis itu.

nara tidak menyangka kalau hubungan yang ia jalani selama hampir satu tahun kini sudah berakhir. Tidak ada yang bisa ia harapkan dari cinta pertamanya, bahkan kenangannya masih terus terlintas dengan sendirinya, walaupun kenangan yang ia dapatkan hanya pada saat memulai hubungan.

Nara ingat betul saat pria itu mengajaknya untuk berpacaran dan ia berharap hubungannya tidak pernah berakhir, namun ternyata ia salah.

Ucapan itu masih berdengung di kepalanya bagaikan kaset rusak yang masih terus berputar. Sulit baginya untuk melupakan pria itu, dan kini ia merasa kalau cinta pertamanya begitu menyakitkan ketika tau pria yang ia cintai sudah memiliki pacar.

Bodoh sekali ia yang baru mengetahui bahwa pacarnya berselingkuh beberapa bulan yang lalu, tetapi ia masih tetap mencintai pria tersebut. Memang, cinta itu benar-benar buta sampai ia rela melakukan apa saja demi pacarnya, tanpa mempedulikan dirinya sendiri.

Nara berjalan menuju rumah dengan langkah yang gontai, bahkan sampai saat ini ia masih menahan air matanya. Rasa kecewa, sedih, sakit, dan emosi. Semua sudah tercampur aduk dan ia ingin meluapkan itu semua.

Tanpa disadari hujan mulai turun dengan deras seakan semesta mengerti perasaannya saat ini, serta angin yang berhembus kencang menerpa kulit Nara, namun gadis itu masih tetap berjalan dengan langkahnya, karena ia masih larut dalam pikirannya.

KELVINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang