2

37.5K 2.8K 234
                                    

Alina berada di kamarnya bersama Ikbal.
Ia berbagi cerita, tertawa bersama, dan saling menyalurkan kasih sayang.

Ikbal terdiam sebentar, ia memikirkan kakaknya yang berubah. Biasanya kakaknya akan marah bila Ikbal mendekatinya.

"Ikbal," ucap Alina mengguncang tubuh Ikbal.

"Ah, iya kenapa kak?." Ikbal tersadar dari lamunannya.

"Kamu kenapa diam?." Tanya Alina.

"Gak papa kak." Jawab Ikbal tersenyum.

"Kak mau tanya. Kakak kan selalu marah jika aku mendekatinya!." Ungkap Ikbal pelan.

Alina tersenyum mendengar ucapan Ikbal.
"Maafkan kakak ya, jika selama ini kakak selalu berbuat kasar kepadamu, selalu membentak jika kamu berdekatan sama kakak. Tapi, kakak janji. Kakak akan selalu bersama Ikbal terus, menyayangi Ikbal sepenuh hati." Ucap Alina panjang lebar.

Ikbal terharu. "Iya, kak makasih." Ucap Ikbal memeluk Alina.

"Sudah, sudah kok adek kakak ini cengeng ya?." Goda Alina melepaskan pelukannya.

"Isshh, kakak selalu menggoda ku." Rajuk Ikbal yang ditertawakan Alina.

"Kakak sudah mengingat memory kakak ya?" Tanya Ikbal senang.

"H-hah iya kakak agak sedikit mengingatnya, bal." Ucap Alina berusaha tidak gugup.

"Ouh, syukurlah." Angguk Ikbal.

"Ekhm, bal kamu umurnya berapa?" Tanya Alina.

"Aku 17 tahun kak," jawab Ikbal.

"Hanya beda satu tahun dong sama kakak, kok bisa ya kita beda satu tahun?." Bingung Alina.

"Mungkin Momy kejebolan kali, kak." Tawa Ikbal.

"Haha... Bisa jadi." Ucap Alina tertawa bersama Ikbal.

"Aku lebih senang kakak yang sekarang." Batin Ikbal.

"Kakak mau mandi soalnya ini badan udah lengket," ucap Alina.

"Iya kak Ikbal juga mau balik ke kamar ya." Ucap Ikbal.

"Oke." Ucap Alina.

Ikbal pergi meninggalkan Alina.

Di ruang tamu

"Lah si neklam amnesia." Ucap Angga.

"Mungkin hanya akal-akalan dia saja untuk mendekati Vano." Ujar Gilang.

"Bodoh." Batin seseorang jengah melihatnya.

"Vano aku mau pulang soalnya aku belum beres-beres rumah." Ucap Sila dengan suara yang di imut-imutkan.

"Aduh gemes banget sih." Ucap Vano mencubit hidung Sila.

"Dasar bucin." Cibir Angga.

"Ihh, sakit tau." Ucap Sila cemberut.

"Vano, kasian adek gw di cubitin." Sinis Gilang menatap Vano.

"Adek lu Alina goblok bukan Sila." Batin seseorang.

"Haha... Aduh maaf." Ucap Vano.

"Heem, ayok." Ajak Sila.

"Gw duluan." Dingin Vano.

"Aku duluan ya, bay." Ucap Sila pergi bersama Vano.

"Pulang." Singkat Samuel pergi.

"Gw juga pulang ya." Ucap Angga menyusul Samuel.

"Assalamualaikum." Salam Angga.

"Wa'alaikumsalam." Jawab si kembar.

"Lang," panggil Gilang.

Alina or Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang