31

21.8K 1.9K 51
                                    

"Mau masak apa, nih?" Tanya Zahra, yang sudah menyiapkan peralatan masak.

"Bahan makanan yang ada di dalam tas, masak aja." Jawab Alina.

"Okelah," ucap Zahra.

"Airnya kagak ada," gumam Zahra celingak-celinguk.

"Biar gw cari," sahut Alina.

"Eh, emang gak papa, Lin. Mending gak usah deh, takut hilang lu nya," cegah Zahra Cepat.

"Bener kata, Zahra." Timpal Giska.

"Gw bukan bayi lagi, yang mudahnya hilang," ucap Alina malas.

"Siniin embernya," ucap Alina mengulurkan tangannya.

"Nih, tapi harus cepet balik ya," ucap Giska memberikan ember.

"Biar gw temenin," ujar Bunga.

"Gak usah," jawab Alina cepet. Ia langsung pergi.

"Dasar keras kepala," umpat mereka bertiga.

Alina melangkahkan kakinya, ia mampir dulu ke tendanya pak Rendy untuk izin.

"Assalamualaikum, pak." Salam Alina.

"Wa'alaikumsalam," ucap Pak Rendy yang sedang makan.

"Maaf pak, mengganggu acara makannya," ujar Alina sopan.

"Ouh gak papa, Lin." Ucap pak Rendy.

"Ada apa, ke sini?" Tanya pak Rendy.

"Saya izin mau ambil air di sungai, pak. Apakah bapak izinkan?" Jawab Alina.

"Boleh, tapi jangan jauh-jauh, selepas ambil air langsung pulang ya!" Tegas Pak Rendy.

"Oke, pak."

"Dah, Alina duluan." Alina pergi dari tendanya pak Rendy.

"Anak itu, sungguh berubah." Gumam Pak Rendy.

Alina menyelusuri hutan, ia berjalan sendiri tidak ada yang menemaninya. Sama sekali pun Alina tidak takut. Sungguh jelas, ini Alana bukan Alina. Masa, Queen of Darkness takut, apa kata orang nanti.

"Gw pusing bangke," gerutu Alina menendang batu krikil yang berada di depan.

"Andai aja king gak mati, gw udah bahagia." Menolog Alina.

"King, apakah kamu bisa muncul di hadapanku," ucap Alina ngaur, "lah, emang bisa," lanjut Alina terkekeh.

"Hai, Queen." Sapa seseorang.

"Anjir, suara siapa tuh. Kok gw jadi merinding ya," ucap Alina bergidik ngeri.

"Katanya mau ketemu," ucap orang itu.

"Woy siapa lu anjir, jangan nakut-nakutin gw, lo gak tau aja gw Queen of Darkness." Ucap Alina memasang kuda-kuda.

"Kamu lucu," ucapnya lagi.

"Nampakin wujud lo anying, gw hajar dah lo," kesel Alina.

"Berani ngomong kasar, hmm." Ucapnya dengan suara serak nan berat.

"Kayak kenal suaranya, tapi siapa ya?" Pikir Alina mengetuk-ngetuk keningnya.

"Yakali, king. Dia kan udah gak ada, jangan hayal dah," pikir Alina menggelengkan kepalanya.

"Ini aku Queen, king mu."

"K-king," ucap Alina terbata-bata.

"Iya, aku king mu, orang yang sangat kamu cintai."

"Mana bisa, kamu kan udah gak ada." Ucap Alina.

Tring

"Gimana? Belum percaya, hmm?" Ucap orang itu.

"H-hah kok bisa," kaget Alina melihat wujud di depannya.

"Aku emang udah mati, tapi aku bisa muncul lagi karena ada sesuatu yang belum aku selesaikan," jelas King.

"Gara-gara pembunuh itu kan, aku udah ketemu orang yang udah membunuh kamu," ucap Alina menggebu-gebu.

Mereka duduk di bawah, menggunakan pohon yang sudah tumbang sebagai alasnya.

"Dengarkan aku, Queen. Orang yang kamu tuduh itu, bukan pelakunya-" Alina menyela pembicaraan King.

"Tapi aku lihat sendiri, setelah aku datang ke ruangan itu, aku lihat dia memegang pisau di perut kamu," sela Alina sendu.

"Kamu salah paham, dia ingin menyelamatkan aku dengan cara mencabut pisaunya, tapi sayang, nyawa aku udah gak tertolong lagi," jelas King.

"Maaf king, selama ini aku salah." Ucap Alina menunduk.

"Tidak apa-apa." Senyum King.

"Lalu, siapa pembunuhnya?" Tanya Alina.

"Kamu inget, di ruangan itu ada tiga orang?" Tanya King. Alina menganggukkan kepalanya.

"Mereka berdua adalah sahabatku, namun, di antara mereka ada yang iri terhadap ku. Aku tahu kamu pintar, pasti kamu sudah menyimpulkan siapa yang bunuh aku!" Jelas King bersemirik.

"Ka H," jawab Alina menginisialkan namanya.

"Pintar. H adalah orangnya," sendu King.

"Tapi kenapa, H selalu deket sama kamu di banding V, H selalu bersamamu tiap harinya sedangkan V, dia jauh denganmu." Ucap Alina tak menyangka.

"Ingat kata Vincenzo, bahkan orang yang paling dekat denganmu adalah orang yang paling berpeluang mengkhianatimu,"

"Gak nyangka aku," nanar Alina.

"Jangan sedih ya, sekarang kamu fokus sama masalahmu dulu. Jika kamu ingin menyelesaikan masalahku, kembali dulu ke tubuh mu yang asli." Kata King.

"Iya. Tapi, kamu kok kamu bisa tahu, kalo aku adalah Alana?" Bingung Alina.

"Apa sih yang aku gak tau,"

"Hmm. Aku akan beri pelajaran setimpal dengannya," tekad Alina.

"Gak usah bunuh dia, mending bawa ke pihak berwajib. Jangan mengotori tanganmu," cegah King.

"Baiklah, baiklah," pasrah Alina.

"Bau-bau ada yang mau pacaran nih," ucap king menggoda.

"Ishhh sebel deh, aku juga bingung, king. Aku masih cinta sama kamu, tapi apa bisa kita bersatu?" Sendu Alina.

"Tapi ini perasaan Alina atau aku, ya?" Lanjutnya.

"Ini perasaan kamu, Lan. Alina yang asli telah menutup hatinya. Jadi, belajarlah membuka hati untuk seseorang," ucap King.

"Tapi aku maunya sama kamu," sedih Alina.

"Aku akan menjadi nomor satu di hatimu, walaupun suatu saat kamu mendapatkan penggantiku. Lihatlah Ikbal, dia begitu mencintaimu dengan tulus. Bukalah hati untuk dia, karna dia adalah masa depan untukmu, jika masalah ku selesai, aku akan balik lagi ke alam ku." Kata King menjelaskan.

"Hiks ... Andai aja kamu masih ada," tangis Alina.

"In syaa Allah aku akan menerimanya dengan ikhlas,"

"Nah gitu dong, ini baru Alana yang aku kenal. Jika kamu punya anak dengan Ikbal, pasti anak mu akan sedikit mirip denganku!" Tutur King membuat Alina tersentak kaget.

"H-hah gimana ceritanya?" Tanya Alina tidak mengerti.



TBC

Alina or Alana [END]Where stories live. Discover now