27

23.2K 1.8K 16
                                    

"Kak, bukti tuh hama gimana?" Tanya Alina.

"Dari data yang kakak dapet sih cuman ini," ucap Adam memberikan selembar map.

Alina langsung membacanya. "Ouh karna harta." Gumam Alina.

"Thanks, kak." Ucap Alina.

"Lan," panggil Bunga.

"Dalem,"

"Beli keperluan camping, kapan?" Tanyanya.

"Lusa aja," jawabnya.

"Oke,"

"Lan, kakak pulang ya. Sebentar lagi mau malam," ucap Adam.

"Iya kak, hati-hati ya." Ucap Alina.

"Lana antar ke depan."

Setelah sampai di bawah, Alina masih melihat Vano dkk masih ada di ruang tengah.

"Bay, kak. Hati-hati di jalannya." Ucap Alina.
Motor Adam dkk sudah melaju, kini Alina sudah masuk ke dalam lagi.
.
.
.

"Huft,"

"Pengen cepet nih masalah selesai, biar gw bisa lega dan balik lagi." Pekik Alina.

"Hai, Lan." Sapa Alina yang asli tiba-tiba.

"Astaghfirullah, setan." Kaget Alana.

"Lu ngagetin aja dah," sentak Alana.

"Ya maaf." Cengir Alina.

"Ngapain ke sini?" Tanya Alina.

"Main," jawabnya.

"Ouh iya Lan, tinggal 2 mingguan lagi masalah nya selesai, kurang lebih sih gitu.
Tapi gak tau lagi tuh ke depannya gimana," kata Alina memberitahu.

"Bisa lah, mungkin ada tambahan hari untuk acara from night," ucap Alina.

"Gw akan bongkar rahasianya pas acara itu,"

"Oke lah, gw mah seterah lu," ujar Alina.

"Emm ... Ini gw yang ikut tuh acara atau lo?" Tanya Alana.

"Elo Lin. Gw ada firasat setelah acara from night bakal terjadi sesuatu, tapi gw gak tau itu apa." Ucap Alina.

"Yang penting bongkar rahasia si hama dulu, firasat lu biar gw yang urus." Ucap Alana.

"Baiklah ... Makasih ya Lan, lu mau bantu masalah gw, para murid di sekolah pun sudah percaya sama gw. Tapi, cuman 2 orang lagi yang belum sadar. Yaitu Abang gw." Ujar Alina.

"Tentang Abang lo, pasti akan sadar setelah melihat kebusukan tuh si hama." Ucap Alana.

"Dan untuk Arthan sama Samuel, mereka berdua udah tau kok siapa Sila sebenarnya, tinggal Abang lo sama temen Abang lo doang yang belum sadar." Lanjutnya.

"Gw akan kasih tau jati diri gw kepada Ikbal." Tegas Alana.

"Yakin? Tapi-"

"Tenang aja, gw bisa ngatasin kok." Sela Alana.

"Oke, semoga aja Ikbal bisa menerima nya." Ucap Alina.

"Setelah masalah selesai, lo akan balik ke tubuh ini kan?" Tanya Alana.

"Entahlah, gw lebih nyaman seperti ini." Jawab Alina.

"Dengan seperti ini, lo gak menghargai perjuangan gw selama ini. Dengan mudahnya lo ngomong kaya gitu, Lin." Marah Alana.

"Bukannya gitu, Lan. Tapi gw juga gak tahu apakah bisa gw kembali lagi," ucap Alina.

"Mungkin bisa," ucap Alana.

"Makasih, Lan. Udah bantuin gw." Tulus Alina.

"Belum gw terima permintaan makasihnya, sebelum lu balik ke tubuh ini lagi." Ucap Alana.

"Tapi-"

"Pikirkan baik-baik, masih ada orang yang mengharapkan lo, lihat Momy dan Dady lo, mereka sedih di saat tau kalo gw bukan Alina." Ucap Alana memotong pembicaraan Alina.

"Gw akan pikirkan lagi tentang ini, tapi butuh waktu." Tegas Alina.

"Hmm."

"Ouh iya Lin, mungkin Ikbal akan menerimanya, secara lo kan orang yang paling di cintai Ikbal." Tutur Alina.

"Maksudnya apaan sih, gw kagak ngerti. Kemarin lu juga bilang gitu ke gw?" Bingung Alana.

"Lo inget gak pas di Amerika," Alana menganggukkan kepalanya, "lo pernah di tabrak sama seorang cowok pas lagi jalan, terus cowo itu nolongin lo, dan di saat itu juga lah cowok itu jatuh cinta pada pandangan pertama." Jelas Alina.

"Jadi?" Tanya Alana.

"Bego, dia Ikbal. Dia cinta sama lu, dari kelas 7 SMP sampai sekarang, dia masih mencintai lu," tuturnya.

"Hanya gw yang tahu tentang Ikbal, bahkan nyokap ama bokap gak tahu tentang itu." Jelas Alina.

"Hah." Kaget Alana.

"Berarti dia yang waktu itu. Tapi kok dia bisa tahu nama gw?" Tanyanya. Alana inget, pas ia di tolong pun ia langsung pergi, hanya mengucapkan terimakasih tanpa perkenalan.

"Lu model anjir," umpat Alina.

"Ouh iya juga ya, pasti semua orang tahu tentang gw."

"Terus? Terus?" Penasaran Alana.

"Ya intinya gitu, Ikbal masih mencintai lu, ya walaupun mustahil jika bersama." Tutur Alina.

"Gw juga gak tahu, gw nyaman jika bersama dengan Ikbal, entah itu perasaan cinta atau kasih sayang seorang kakak." Bingung Alana.

"Ikuti kata hati lu, Lan. Pasti dapat jawabannya. Jangan lupa sholat istikharah." Ingat Alina.

"In syaa Allah, Lin." Ucap Alana.

"Ouh iya Lin. Samuel, Arthan, dan Kevin. 3 orang itu mencintai lu, jadi hanya lu yang bisa memilih satu di antara mereka. Jika Vano tersadar mungkin Vano juga ikut mengejar lo, selamat memilih yang terbaik untuk lo." Ungkap Alana.

"Hmm." Angguk Alina sedikit bingung.

"Yaudah kalo gitu, gw mau balik ke alam gw." Ucap Alina.

"Oke, bay kak Alina." Ucap Alana.

"Bay, adek ipar." Tawa Alina langsung menghilang.

"Kak Lina," pekik Alana. Pipi Alana seperti kepiting rebus, omaygat dia baper.

"Andra, apakah aku harus mencari penggantimu?" Sedih Alana.

"Dia harus mati." Tekad Alina. Ia juga masih bingung apakah dia yang telah membunuh Andra, tapi di tempat kejadian itu ada 3 orang laki-laki. Pas gw datang ke tempat itu, hanya dia yang memegang pisau di perut Andra, dan satu orang lagi menghilang.

"Jadi bingung," gumam Alana.



TBC

Alina or Alana [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum