25

23.7K 1.9K 4
                                    

Alina kini berada di suatu ruangan VIP bersama temannya. Ia sengaja memilih tempat di situ karna ada suatu hal yang Alina bicarain.

"Permisi, Mis. Silahkan mau pesan apa?" Tanya waiters.

"Makanan spesial dari cafe ini." jawab Alina.

"Baik, Mis. Silahkan di tunggu." Ucap waiters. Lalu pergi.

"Kok pelayan itu panggil kamu, Mis?" Tanya Giska.

"Sudah biasa." Jawab Alina.

"Panggilan Mis bukannya tertuju pada pemilik Cafenya ya?" Bingung Zahra.

"Iya," jawab Alina.

"Ouh," angguk Zahra. Sedetik kemudian, "BERARTI LU PEMILIKNYA?" Teriak Zahra, di tatap tajam teman sekelasnya.

"Bocor nih telinga," gumam Arga, yang duduk dekat dengan Zahra.

"Iya," jawab Alina santai.

"Iya-iya terus," cibir Zahra. "Berarti lu beneran pemiliknya, lu juga dong yang pemilik perusahaan A'XPRATION COMPANY?"

"Iya juga sih, tapi kan, pemilik perusahaannya itu berasal dari London bukan Indonesia?" Timpal Arga.

"Huft, gw jelasin. Jangan ada yang memotong pembicaraan gw," ucap Alina.

"Iya," jawab mereka.

"Gw bukan Alina. Gw adalah Alana lebih tepatnya Alana Apriliana Purnama. Gw adalah CEO dari A'XPRATION COMPANY, gw membangun perusahaan itu dengan dukungan keluarga gw, dan sekarang terbukti jika perusahaan gw jadi no 1." Ucapnya.

What Alana?

Purnama? Anjir itu keluarganya mafia semua

Q-Queen of Darkness

Anjir ternyata adkel toh

Ucap mereka.

"Q-Queen," bungkuk hormat Feri.

"Hmm."

"Lu kenal Alana?" Tanya Gery kepada Feri.

"Kenal! Dia adalah Queen of Darkness, leader mafia, dan ketua geng motor." Jawab Feri.

"Mantep, kagum gw ama lu." Puji Gery tertuju pada Alana.

"Kalo lu Alana, terus Alina dimana?" Tanya Arga.

"Alina ada di samping kalian!" Jawabnya.

"Alina mati!" Pekik mereka.

"Iya, tapi gak tau juga sih. Gw juga bingung gimana caranya keluar dari nih tubuh kalo masalahnya udah selesai." Ujar Alina.

"Gak tau juga," ucap mereka.

"Keluarga lu udah tau, maksudnya keluarga Alina?" Tanya Ridwan.

"Udah, kecuali Ikbal, dan si kembar." Jawab Alina.

"Gw mohon rahasiain ini, kalo ada yang membocorkannya lihat aja apa yang gw lakuin ke kalian!" Alina tersenyum miring.

"I-iya kami janji!." Ucap mereka ketakutan.

"Dan gw minta bantuan boleh?" Tanya Alina.

"Iya boleh kok, sans aja." Jawab Arga mewakili mereka.

"Bantuin gw untuk membongkar rahasia si Sila, gw udah punya bukti yang kuat." Ucap Alina.

"Tugas kita?" Tanya mereka.

"Kalian hanya bantu gw untuk dapat bukti tentang si Sila lagi, pasti pas acara camping si Sila bakal bikin drama tuh, nah kalian rekam kejadian itu. Acara from night kita bongkar rahasianya, soalanya gw kagak mau lama-lama lagi. Kasihan ama si Alina gw, udah masalahnya gak kelar-kelar masa iya gw ulur waktu." Ucap Alina panjang lebar.

"Oke," jawab mereka.

"Gw udah ngomong panjang-panjang, eh di balesnya cuman oke doang." Gumam Alina mengusap dadanya.

"Permisi, ini makanannya, Mis." Ucap pelayan membawakan makanan.

"Ok, makasih." Balas Alina.

"Silahkan, makan." Ucap Alina kepada temannya.

Mereka lalu makan hidangan yang di sajikan oleh para pelayan.

"Bucin terus," sindir Arga melihat Noval dan Bunga.

"Iri tanda tak mampu," ejek Noval, yang makan di suapi oleh Bunga.

"Ka Arga kan Ada ka Giska." Sahut Alina.

"Ayang Giska suapin aa Arga dong," pinta Arga.

"Jijik gw," ucap Giska. "Jangan panggil kakak, panggil aja nama."

"Iya-iya."

"Enak banget kuenya," puji Ridwan memakan kue.

"Bawa pulang sabilah, Lin." Ucap Ridwan bercanda.

"Boleh kok,"

"Yang bener?" Binar Ridwan. Tadinya cuman bercanda doang.

"Iya,"

"Makasih ya," Alina menganggukkan kepalanya.

• • •

"Bosannya," gumam Alina.

Alina sudah pulang dari Cafe sedari tadi. Sekarang ia merasa bosan kalo berdiam diri di rumah terus.

Ia berada di balkon kamarnya, ia melihat pedagang bakso yang berhenti di depan rumah Alina. Mungkin ngobrol sama pak satpam kali, pikir Alina. Eh ngomong-ngomong soal bakso Alina jadi lapar.

Alina melihat di depan balkon nya itu ada pohon mangga yang merambat ke tembok halaman depan rumahnya. Jadi ia menggunakan situasi itu untuk langsung ke pedagang bakso, tanpa turun tangga.

Alina mulai naik ke pohon mangga melewati pembatas balkon. Ia sudah berada di ranting pohon mangga yang ukurannya besar dan kuat. Ia berhenti sejenak. Lalu mengambil hpnya.

Lalu Alina menelfon ka adam.

"Hallo, kak Adam." Ucap Alina.

"Iya, dek. Ada apa?"

"Kak, kata si Bunga kakak udah dapet bukti tentang dia." Ucap Alina. Ia sengaja tidak menyebutkan namanya, karena ia melihat Vano dkk sedang ngumpul di balkon kamar Si kembar.

"Udah, dek. Kakak lupa untuk memberitahu kamu,"

"Yaudah, kakak main kesini aja kak. Biar Alina kirim alamatnya." Ucap Alina.

"Oke, kakak bawa mereka ya." Ucap Adam. Yang di maksud mereka adalah Azam dkk.

"Iya, kak." Ucap Alina langsung mematikan telfonnya. Ia juga mengirimkan lokasi kepada Adam.

Otw pesan dari kak Adam.

Alina berteriak kepada pedagang bakso.

"MANG BAKSO, JANGAN PERGI DULU. DIAM AJA DI SITU SOALNYA ALINA PENGEN BELI." Teriak Alina dari atas pohon.

Mang Bakso yang mendengar teriakan itu langsung celingak-celinguk.

"DI ATAS POHON MANG." Teriak Alina yang melihat mang bakso bingung.

Mang Bakso mendongkak ke atas. OUH, SIAP NENG." Balas mang bakso teriak.

"WOY ALINA, NGAPAIN LU DI SITU." Teriak Ata dari balkon kamar Si kembar.

"Nangkring," ucap Alina. Pohon dan kamar nya si kembar juga lumayan dekat. Karna kamar nya Alina berada di tengah antara kamar Ikbal dan si twins G.



TBC

Alina or Alana [END]Where stories live. Discover now