20

24.5K 1.9K 18
                                    

Di kamar bernuansa hitam putih, terlihat gadis yang enggan bangun dari tidurnya. Tubuhnya yang masih terlilit selimut tebal, dan keadaan tidurnya yang bisa di katakan tidak beraturan.

Waktu sudah menunjukkan jam 06:35, namun gadis itu masih belum bangun. Sebuah alarm pun tidak bisa membangunkannya, kalo gini caranya, sang ibu lah yang harus turun tangan, tidak lupa dengan senjata kebanggaannya, mungkin seorang anak akan terbangun.

Tok
Tok
Tok

"Alina, bangun." Ucap seseorang dari luar pintu yang tak lain adalah Momynya. Ya gadis yang masih bergutat dengan mimpinya itu adalah Alina, si pembuat onar.

"Buset dah, nih anak belum bangun juga," gerutu Zahra.

Ceklek

"Astaga, nih pintu kagak di kunci,"

Zahra masuk ke dalam kamarnya Alina, ia melihat sang anak masih di bungkus oleh selimut tebalnya, ia menggelengkan kepalanya melihat gaya tidur anaknya.

"ALINA BANGUN." Teriak Zahra di pinggir kasur Alina.

"Hoam... 3 hari lagi, Mom." Ucap Alina masih memejamkan matanya, dengan 3 jari yang di angkat ke atas.

"3 hari mbahmu," dengus Zahra.

Zahra memukul kaki Alina. Lalu ia membukakan selimutnya.

"Alina bangun, ini udah jam 06:40." Pekik Zahra di telinga Alina.

Alina langsung bangun dari kasurnya. "APA? ALAMAK TERLAMBAT AKU, MOM." Teriak Alina langsung ngacir ke kamar mandi.

"Astaghfirullah," istighfar Zahra menghadapi kelakuan anaknya.
Zahra keluar dari kamar Alina.

Galang dan Gilang sudah berangkat, begitu juga Ikbal, dia sudah berangkat. Tadinya Ikbal mau nungguin Alina tapi, karna paksaan dari Zahra di suruh langsung berangkat, dia menurutinya.

"Duh nih rambut susah banget dah di sisir, lama-lama gw potong juga nih," gerutu Alina menyisir rambut.

Alina sudah menguncir rambutnya. Setelah itu ia langsung memoleskan sedikit makeup di mukanya, dan lip balm di bibirnya. Ia melirik ke kaca, melihat penampilannya apa sudah rapi atau belum.

"Nih kancing segala nginep lagi," Alina membenarkan kancing bajunya.

"Selesai," ucapnya.

"Let's go!." Seru Alina.

Ia turun ke bawah.

"Sarapan dulu sayang," ucap Zahra yang melihat Alina di ujung tangga.

"Aku sarapan di kantin, Mom. Aku pamit, Assalamualaikum." Alina menyalami tangan Momynya.

Alina berlari ke garasi, ia langsung mengambil motornya dan memanaskannya sebentar.

Brum

Motor Alina melaju dengan kencang.

"Akhirnya sampai," gumam Alina. Ia melirik jam tangannya.

"What? Jam 07:00 pas, mampus." Lirih Alina.

Alina membawa motornya ke warung yang ada di belakang sekolah, ia menitipkannya kepada sang pemilik warung. Setelah itu ia langsung memanjat tembok. Gedung sekolah ini sangat tinggi, begitu juga dengan tembok dan pagarnya, tapi hal ini sangat mudah bagi Alina, karna ia bisa memanjatnya dengan cepat.

"Woy lu terlambat juga," ucap seseorang yang berada di bawah.

Buk

Alina langsung meloncat ke bawah.
"Yoi, men," ucap Alina menepuk celananya.

"Kalian terlambat juga?" Tanya Alina kepada segerombolan orang sekitar ada 4 orang cowo.

"Kita mah selalu terlambat," jawab mereka.

"Eh bentar, bukannya lu Alina si Queen bullying, ya?" Tanya seseorang bertag name Aldi.

"Iya, tapi itu dulu. Sekarang gw udah berubah," jawab Alina.

"Nama kalian siapa?" Tanya Alina.

"Kenalin, gw Aldiren Aluvi."

"Haris Maulana."

"Aditama Prayoga."

"Bayu Geraldine."

"Salken gw, Alina." Ucap nya.

"Eh, eh, ada di Ketos," pekik Alina.

"LARI." Teriak Alina.

Alina langsung lari ke tengah lapangan, di ikuti Aldi dkk.
Sang Ketos yang melihat mereka terlambat pun langsung mengejarnya bersama anggota osis yang lainnya.

Anggota osis yang berjaga, langsung memencar untuk mencegah mereka.

"Anjir kita di kepung," ucap Alina. Ia melihat di depan ada ketos.

"Buset dah di sekeliling kita ada anggota osis lain," ucap Bayu.

Mereka berlima berada di tengah-tengah antara para osis.

"Mau kemana lagi, hmm?" Tanya Fikri, wakil ketua osis.

"Kalian berlima gak bisa kabur!" Ucap Leta, sekertaris osis. Selain sekertaris osis Leta juga adalah pacar dari Fikri sang wakil ketua osis.

"Giman nih, Lin." Bisik Aldi kepada Alina.

"Gw juga gak tahu anjir," balas Leta.

"Jongkok," suruh Kevin.

"Ngapain jongkok?" Tanya Haris.

"Jongkok." Dingin Kevin. Mereka berlima pun menuruti perintah sang Ketos.

"Kertas selembar, pulpen." ucap Kevin.

"Hah?" Cengo mereka berlima.

"Kevin bilang, kalian ambil kertas selembar sama pulpennya," ucap Fikri.

"Oh,"

"Udah, terus mau ngapain?" Tanya Alina. Ia sudah menyobekan kertas selembar.

"Saya berjanji tidak akan terlambat lagi, tulis." Suruh Kevin dengan raut wajah yang dingin dan datar.

"Buat apa sih Ketos ku sayang," dramatis Alina.

Deg
Kevin terkejut dengan perkataan Alina, namun ia segera merubah rautnya menjadi datar kembali.

"Hukuman," tegas Kevin.

"Tulis, pasang belakang punggung,"

Mereka menulis perkataan yang di ucapkan Kevin tadi.

"Terus?" Tanya Aldi. Mereka sudah memasang kertasnya di punggung masing-masing.

"Jalan jongkok mengitari lapangan ini, sambil berkata saya janji tidak akan terlambat lagi." Ucap Kevin.

"Sampai istirahat." Tegas Kevin.

"Hormat ke tiang bendera aja, tos. Kalo gini mah gw capek," protes Adi.

"Jangan banyak protes, cepet laksanakan hukumannya." Ucap Fikri.

"Ouh atau mau di tambah nih?" Lanjut Fikri tersenyum.

"Kagak," kompak mere berlima.

"Gass, gw di depan." Ucap Alina memimpin.

"1... 2... 3..." Instruksi Alina.



TBC

Alina or Alana [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora