Bab 24 - Ayo Ke Belanda Bersamaku!

319 62 3
                                    


Waktu terus bergulir hingga tak terasa ujian kelulusan sudah di depan mata. Arya, maria, dan Hermand tak pernah kendur dalam urusan belajar. Mereka bertiga selalu belajar bersama di waktu luang. Baik itu di kedai teh, rumah keluarga Adinata, Sekolah, perpustakaan Gedung Sate hingga rumah Residen menjadi tempat mereka belajar. 

Namun, tempat favorit mereka adalah Rumah mewah milik residen, selain tempatnya yang luas dan bagus. Arya dan Maria sering disuguhi kudapan untuk menemani ketiganya belajar.

Sebagai murid yang pernah menjalani ujian kelulusan meskipun gagal, Maria memberitahu soal-soal yang kemungkinan akan dikeluarkan pada ujian kelulusan. Arya dan Hermand sudah tidak kesusahan lagi mengerjakan soal ujian. Di hari ujian mereka dengan percaya diri mengatakan bahwa mereka bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan.

"Tidak sesulit apa yang kubayangkan," ujar Hermand yang mendapat anggukan Arya. Pemuda itu juga menyetujuinya.

"Semua yang ditanyakan sesuai dengan apa yang Maria perkirakan. Beruntung pada minggu terakhir aku menyelesaikan bab terakhir biologi karena ada satu soal yang benar-benar mirip dengan soal di buku pelajaran kita," tambah Arya.

"Ah, materi tentang Hereditas?"

Arya kembali mengangguk. Pemuda itu mendesah panjang dan meregangkan kedua tangannya. "Tak pernah kubayangkan aku akan sejauh ini."

"Sejauh apa?"

"Kita akan lulus Hermand!" seru Arya kelewat antusias.

Namun antusiasme itu hanya bertahan beberapa saat saja karena ada hal lain yang baru ia ingat. Hari kelulusan sudah di depan mata dan sampai sekarang Arya belum bisa mencari jalan keluar dari permasalahannya.

Kakek juga semakin gencar memperkenalkan ibunya dengan beberapa lelaki yang akan menjadi calon suami Maria. Ada wedana, patih, dan berbagai pejabat lainnya. Rata-rata para pria itu memiliki kekuasaan dan sudah berumur. Arya selalu menginterupsi dengan mengatakan bahwa Maria masih sekolah dan tidak ingin mendengar pembicaraan itu lagi.

"Kakekmu sama sekali tidak ingin membiarkan Maia kuliah?" tanya Hermand.

Arya menggeleng lemah. "Keluargaku sungguh kolot! Apa mereka lupa bahwa ayah menamai Maria dari nama seorang fisikawan wanita?"

Hermand tetap diam tak ingin membuat Arya jauh lebih kesal lagi. Waktu mereka tidak lama lagi untuk menghindari pingitan Maria. Mereka harus bergerak cepat. Namun bergerak seperti apa? Mereka seperti berada di jalan buntu!

Beberapa waktu lalu, Hermand berpikiran untuk menggunakan kekuasaan ayahnya untuk membuatkan Maria surat rekomendasi beasiswa agar Maria bisa berkuliah ke Belanda. Lagi pula, setelah lulus nanti Hermand juga berniat untuk kembali ke tanah kelahirannya itu. Maria adalah anak yang sangat genius, dengan sedikit bujukan pasti ayahnya akan mengeluarkan surat rekomendasi tersebut.

Namun, ia tidak jadi melakukannya karena Arya terlihat sangat tidak rela melepaskan Maria.

Hermand sendiri belum sempat menyampaikan rencananya kepada Maria. Ia takut melukai perasaan Arya. Namun jika sudah seperti ini, mau tak mau Maria harus segera pergi dari Hindia Belanda. Dan satu-satunya tempat Maria untuk meraih cita-citanya adalah Belanda.

Hermand hanya diam mendengarkan keluh kesah Arya tentang keluarganya. Ia melirik sahabatnya sekilas. Tubuhnya diliputi rasa bersalah. Ia merasa bersalah hanya dengan memikirkan untuk membawa Maria pergi jauh dari sini. Namun, ini adalah satu-satunya yang bisa Hermand lakukan untuk menyelamatkan Maria dari para pria hidung belang yang mengincar Maria untuk dijadikan istri.

Maria harus ke Belanda bersamanya!

"Arya! Mener Timmer memanggilmu!"

Arya dan Hermand menoleh ke belakang melihat teman satu kelasnya muncul dari jendela kelas memanggilnya.

Raden Arya AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang