Bab 7 - Anak Angkat Keluarga Adinata

559 92 2
                                    


Keesokan harinya Hermand sudah menunggu Maria di kelas. Ia ingin mendengar langsung dari Maria apa hubungannya dengan pemuda kemarin. Mereka terlihat begitu akrab, bahkan Maria memeluknya dan tidak sungkan berboncengan sepeda dengannya.

"Maria, kau punya pacar ya?" tanyanya cepat-cepat.

Maria baru saja duduk di bangku dan mengeluarkan buku bahasa Latin untuk mata pelajaran pertama. Gadis itu seketika terpaku dan menatapnya keheranan.

"Pacar?"

"Yang kemarin kaupeluk-peluk dan boncengan sepeda?"

"Arya maksudmu?"

"Iya, Arya, si ketua murid."

"Arya itu kakakku."

"Kakak tiri? Atau siapa? Kakak angkat?"

"Kakak kandung. Ayahku hanya punya satu istri." jawab Maria mulai sebal. Ia memang tidak suka mendengar pertanyaan yang terdengar bodoh.

"Nonsens. Jelas-jelas kau itu setengah Eropa dan dia tidak. Aku sudah lihat ayahmu, dia pribumi. Ibumu pasti Eropa dan ibunya pribumi. Masa kau tidak mengerti sih? Bukannya kau pintar Biologi? Orang bodoh sepertiku saja tahu kalau kalian tidak mungkin bersaudara."

Maria terpaku di tempatnya dan menatap Hermand dengan bingung. Hermand memegang tangan Maria dan menyandingkannya dengan tangannya sendiri.

"Kulitku putih kemerahan, karena aku 100 persen Eropa. Kulitmu sedikit lebih gelap dariku, tapi masih termasuk putih. Kau pasti indo. Arya kulitnya kecokelatan, dia itu pribumi asli. Ini yang disebut genetik. Kalau begitu... ini artinya kau itu anak angkat."

Maria seketika merasakan kepalanya memusing. Kini ia yang merasa bodoh. Ia telah hidup bersama keluarga Adinata selama lebih dari 14 tahun dan tak pernah memikirkan bahwa warna kulitnya berbeda dari mereka. Tak seorang pun pernah mengacungkan jari dan menuduhnya sebagai indo selama ini.

Ia kemudian membayangkan wajah Ayah, Ibu, dan Arya... Mereka semua memiliki warna kulit yang sama, dan ia jelas-jelas melihat wajah Arya yang persis wajah ayahnya. Ia baru sadar bahwa wajahnya sendiri tidak mirip siapa pun...

Mengapa... mengapa ia tidak pernah memikirkan ini?

Lalu ia anak siapa?

Ia pasti anak angkat... tapi... mengapa semua memperlakukannya seolah ia adalah anak kandung keluarga Adinata? Mengapa tidak seorang pun mengatakan sesuatu selama ini?

Maria diam di sepanjang pelajaran dan membuat Hermand merasa bersalah karena ia telah membuka kotak pandora itu. Ia tidak tahu bahwa Maria sama sekali tidak menyadari bahwa ia adalah anak angkat. Dengan perbedaan warna kulit yang demikian nyata, seharusnya Maria mengerti sendiri... dia kan pintar?

Ketika lonceng pulang sekolah berbunyi, Arya datang ke kelas B untuk menjemput Maria, dan menemukan gadis itu duduk diam di tempatnya dengan berlinangan air mata, sementara Hermand tampak kebingungan di sebelahnya.

"Hei, Kau! Apa yang kaulakukan kepada Maria?!!" Arya dengan emosi segera menarik kerah baju Hermand.

Pemuda berambut pirang itu segera membalas tidak mau kalah, "Ayo, pukul aku kalau kau berani!"

Mereka berdua segera saling pukul. Hermand memang sudah sebal saat melihat Arya pulang berboncengan sepeda dengan Maria kemarin dan memanfaatkan kesempatan ini untuk meluapkan kekesalannya.

Arya tidak terima melihat Maria menangis seperti ini. Apa pun itu, pasti Hermand pelakunya. Ia jarang sekali melihat gadis itu menangis, dan bila ia sampai berlinangan air mata begini, pastilah ia merasa sangat tersakiti.

Raden Arya AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang