Bab 54 - Buku Untuk Maria

147 30 1
                                    

Maria mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Lima belas buku."

Arya membelalakkan matanya saat mendengar kata-kata Maria. Harga satu buku saja sudah sangat mahal dan kini gadis itu meminta lima belas buku sebagai hadiah ulang tahunnya?

Arya sudah menawarkan sepuluh buku karena ia sudah menghitung uang tabungannya dan merasa ia dapat membelikan buku sebanyak itu untuk Maria. Namun, kini ia harus memikirkan darimana ia bisa membeli sisa lima buku lagi.

"Kau sekarang menjadi rakus ya," komentarnya sambil menyentil kening gadis itu. "Bagaimana kalau lima buku lagi kita anggap utang? Aku akan membelikannya secara mencicil setelah aku punya uang lebih."

Maria tersenyum lebar. "Lima buku lagi bisa kau cicil seumur hidup. Tapi bukunya haruslah buku yang kau tulis sendiri."

Arya menatap Maria dengan ekspresi terkejut. Ahh... mungkin ini cara Maria untuk mengingatkannya bahwa ia harus tetap mengejar mimpinya untuk menjadi penulis.

Arya mendeham. "Baiklah. Aku berjanji akan menulis lima buku untukmu. Kau puas sekarang?"

Maria mengangguk.

Arya bertanya lagi, "Kau tidak akan membenci hari ulang tahunmu lagi?"

Maria agak lama merespons pertanyaan ini. Perasaan di dalam hatinya tidak mudah untuk berubah begitu saja. Ia tentu masih membenci hari 'ulang tahunnya', tetapi demi Arya ia harus berpura-pura setuju. Akhirnya ia mengangguk.

Arya sangat senang melihat respons Maria dan secara spontan memeluknya. 

Saat dadanya tiba-tiba berdebar keras, Arya segera mundur dan menatap Maria dengan mata membulat. Kenapa...? Kenapa akhir-akhir ini ia sering dihinggapi perasaan hangat saat ia berada dekat Maria?

Sejak dulu, ia tahu ia sangat menyukai gadis ini. Mungkin sejak ia masih sangat kecil. Ia juga tidak pernah sungguh-sungguh menganggap Maria sebagai adiknya, walaupun ia sama sekali tidak membicarakan status mereka kepada gadis itu sebelum rahasia masa lalunya terbongkar.

Dulu, ia bahkan sudah menduga-duga bahwa suatu hari nanti, kalau ia menikah, ia ingin menikah dengan perempuan seperti Maria... atau bahkan dengan Maria sendiri.

Namun, rasanya baru setahun terakhir ini ia benar-benar merasakan perasaan cinta yang membuat hatinya terasa begitu penuh dan membuat dadanya berdebar-debar tak karuan.

Duh... melihat wajah cantik Maria yang menatapnya dari jarak begini dekat, rasanya Arya ingin sekali menciumnya.


Raden Arya AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang