Bab 50 - Bertemu Orang Baru

135 27 2
                                    

Wage kemudian dihampiri beberapa temannya yang memuji permainan biolanya barusan, ada dua wanita dan dua pria. Wage memperkenalkan mereka kepada Arya sebagai penulis, mahasiswa, dan wartawan. Mereka terkejut saat mengetahui bahwa Arya adalah mahasiswa di sekolah kedokteran yang baru dibuka di Batavia tahun itu.

"Setahuku di sana mahasiswanya semuanya orang kulit putih," komentar Sutan yang menatap Arya dengan penuh perhatian. "Ternyata ada orang pribumi juga."

Arya mengangguk. "Ada dua pribumi yang diterima, beberapa mahasiswa Tionghoa, lalu sekitar sepuluh indo dan sisanya warga Eropa."

"Wahh... hebat sekali!" kata mereka kagum. Dua wanita yang berdiri di depan Arya tampak sangat tertarik kepada pemuda itu. Mereka dari tadi sudah mengamati saat Arya berbincang-bincang dengan Wage dan tertarik kepadanya karena ia terlihat tampan dan modis.

Dari pakaiannya, mereka dapat menebak bahwa pemuda itu berasal dari kalangan orang berada. Sikapnya yang halus dan penampilannya yang seperti priyayi atau menak sama sekali tidak dapat disembunyikan walaupun ia berusaha tampil kasual di depan orang-orang.

Kedua wanita itu segera menduga Arya adalah pemuda dari kalangan atas, bahkan mungkin bangsawan. Kini, setelah mendengar bahwa ia juga merupakan mahasiswa kedokteran di GHS, pandangan mereka segera berubah, menjadi semakin tinggi. Bagaimana bisa ada pria sempurna begini? Ia sangat tampan, dari keluarga berada, dan ternyata sangat pandai?

"Apakah kau tertarik bertemu dengan pemuda-pemuda pribumi lainnya yang juga berasal dari kalangan intelektual?" tanya seorang gadis yang berambut ikal panjang. Ia menatap Arya dengan wajah dipenuhi senyuman sambil memilin rambutnya. "Kami sering bertemu dan membahas tentang masa depan bangsa ini. Bahkan dua tahun lalu kami juga sudah mengadakan kongres."

"Ya, kami menyebutnya Kongres Pemuda II," kata gadis yang seorang lagi. Ia menekap bibirnya dan tersenyum agak genit. "Oh, maaf, kami lupa memperkenalkan diri. Namaku Tuti. Siapa tadi namamu?"

Arya mengangguk kepada Tuti dan menjawab, "Namaku Arya. Ini Maria."

Saat ia memperkenalkan diri, Arya tak pernah lupa memperkenalkan Maria yang berdiri di belakangnya sambil memejamkan mata dan menikmati waktunya sendiri.

Maria membuka mata saat mendengar namanya disebut . Ia mengangguk ke arah dua gadis itu.

"Oh.... hai Arya..." Tuti memiringkan kepalanya untuk melihat Maria dan senyumnya seketika hilang ketika ia melihat bahwa gadis yang dipanggil Maria itu adalah seorang indo. Ia menyapa Maria dengan suara bernada datar. "Hallo, Maria."


Raden Arya AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang