Bab 36 - Bibir Merah

163 40 5
                                    

Selama perjalanan menuju taman, tak henti-hentinya Arya menggigit bibirnya menahan senyum kesenangan. Kedua tangan Maria yang memeluknya terasa hangat dan hal itu membuat jantung Arya berdegup sangat cepat. 

Bahkan saat mereka sampai di taman pun, Arya terlihat tak rela melepaskan pelukan tangan Maria. Namun karena keduanya berdiam diri terlalu lama di atas sepeda, Maria mengambil inisiatif untuk melepaskan dirinya sendiri dan turun.

Arya berdeham menghapus kegugupannya kemudian meraih tangan Maria untuk ikut dengannya. Ia memilih sebuah tempat di bawah pohon besar dengan dedaunan yang cukup lebat melindungi mereka dari sinar matahari sore. 

Karena kegiatan piknik mereka di luar rencana, mereka tak sempat membawa kain untuk menjadi alas duduk. Arya pun merelakan jasnya untuk digunakan Maria sebagai alas duduk.

"Coba lah ini. Pemilik kedai bilang. Roti ini sangat populer di kalangan mahasiswa," kata Arya.

Pemuda itu mengulurkan sebuah roti dengan isian selai dan ditaburi oleh gula halus yang cukup banyak. Maria menerimanya kemudian mengambil sebuah gigitan kecil. Arya tertawa melihat bagian bibir Maria yang penuh akan bubuk gula.

"Kau terlihat kacau," komentarnya di sela-sela tawa.

Arya mencoba merogoh sakunya untuk memeriksa sapu tangan. Sepertinya spau tanganya tertinggal di kelas saat ia menyantap makan siang bersama temannya tadi.

"Kemarilah."

Maria menurut dengan emajukan wajahnya. Arya segera memundurkan wajahnya karena merasa wajah Maria terlalu dekat dengannya. Rona merah tadi kembali menghinggapi wajahnya. 

Arya melirik ke samping sesaat untuk menghindari menatap wajah Maria yang sungguh cantik. Dengan gugup ia mengangkat tangannya kemudian mengusapkan kain lengan kemejanya pada mulut Maria.

Ia sering membantu Maria membersihkan wjah gadis itu sedari mereka kecil. Tetapi untuk pertama kalinya jantungnya berdebar sangat cepat saat wajah mereka mendekat. Matanya turun kepada bibir Maria yang terlihat merah secara alami. 

Ia penasaran bagaimana jika ia menyentuh bibir itu? Didorong oleh rasa penasarannya, Arya menyentuh bibir Maria dengan telunjuknya. Tanpa ia sadari ia menelan air liurnya dengan susah payah dan nafasnya mulai terasa lebih cepat.

"Sudah?" tanya Maria tiba-tiba.

Mendengar suara Maria membuyarkan lamunan Arya. pria itu kembali mengusap bibir Maria lebih kasar dengan bajunya.

"Su-sudah. Makanlah lebih bersih, Maria," kata pemuda itu dengan gugup.

Keduanya pun menyantap kudapan dalam diam. Taman kota terlihat ramai oleh beberapa orang yang ikut piknik atau sekadar menghabiskan waktu bersama keluarga. 

Kepala Arya terasa kosong. Ia sekarang terbayang-bayang sensasi elmbut bibir Maria di ujung telunjuknya. Diam-diam ia memandangi telunjuknya dengan gugup dan mencoba meletakkannya di atas bibirnya sendiri tetapi akal sehat kembali menamparnya.

Ia menggeleng cepat menghapus bayangan tersebut. Pemuda itu menegakkan tubuhnya kemudian membuka tas yang tak sempat ia bawa masuk ke dalam rumah tadi. Ia mengeluarkan sebuah buku tebal membuat Maria menghentikan gigitannya pada rotinya.

Ia butuh mengalihkan fokusnya dari telunjuknya tadi.

"Maria, lihatlah. Ini adalah buku anatomi buku terlengkap edisi Eropa. Setiap mahasiswa mendapatkan satu untuk dipelajari selama satu semester ini. Kau ingin membacanya?" tawar Arya.

Maria menepuk tangannya untuk menghilang remah-remah kue dari tangannya dan membuka beberapa halaman dengan cepat. Ia sudah pernah membaca buku anatomi buku saat di gedung sate dulu. Matanya berbinar melihat beberapa bagian yang belum sempat ia baca. Melihat itu Arya jadi ikut sennag.

"Bahkan ada anatomi organ dalam secara mendetail dan beberapa jenis penyakit yang bisa terjadi."

"Lengkap," ungkap Maria mengagumi buku yang sangat tebal itu.

Arya tertawa kecil dan mengusap kepala Maria yang menunduk membaca satu per satu daftar isi buku tersebut

"Benar, sangat lengkap. Kita bisa belajar bersama nanti," ujar Arya membuat Maria mengangguk senang. Tidak lama kemudian Maria sudah larut dalam bacaannya dan tidak lagi mempedulikan Arya.

Pemuda itu hanya bisa menghela napas dan tersenyum sendiri melihat Maria sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Ia lalu memutuskan untuk membaringkan kepalanya di atas rumput yang tebal dan memejamkan mata.

Cuaca  hari ini sangat sempurna dan angin juga bertiup sepoi-sepoi. Rasanya ingin seperti ini selamanya.

.

.

.

____________________

Catatan Missrealitybites:

Hai hai... terima kasih ya, sudah baca dan vote cerita ini di Wattpad. Dalam rangka Nanorwrimo (National Novel Writing Month) 2022, saya bertekad mau publish cerita ini setiap hari. Doakan semoga berhasil yaaa...

Sukur-sukur ceritanya bisa segera tamat. Yang sudah kangen komiknya mohon bersabar yaaa... Kita sedang usahakan publish lagi kok ^^


Raden Arya AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang