Bab 29 - Maria Kembali Kepada Arya

278 58 12
                                    

Arya turun dari atap rumah dengan tubuh yang lesu. Menjemur diri di atas genteng tidak akan membawa Maria pulang. Matahari sudah sangat terik dan kulitnya mulai terasa terbakar. Arya meraih tangga dan turun perlahan.

Langkah gontainya membuat kakinya menabrak sudut meja membuat pemuda itu hampir mengumpat kesakitan.

"Den Arya? Saya sudah selesai menyiapkan sarapan. Raden mau sarapan sekarang?" tanya seorang pembantu yang bekerja di kediamannya.

Arya menggeleng lesu dan kembali berjalan gontai ke arah kamarnya. Ia mengunci pintu tersebut agar tidak ada orang yang mengganggunya. Pemuda itu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kemudian menghembuskan nafas panjang. Ia merasa lelah.

Sekarang maria sudah tidak ada lagi di sisinya. Hati Arya terasa sangat hampa. Meskipun gadis itu tidak banyak berbicara tetapi kehadiran Maria terlalu besar di dalam hidup Arya sehingga saat ia tahu Maria tidak berada di sisinya, seperti ada lubang besar di hatinya.

Jam kayu di ruang tamu berdenting keras sebanyak dua belas kali yang artinya kereta Maria telah sampai di Batavia dan mungkin Maria dan Hermand sedang makan bersama sebelum naik ke kapal di sebuah restoran dekat pelabuhan.

Pintu kamarnya diketuk dan pembantu tadi menanyakan apakah Arya mau dibawakan makan siang ke kamarnya atau tidak. Arya mendesah kesal.

"Aku sedang tidak mau makan!" seru pemuda itu dari balik selimutnya.

Bagaimana ia bisa sarapan jika tanpa Maria di meja makannya? Ia juga masih belum memikirkan alasan apa yang akan Arya berikan saat Ibunya pulang nanti. Entah kenapa kepalanya menolak berpikir untuk mengarang cerita. Bagaimana ya, sebaiknya ia menjelaskan bahwa Maria sudah tidak bersama mereka lagi. Apakah lebih baik jika ia berkata jujur dan memberi tahu ibu bahwa ialah yang merencanakan agar Maria pergi. Kira-kira bagaimana tanggapan Ibu saat tahu bahwa ia membantu Maria kabur ke Belanda karena tidak ingin Maria dipingit?

Arya merasa sangat kesepian sekarang. Padahal baru beberapa jam, ia ditiggal seorang diri tetapi Arya sudah sangat merindukan Maria. Sebagai seseorang yang telah menjaga gadis itu seumur hidupnya, rasa khawatir yang Arya rasakan sangatlah besar.

Bagaimana jika Maria tidak menyukai makanannya di sana?

Apakah Hermand akan memasakkan makanan untuk Arya?

Bagaimana jika Maria kedinginan? Ia dengar dari Hermand angin di Belanda sangat kencang dan membuat menggigil.

Apakah semua pakaian tebal yang ia belikan sudah cukup?

Atau ... Bagaimana jika Maria rindu Bandung?

Apakah Arya harus menyusul ke sana?

Arya benar-benar sangat khawatir karena Maria belum pernah tinggal jauh darinya. Melihat Maria melangkah seorang diri tanpa dirinya di sisi gadis membuat Arya kembali bersedih.

Ia berharap Hermand bisa menjaga Maria dengan baik. Ia hanya perlu bersabar untuk menunggu surat kabar dari Maria dan Hermand.

Perjalanan dari Batavia ke Belanda akan membutuhkan waktu satu bulan dengan kapal. Jika Maria langsung menuliskan surat saat tiba di Belanda maka butuh waktu dua bulan lagi untuk Arya menunggu surat itu tiba. Dan apa yang akan Arya lakukan selama menunggu waktu dua bulan itu jika kepergian Maria yang baru beberapa jam ini saja sudah membuat Arya rindu setengah mati.

Arya yang kelelahan pun mulai jatuh tertidur. Dalam mimpinya ia didatangi oleh Maria yang memeluknya erat. Saat bahagianya bersama Maria harus diganggu oleh suara ketukan di pintu kamarnya. Arya mengernyit tak suka karena ia harus bangun menghadapi realita.

Pemuda itu memeriksa jam weker kecil yang terletak di atas meja belajarnya. Ternyata ia sudah tertidur beberapa jam lamanya. Hari sudah menjelang sore. Arya mengusap wajahnya tidak berniat bangun dari kasur. Mungkin ia kelelahan karena kemarin ia mempersiapkan keberangkatan Maria seorang diri dan tidak bisa tertidur semalaman karena beban pikiran.

Raden Arya AdinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang