9

35.6K 2.2K 10
                                    


Happy reading

Tandai kalau ada typo

🦋🦋🦋



Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Perlahan, Alira turun dari brankar dengan hati-hati.

Tadi saat ia siuman tak berselang lama Sargas meninggalkannya. Karena Sargas masih harus mengikuti pembelajaran.

Karena sudah waktunya pulang Alira harus mengambil ranselnya. Sembari mengelus pelipisnya yang di perban, Alira berjalan dengan senyumnya yang tak pernah luntur.

Alira memasuki kelasnya yang terlihat sepi, hanya ada Rena dan Gara.

"Darimana aja lo? Gue cariin enggak ketemu," tanya Rena.

"Itu juga kenapa jidat lo di perban?" tanya Rena lagi.

"Kejedot bola basket habis itu gue pingsan. Gak tahunya pas gue bangun tiba-tiba udah ada di UKS."

Alira mengambil tasnya dan menggendongnya di punggung. Alira dan dua sahabatnya berjalan beriringan keluar kelas. Dan di koridor mereka bertemu dengan Galend.

Galend terkejut saat melihat kepala Alira di perban.

"Kepala lo kenapa, Al?" tanya Galend.

"Kena bola basket, Gal."

"Sakit enggak?" tanya Galend. Bisa di bilang Galend ini cukup perhatian dengan Alira.

Alira menatap Galend yang ada di sampingnya lalu ia menggeleng pelan.

"Enggak kok, cuma tadi emang agak pusing tapi kalau sekarang udah enggak papa,"

"Btw, kok lo bisa kena bola basket? Siapa yang lempar?" tanya Gara.

"Kak Sargas," jawab Alira seadaanya.

"Ohh, pantesan enggak sakit, orang yang lempar mas doi. Coba aja kalau yang lempar itu Kak Bara, auto jadi geprek tuh orang di tangan lo." ucap Rena.

Alira menggulung lengan bajunya sedikit ke atas, ia juga melonggarkan dasinya agar ia tak kesulitan bernapas.

"Ohh, ya pastinya... kalau yang lempar bola basket itu Kak Bara udah pasti gue smackdown."

"Sargas siapa?" tanya Galend penasaran.

"Itu lho, murid baru yang ganteng banget, pokoknya enggak ada yang ngalahin kegantengan Kak Sargas." cerocos Alira.

"Berarti menurut lo di dunia ini yang paling ganteng cuma Sargas?" tanya Gara.

"Iya lah," jawab Alira mantap.

"Berati bapak lo jelek?" ucap Gara tanpa dosa.

Alira yang mendengarnya mendengus kesal. Ia memukul bahu Gara sekuat mungkin. "Ya gak gitu juga kalik," sinis Alira.

Mereka berempat sudah sampai di parkiran. Alira meminta Galend mengantarkannya ke warung Mak Ijah. Ia malas sekali jika harus berjalan ke warung Mak Ijah.

"Gal, mau makan mie rebus dulu gak?" tanya Alira setelah Galend sudah mengantarkannya ke warung Mak Ijah.

"Enggak usah. Makan mie terlalu berlebihan juga enggak baik. Kalau lo laper cepetan pulang, makan di rumah aja." ucap Galend dengan nada lembut.

"Iya," Alira mengangguk patuh kemudian ia mengambil motornya yang ia titipkan kepada Mak Ijah.

"Mak Ijah, makasih udah mau jagain motor aku," ucap Alira kepada Mak Ijah.

"Iya Neng, sama-sama." balas Mak Ijah.

Alira melajukan motornya pelan, di belakangnya ada Galend. Galend mengikuti Alira dari belakang namun tak sampai rumah karena arah jalan mereka tak se arah.

ALIGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang