24

31.6K 2K 20
                                    


Happy reading

Tandai kalau ada typo!


🦋🦋🦋

Sargas dan Alira masih berada di rooftop mereka juga masih berpelukan. Alira sangat nyaman berada di dekapan Sargas.

"Lepas dulu ya, pelukannya, gue mau lihat tangan lo." ucap Sargas lembut.

Alira mendongak untuk menatap wajah tampan Sargas dari bawah. Sebenarnya Alira tak mau melepaskan pelukannya ini namun lama kelamaan ia juga merasa engap.

Sargas memengang tangan Alira dan membawanya duduk di kursi usang yang ada di rooftop.

"Sakit banget?" Sargas meneliti pergelangan tangan kanan Alira yang sedikit memar.

"Enggak kok, Kak, cuma agak perih aja." ucap Alira.

Sargas menatap teduh Alira. Ia mengelus pelan rambut halus Alira.

"Sejak kapan Erlan bertingkah kayak gitu?" tanya Sargas.

"Kalau yang kayak tadi baru kali ini. Erlan emang suka gangguin aku dari dulu, tapi aku selalu enggak kasih respon." mungkin mulai sekarang Alira akan menggunakan kata aku-kamu tidak lo-gue lagi.

"Bilang sama gue kalau Erlan masih gangguin lo. Inget Al, lo milik gue. Gak bolah ada yang ambil lo dari gue!" Sargas kembali memeluk erat Alira.

Dalam pelukan Sargas, Alira terkekeh geli ia agak aneh dengan sikap Sargas yang tiba-tiba berubah.

"Haha, Kak Sargas kenapa jadi gini, sih? Dulu aja cuek banget. Kenapa sekarang bayak omong?" Alira menggesekkan hidungnya di dada bidang Sargas.

"Haha. Geli, Al..." Sargas mencoba menghindar namun Alira malah semakin gencar menggesekkan hidungnya di dada bidang Sargas.

"Jahil banget, sih." Sargas mencubit hidung Alira.

"Ishh, aku jadi susah napas Kak."

Sargas tersenyum tipis, ia melepaskan cubitan di hidung Alira. Sargas beralih mengelus pelan pergelangan tangan Alira, sesekali ia juga meniupnya. Berharap dengan cara itu rasa sakit di pergelangan tangan Alira akan berkurang.

"Maaf. Tadi nariknya kenceng banget, ya?"

"Enggak kok, Kak. Ini tuh gara-gara Erlan kampret itu. Dia tiba-tiba tarik tangan aku, mana kenceng banget sampai tangan aku sakit. Emang dasar Erlan anj!" cercos Alira.

"Mulutnya enggak boleh ngomong kasar!" Sargas menatap tajam Alira.

"Hehe. Maaf, Kak, aku keceplosan."

"Hmm." Sargas mengangguk sembari mengelus pipi Alira.

"Ke kantin, yuk, Kak, aku laper banget. Tadi pagi aja enggak sempet sarapan." ajak Alira.

"Iya ayo," Sargas menggenggam tangan Alira. Kemudian keduanya turun dari rooftop untuk menuju kantin.

"Tadi kok Kak Sargas tiba-tiba muncul pas Erlan mau cium aku?" tanya Alira di sela langkah kaki mereka.

"Gue enggak sengaja lihat lo di koridor sama Erlan. Terus lo di tarik paksa sama Erlan, karena gue khawatir jadi gue ikutin." jawab Sargas.

"Cie, khawatir nih..." Alira tertawa pelan.

"Ck. Jangan ketawa, Al." kesal Sargas. Pasalnya Alira bertambah cantik saat sedang tertawa dan Sargas tak suka orang lain memperhatikan Alira.

"Ihh, kenapa? Perasaan ketawa aku bagus kok. Siapa pun yang denger pasti berasa di nyanyiin waktu tidur." Alira menyenggir lebar.

ALIGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang