27

30.8K 1.9K 10
                                    


Happy reading

🦋🦋🦋


Pagi-pagi sekali Alira sudah duduk manis di kursi meja makan di rumah Sargas. Bahkan sekarang masih jam enam pagi.

"Kamu tumben, Al, kesini pagi banget," heran Karina.

"Hehe, Alira mau berangkat sekolah bareng Kak Sargas, tante." Alira terkekeh pelan.

"Ohh, gitu... yaudah, kamu tunggu sini aja dulu palingan Sargas lagi ganti baju." ucap Karina yang sedang menuang air putih ke dalam gelas.

"Iya, tante." Alira mengangguk pelan.

"Katanya kamu kemarin main ke sini?" tanya Karina. Ia diberitahu oleh suaminya jika Alira main ke sini. Dan Guntur juga menceritakan kedekatan Alira dengan Sargas.

"Iya, kemarin Alira main ke sini, tapi kok tante enggak ada di rumah dan yang ada cuma om Guntur"

"Kemarin tante pergi ke rumah temen tante makanya enggak ada di rumah." ucap Karina. Ia bertemu dengan teman lamanya, dan kebetulan sekali rumah mereka dekat dengan rumah Karina yang baru.

"Ohh, pantesan aku enggak lihat tante Karina sama sekali."

"Kemarin tante juga icip bolu yang kamu kasih, loh. Ternyata rasanya enak banget, tante sampai ketagihan." puji Karina pada Alira. Saat ia pulang dari rumah temannya ternyata Guntur menyisakan bolu pandan itu untuknya.

"Makasih atas pujiannya tante. Syukur kalau tante suka."  Alira tersenyum lebar.

Tak lama Guntur datang sembari mengancingkan lengan baju kerjanya. Ia menajamkan penglihatannya saat melihat ada sosok lain yang duduk di salah satu kuris di meja makan.

"Kamu ngapain udah ada di sini? kamu mau nyuci piring di sini, ya?" tanya Guntur.

"Huss, Papa enggak boleh ngomong gitu! Alira ini tamu spesial kita, loh," ujar Karina.

"Spesial dari mananya? Dia juga ngapain sih tiba-tiba ada di sini?"

"Saya mau numpang makan, om." jawab Alira asal.

Guntur menghiraukan ucapan Alira ia menatap istrinya yang ada di sebelahnya.

"Ma, tolong pasangin dong." Guntur memberikan dasinya ke Karina. Guntur juga menarik pinggang istrinya agar mendekat. Menghiraukan Alira yang melotot di tempat duduknya.

"Pa, malu, ada Alira." Karina memukul dada suaminya manja.

"Anggap aja dia enggak ada. Di sini cuma ada kita berdua kalau ada yang lain berati dia setan." ucap Guntur enteng.

"Ishh...! Om kira-kira dong kalau mau nebar uwu. Enggak di depan aku juga kalik, kan, aku jadi iri."  Alira menatap sinis pada Guntur.

"Siapa suruh kamu dateng kesini pagi-pagi. Ya kamu harus siap dengan pemandangan seperti ini. Karena ini rutinitas saya dengan istri saya setiap pagi. Jadi kamu enggak usah iri. Nikmatin aja penderita kamu yang enggak bisa uwu-uwu sama ayang."

"Hih! Om Geledek ngeselin banget ternyata." gerutu Alira.

"Sembarangan banget kamu ganti nama orang seenaknya. Enggak saya restuin hubungan kamu sama anak saya tau rasa kamu." ancam Guntur.

"Abisnya om bikin gregetan mulu. Tante Karina kok mau sih sama om Geledek?" Alira memukul-mukul angin untuk melampiaskan kekesalannya.

"Eh, cil, mulutmu itu di jaga. Sargas saya jodohin sama perempuan lain mampus kamu." ujar Guntur.

"Ya jangan lah, om! Iya, iya, saya diem aja." Alira menutup mulutnya rapat.

"Nah, gitu, diem." Guntur mengacungkan jempolnya pada Alira.

ALIGAS [END]Where stories live. Discover now