25

33.3K 2.2K 28
                                    

Happy reading

Tandain kalau ada typo

🦋🦋🦋

Alira sudah pulang sekolah dan sekarang dia ada di rumah. Dari ia masuk rumah sampai ke kamar dia terus berteriak seperti orang stres. Bahkan Jasmin sempat terkejut saat mendengar orang masuk rumah sembari berteriak.

Qila yang sedang tertidur juga ikut terkejut. Saat mendengar teriakan Kakaknya Ia langsung terbangun. Ia sempat mengira jika rumahnya sedang kebakaran.

Di dalam kamar, Alira mandi dan mengganti bajunya. Kemudian ia turun ke bawah untuk makan. Kurang beberapa anak tangga lagi Alira sampai di bawah, tapi ia malah turun dengan cara merosot dari pegangan tangga. Jasmin yang melihat itu hanya mampu terbengong di tempat.

"Kamu kenapa turun dari situ? Bahaya Al! Nanti kalau pegangan tangganya rusak gimana? Kamu bisa ganti, hah?!" omel Jasmin.

"Ihh, kok yang di khawatirin tangganya, Bun. Harusnya Alira dong!"

"Ngapain khawatirin kamu? Mau kamu jatuh nyungsep ke bawah juga Bunda enggak peduli." ucap Jasmin lalu pergi begitu saja.

"LOH, KOK GITU, BUN..." Alira berteriak kesal.

"Itu buktinya kalau Kakak beneran bukan anak kandung Bunda." ucap Qila dari belakang Alira.

Alira terkejut dengan kehadiran Adeknya yang tiba-tiba muncul. Alira menyingkir agar bisa melihat tubuh mungil Adeknya.

"Kayak tuyul kamu, Dek. Ngagetin aja." Alira ingin sekali mencakar wajah polos Adeknya ini. Ia kesal sekali jika Qila berkata pedas padanya.

"Kemarin pas dua orang datang ke sini mereka itu tetangga sebrang kita, ya, Kak?" tanya Qila sembari mengikuti langkah kaki Kakaknya yang menuju meja makan.

"Iya, kenapa emang?" tanya Alira di sela menyendok nasi ke dalam piringnya.

"Yang masih muda itu yang namanya Kak Sargas?" tanya Qila lagi.

"Hmm, iya." jawab Alira malas.

Qila duduk di sebelah Alira, di pangkuannya juga ada Miko.

"Adek mau dong Kak, di kenalin sama Kak Sargas." Qila menatap Kakaknya dengan wajah di imutkan agar Kakaknya mau menuruti permintaannya.

"Mau apa kamu minta kenalan sama Kak Sargas?!" Alira berkata sewot pada Qila.

"Ya mau sekedar kenal aja. Kak Sargas ternyata ganteng banget, ya, kak. Mana kelihatannya Kak Sargas tajir banget. Adek mau deh deket sama Kak Sargas biar tiap hari di jajanin telur gulung."

"Apaan kamu Qil! Kamu enggak boleh deket-deket sama Kak Sargas! Kak Sargas itu udah jadi punya Kakak."

"Masa, sih? Pasti Kak Sargas sakit mata pas lihat Kakak. Muka Kakak kan macam lampir, kok Kak Sargas mau?" ucap Qila terheran-heran.

Alira berdecak sebal saat mendengar penuturan Adeknya. Alira siap melayangkan centong nasi ke kepala Qila, namun Qila lebih dulu lari ngibrit menghindari amukan darinya.

"HEH, CIL, MAU KEMANA KAMU?" Alira meneriaki Qila tapi Qila malah tertawa ngakak. Qila lebih memilih menghampiri Bundanya yang sedang menonton tv ketimbang adu bacot bersama Kakaknya.

Jasmin memang agak jarang keluar rumah. Sebenarnya Jasmin mempunyai toko sembako, tetapi ia jarang mengunjunginya. Ia serahkan tokonya pada karyawannya. Ia akan datang ke toko jika ada urusan penting yang harus di selesaikan.

"Punya Adek satu bawaannya pengen ngajak gelud mulu. Masih untung sabar gue masih banyak, coba kalau habis, kelar hidup lo, Dek." Alira mendumel di sepanjang makan nya.

ALIGAS [END]Where stories live. Discover now