33

28.5K 1.9K 15
                                    

Happy reading


⚠️Masih banyak typo. Jadi maklumi saja


🦋🦋🦋


Tok
Tok
Tok

Qila berulang kali mengetuk pintu kamar Alira. Ini sudah hampir jam sembilan namun tak ada tanda-tanda Alira keluar dari kamar. Ya, begitulah kebiasaan Alira di hari Minggu.

"Kak, bangun! Ini udah siang," teriak Qila.

Tak ada sautan sama sekali dari dalam. Qila terus memutar-mutar hendel pintu, ia tak bisa masuk karena pintunya di kunci dari dalam.

Dugg

Karena Qila kesal tak bisa membuka pintunya jadi ia menendangnya saja.

"Kak bangun! Nanti Bunda marah kalau Kak Alira gak bangun-bangun," teriaknya marah namun malah terlihat menggemaskan.

Saat Adnan ingin mengambil kacamata bacanya yang ada di ruang kerja, ia tak sengaja melihat anaknya yang sedang misuh-misuh di depan pintu. Akhirnya ia memutuskan untuk menghampirinya.

"Adek, kamu kenapa kok teriak-teriak di depan kamar Kakak?" Adnan berjongkok menyamakan tinggi badan Qila.

Qila menatap Ayahnya sembari bersedekap dada dan bibir yang di cebikan maju, terlihat sangat lucu sekali.

"Ini Yah, Kak Alira tuh susah bangun. Bunda nyuruh Adek buat bangunin Kak Alira. Soalnya, nanti Kak Alira harus anterin Adek ke rumah Satria buat bikin tugas sekolah." ucapnya pada Adnan.

"Ohh gitu... terus kenapa Adek gak langsung masuk aja?" tanya Adnan.

"Pintunya dikunci Yah, Kak Alira juga enggak nyaut dari dalam. Apa jangan-jangan Kak Alira sekarat ya, Yah?" Qila membulatkan matanya,  mulutnya pun sedikit terbuka. Ia takut jika terjadi sesuatu dengan Kakak nya yang ada di dalam kamar.

"Huss, Adek enggak boleh ngomong sembarangan. Adek tunggu sini dulu, Ayah cariin kunci cadangan kamar Kak Al." setelah mengatakan itu Adnan pergi untuk mecari kunci cadangan pintu kamar Alira.

Qila tak bisa diam, ia terus berfikir negatif tentang Kakak nya. Ia terus menggedor pintu kamar Alira sampai tangannya terasa sakit.

"Waduh, bisa gawat kalau Kak Alira koid, nanti enggak ada yang aku pamerin uang jajan. Eh, tapi... enggak apa-apa juga kalau Kak Al koid, nanti aku kebagian nasi kotak, hihihi." Qila cekikikan sendiri.

"Kakak belum juga bukain pintunya?" tanya Adnan setelah ia kembali dengan sebuah kunci di tangannya.

"Belum Yah, cepetan buka! Nanti takutnya Kak Alira kenapa-napa lagi," Qila menarik-narik ujung baju Ayahnya menyuruhnya untuk segera membuka pintu kamar Alira.

"Iya, iya... sebentar, Ayah bukain." Adnan memasukkan kunci itu ke lubang kunci, memutarnya pelan dan terbukalah pintu kamar Alira.

"Ayah, awas, awas..! Adek mau masuk duluan." Qila menggeser paksa tubuh kekar Adnan. Setelah ada celah untuk masuk Qila langsung masuk dan naik ke ranjang Alira.

Di atas kasur hanya terlihat gumpalan sebuah selimut yang membungkus tubuh Alira sampai wajah Alira tak terlihat sama sekali.

Buru-buru Qila menyibak selimut itu. Dan yang pertama kali ia lihat adalah Kakak nya yang masih tertidur dengan rambut acak-acakan dan belek ada di sudut mata.

"Kak bangun!" Qila menepuk keras pipi Alira atau bisa dikatakan Qila tidak menepuk melainkan menampar.

"Ayah, Kak Alira pingsan. Dia enggak bangun-bangun. Apa Adek pukul wajahnya aja, ya? Biar Kak Alira mau bangun." ucapnya kelewat santai.

ALIGAS [END]Where stories live. Discover now