42

23.6K 1.5K 46
                                    


Happy reading


🦋🦋🦋


Mereka masih menunggu Alira di ruang tunggu. Jasmin memegang erat tangan suaminya, ia terus merapalkan doa sebanyak mungkin. Meminta kepada tuhan untuk keselamatan Alira.

Tak lama Dokter keluar, membuat Jasmin menghela napas lega. Jasmin berdiri dan langsung menghampiri Dokter laki laki itu.

"Dok, anak saya baik-baik saja, kan?" tanya Jasmin penuh kekhawatiran.

"Anak Ibu baik-baik saja, saya sudah mengobati semua luka yang ada di tubuh Alira. Namun, Alira belum sadarkan diri, mungkin beberapa jam lagi akan siuman." ucap Dokter itu.

Semua yang ada si sana menghela napas lega saat Dokter mengatakan bahwa Alira baik-baik saja.

"Ibu bisa menjenguknya setelah Alira di pindahkan ke ruang rawat."

"Baik Dok, terimakasih," Jasmin tersenyum simpul.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu," Kemudian Dokter itu pergi.

"Alhamdulillah, Bun, Alira selamat." Adnan memeluk Jasmin erat. Ia sangat lega putrinya bisa terselamatkan.

"Bunda enggak mau tau pokoknya yang nabrak Alira harus ketemu!" ucap Jasmin sembari menahan tangisnya. Ia sangat marah pada pengendara mobil yang sudah menabrak Alira.

"Iya. Bunda tenang aja, secepatnya orang itu bakal ketemu." Adnan mengelus punggung sang istri.

Dret
Drett

Itu bunyi ponsel dari saku jas milik Guntur. Ia mengambil handphone nya dan mengangkat panggilan itu.

"Permisi sebentar, saya ada telpon," ucap Guntur sopan.

"Iya silahkan," ujar Adnan.

Guntur berdeham sebentar sebelum akhirnya ia menjawab panggilan telepon dari istrinya.

"Assalamualaikum, Ma, kenapa?"

"Papa kok pulangnya lama banget? Katanya tadi mau pulang awal, katanya juga mau beliin Mama martabak. Sekarang mana martabaknya? Kok enggak sampai ke rumah, sih?" omel Karina di sebrang sana.

"Astagfirullah, Ma, jangan marah-marah! Papa belum beli martabaknya, Papa sekarang ada di rumah sakit."

"Apa? Dirumah sakit? Rumah sakit mana, Pa? Mama samperin sekarang."

"Enggak usah Ma, Papa bentar lagi bakal__

"RUMAH SAKIT MANA, PA?"

"Astagfirullah," Guntur mengelus dadanya mencoba bersabar dengan suara istrinya yang waw itu.

"Cepet jawab!"

"Rumah sakit deket rumah kita Ma,"

Tut.

Baru saja Guntur menyelesaikan ucapannya, sambungan telepon langsung di matikan oleh Karina.

🦋🦋🦋

Karina menghempaskan Mimo dari pangkuannya begitu saja. Ia berlari cepat menuju kamar Sargas yang ada di lantai dua. Karina sempat berhenti di tengah tangga karena kakinya terasa kesemutan.

"Haduh, segala kesemutan lagi," Karina memukul pelan kakinya, tak lama ia melanjutkan lagi larinya menuju kamar Sargas.

Napas Karina terdengar tak beraturan, padahal ia hanya menaiki beberapa anak tangga. Mau bagaimana lagi, umur tidak bisa ditolak, semakin tua tenaganya semakin berkurang.

ALIGAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang