21

32.1K 1.9K 33
                                    

Happy reading


Tandai kalau ada typo!

🦋🦋🦋

Malam ini Bagas ada di rumah Alira. Bagas ingin curhat dengan sahabatnya itu. Bagas ke sini juga membawakan Alira telur gulung. Karena ia tahu, Alira tak akan mau mendengarkan curhatannya tanpa memakan sesuatu.

Sekarang Bagas dan Alira sedang ada di balkon kamar Alira, di sana tak hanya ada mereka berdua, di sana juga ada Qila bersama bonek kelincinya. Mereka duduk lesehan beralasan karpet kecil bergambar upin & ipin milik Qila. Tadi Alira sempat mengambilnya di kamar sang Adek.

"Gue rencana mau nembak Kak Rena besok. Kasih saran dong, besok gue harus gimana?" tanya Bagas pada Alira yang sedang makan telur gulung.

"Lah, gercep banget lo. Lo sama Rena aja baru kenal belum lama udah mau pacaran aja. Gue aja sama Kak Sargas masih enggak jelas." ucap Alira setelah menelan telur gulung nya.

"Gue udah sayang banget sama Kak Rena. Takut Kak Rena diambil orang. Gue enggak mau jadi sad boy." ucap Bagas sembari tertawa pelan.

"Kak, minta dong," Qila meminta telur gulung itu, ia juga ingin sekali memakanya.

"Nih, tapi jangan di habisin! Kalau sampai habis Kakak bakal mutilasi Miko." ancamnya sambil menatap tajam pada Adeknya. Kemudian ia beralih menatap Bagas intens.

"Gini ya Gas... kadang banyak orang yang kehilangan karena telat menyatakan, tapi ada juga orang yang kehilangan karena terlalu cepat menyatakan."

"Terus gue harus gimana? Gue mau ungkapin perasaan gue ke Kak Rena secepatnya biar hati gue lega." Bagas mengacak rambutnya frustasi.

"Terus rencananya lo mau nembak Rena dimana dan kapan?" tanya Alira.

"Gue kan tadi udah bilang, besok. Kalau soal tempat gue belum tahu. Makanya gue tanya ke lo, Kak Rena sukanya tempat apa?"

Alira berfikir sejenak ia sedang mengingat sahabatnya itu suka dengan tempat seperti apa.

"Emm... Rena suka pantai. Tapi dia enggak terlalu suka sama tempat yang terlalu ramai." ucap Alira.

"Hah... bingung gue. Mau nyatain perasaan gue dimana? Gue sekarang sampai enggak bisa mikir, otak gue penuh sama Kak Rena. Mau ngelakuin apa-apa ingatnya Kak Rena terus." ucap Bagas sembari tersenyum lebar.

Alira bergidik ngeri, Bagas ini alay sekali.

"Ck! Alay anjir. Lo tinggal bilang langsung ke orangnya besok kalau ketemu di sekolah, kalau enggak lo bilang aja di chat." saran Alira.

"Dih, cowok apaan? Nembak kok di chat. Nyalinya ciut, ya?" ejek Qila, ia menatap Bagas remeh.

"Diem Qil! Kamu nggak ngerti apa-apa." dengan gemas Bagas sedikit menarik bibir Qila.

"Ishh, sakit Kak..." Qila mencubit kuat tangan Bagas.

"Terus gue pas nembak Kak Rena gue ngasih apa? Masa gue kasih Kak Rena seblak. Yakalik gue nembak Kak Rena sambil nenteng plastik." ujar Bagas.

"Waktu itu kan gue udah pernah bilang, Rena itu selain suka seblak dia juga suka duit. Lo tinggal kasih Rena duit segepok, di jamin si Rena langsung mau, enggak ada kata tolak."

"Mana punya gue duit segitu banyaknya." Bagas meluruskan kakinya, ia menatap langit malam ini yang cukup indah. Iya indah, karena tiba-tiba langit malam berubah menjadi wajah Rena.

"Merendah untuk di tendang lo? Segala bilang enggak punya duit. Yakin, nih, enggak punya duit?" tanya Alira memastikan.

Bagas ini anak tunggal kaya raya yakalik enggak punya duit.

ALIGAS [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt