3

1.4K 177 5
                                    

Queen berjalan sembari berbicara dengan Lingling lewat pikirannya, hingga tidak menyadari jika dirinya sudah terlalu jauh melangkah. Hingga seseorang menabrak dirinya, membuat tubuh Queen terjatuh ke tanah. Gadis itu berdiri, menatap pemuda dengan pakaian serba hitam tak lupa dengan kacamata hitam juga yang bertengger di hidungnya.

"Kau tidak memiliki mata?" Seru Queen kesal.

Pemuda yang telah menabrak Queen tidak menjawab apapun dan pergi begitu saja. Queen yang terbiasa menerima perlakuan layaknya putri kerajaan pun mengejar pemuda itu, menghadang tepat di hadapannya.

"Cepat minta maaf!" Ujar Queen yang sudah kembali bersikap tenang.

"Jangan lari!" Teriakan dari belakang tubuh pemuda itu, membuat Queen ikut melihat orang yang bersuara. Matanya membola saat melihat tiga pria dengan badan besar berteriak sembari menunjuk-nunjuk ke arahnya, tidak lebih tepatnya menunjuk ke pemuda itu.

Queen yang masih belum mencerna apapun merasa linglung saat tiba-tiba tangannya ditarik begitu saja. Mau tak mau, membuat Queen harus ikut berlari menjauhi tiga orang mengerikan itu. Sampai di sebuah gang sempit dan penuh dengan barang bekas, jalan buntu membuat mereka berdua terjebak.

Queen yang kesadarannya kembali, menghempaskan tangan pemuda dengan pakaian serba hitam itu dengan keras.
"Kenapa kau menarikku?" Kesal Queen, gadis itu hendak pergi dari gang yang menurut Queen menyeramkan.

Baru mengambil empat langkah, tubuh Queen kaku saat tiga pria dengan badan besar berhasil mengikuti mereka.

"Membawa mangsa?" Ucap salah satu pria dengan tato yang memenuhi tubuhnya.

Queen menoleh ke arah pemuda yang kini tengah menatapnya tajam, Queen meneguk ludahnya dengan kasar.

"Lingling, apa yang harus aku lakukan?"

Ting!

"Saya juga tidak tahu nona, lakukan sesuatu!"

Queen merasa kesal pada Lingling, di saat seperti ini ia tidak dapat melakukan apapun.

"Ini diluar kendali saya nona, lakukan sesuatu jika ingin selamat!" Seru Lingling di dalam pikiran Queen.

Mata Queen menatap sekitar, ayolah jiwa Queen bukanlah jiwa seorang ksatria. Dia hanya seorang putri raja yang anggun dan di sayang rakyat,  dan tentunya sedikit licik. Saat pria-pria itu beranjak mendekat, Queen menarik sebuah besi panjang yang ada di dekatnya.

"Untuk apa benda itu nona kecil? Kami tidak akan takut dengan senjata mainanmu!" Ujar salah satu pria meremehkan.

Satu sudut bibir Queen terangkat, satu fakta dari jiwa Queen. Tidak suka diremehkan, maka dari itu dengan kemampuannya bermain pedang. Queen menggunakan besi itu selayaknya pedang di masa kerajaannya, hingga satu pria itu tumbang.

"Meremehkan ku?" Ujar Queen dengan nada mengejek, dua pria yang masih berdiri tegak langsung ikut menyerang Queen.

Tangan Queen dengan lihai menarikan besi panjang ke arah kedua pria itu, namun gadis itu juga merasa kewalahan. Dia tidak pernah berperang sungguhan sebelumnya, latihan juga hanya bersama kakaknya yang tak pernah serius mengajari Queen.

Tenaga Queen mulai melemah, saat fokus Queen menumbangkan pria yang ada di depannya. Pria yang lain menyerang Queen dari belakang, namun usaha itu gagal. Karena pemuda yang menarik Queen ikut menyerang.

Tak perlu waktu lama, dua pria tersisa juga ikut tumbang. Disusul oleh Queen yang kehabisan tenaga.

Mata Queen mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Queen terduduk dari posisinya, menangkap semua yang ada di ruangan yang ia tempati.

"Dimana ini?"

"Nona, anda baik-baik saja?"

"Kau bisa bertanya aku baik-baik saja setelah melihat aku berperang dengan dua pria besar!" Kesal Queen.

"Bukan berperang nona, tapi berkelahi!"

"Apapun itu Lingling, aku tidak perduli. Sekarang dimana kita?"

"Pemuda yang menarik anda, membawa anda kemari."

"Pemuda? Dengan pakaian aneh itu?"

"Tidak aneh nona, di zaman ini style pemuda itu bahkan menjadi incaran para gadis."

"Incaran para gadis katamu? Aku bahkan takut untuk bertemu dengannya lagi!"

"Nona, saya mempunyai firasat jika pemuda itu akan berguna di masa depan."

"Maksudmu?"

"Dekati pemuda itu!"

Queen melotot mendengar ucapan Lingling di pikirannya. "Mendekati?"

"Benar nona, dia dapat membantu anda di masa depan!"

"Bagaimana cara mendekatinya?"

"Itu terserah nona." Jawab Lingling membuat Queen bertambah kesal dengan sistem miliknya.

Saat Queen hendak memarahi Lingling, pintu terbuka menampilkan sosok pemuda yang menarik tangan Queen hingga terjebak di gang.

"Sudah sadar?" Tanyanya.

"Kau bisa melihat ku sudah sadar bukan?" Jawab Queen.

"Cepat pergi dari rumahku!" Queen melotot tidak percaya, dia diusir. Seorang putri mahkota diusir oleh pemuda tanpa ekspresi itu.

"Ka-kau, akh sudahlah!" Queen kesal, dia tidak meminta untuk di bawa ke rumah pemuda itu dan berakhir diusir. Gadis itu mengenakan sandalnya dan keluar dari kamar pemuda itu dengan perasaan marah.

"Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini!"

"Zaman anda dan zaman sekarang berbeda nona, mohon anda mengerti!"

"Kau juga sama Lingling, jangan bicara denganku sampai nanti malam!"

"Ta-tapi nona, baiklah perintah diterima."

Setelah itu, Lingling tidak bersuara lagi. Queen dengan langkah lebar keluar dari rumah mewah milik pemuda menyebalkan itu.

"Aku ingin kembali ke zaman ku!" Lirih Queen sedih, dia sudah berada di tepi jalan. Menyusuri jalanan yang sepi dan panas.

Queen mendongak, melihat langit yang cerah. "Aku datang kemari karena kematian, apa jika aku mati disini aku bisa kembali?"

Bibir tipis Queen tersenyum kecil, menatap jalanan yang sepi. Queen turun ke jalanan, menyebrang tanpa melihat kanan kiri lagi. Hingga tak sadar dari arah kanan terdapat truk yang melaju sangat cepat.

"Secepat ini terkabul?" Gumam Queen tidak percaya.

Saat jarak truk sudah mendekat, Queen menutup matanya. Hingga ia merasakan dekapan seseorang yang menariknya menjauh saat klakson truk berbunyi dengan nyaring. Queen membuka matanya, menemukan dada seseorang di hadapannya. Saat mendongak, matanya menangkap wajah yang familiar.

Queen mendorong pemuda itu dengan cepat. "Ingin mati?" Tanyanya.

Queen tidak menjawab dan hendak pergi, namun tangannya di tahan.

"Lepas!" Ujar Queen sembari meronta melepaskan cengkeraman tangan pemuda itu.

"Akan ku antar."

"Tidak perlu!" Tolak Queen mentah-mentah.

Pemuda itu tidak berkata apapun lagi, langsung mengangkat Queen layaknya karung beras di bahunya.

"Lepaskan aku! Kenapa manusia zaman sekarang tidak punya aturan?!" Teriak Queen dengan memukul punggung pemuda yang membawanya.

Pemuda itu memasukkan Queen dalam mobil, diikuti dirinya yang duduk di kursi pengemudi.

"Kau! Beraninya kau memperlakukanku tidak sopan seperti ini?!" Ujar Queen sembari menunjuk pemuda yang tengah menyetir.

"Diam!"

Queen mendengus kasar, lalu berakhir diam.

"Di zaman kerajaan ataupun di zaman modern, ada saja orang yang membuatku kesal!" Gumam Queen dengan suara pelan.

"Mengatakan sesuatu?" Tanya pemuda itu.

"Diam!"
 

Yes I'm QueenOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz