24

537 74 3
                                    

"Melamun?" Queen sadar dari lamunannya saat Ifzan tiba-tiba datang mengejutkan.

"Tidak." Jawab Queen lalu meminum jus dari Ifzan, kini mereka tengah berada di markas geng Alterix atas usulan Ian. Mereka ingin merayakan kemenangan Queen di tiga lomba tadi dengan anggota lainnya. "Oh ya, bagaimana dengan Ara tadi?"

Ifzan mendengus kesal mendengar nama gadis bermuka seribu itu. "Entah."

Queen mencari Ian, pemuda itu pasti tahu kelanjutan kasus Ara. "IAN!"

Gadis itu berlari meninggalkan Ifzan yang tengah menatap Ian tajam, sementara yang ditatap meneguk ludahnya kasar. "Ada apa Bu bos?" Tanya Ian setelah Queen duduk di sampingnya.

"Bagaimana dengan kasus Ara tadi?" Ian mengerutkan keningnya heran, kenapa Queen menanyakan Ara.

"Gue denger tadi Ara di bawa ke ruang BK, Bu bos. Habis itu nggak tahu lagi." Jawab Ian, pemuda itu melanjutkan bermain ular tangga bersama tiga anggota yang Queen tidak tahu namanya. Mereka bukan anggota inti Alterix, maka dari itu Queen tidak mengenal mereka.

"Bu bos mau ikut?" Tanya anggota dengan tindik di telinga kanannya, Queen menggeleng lalu tersenyum tipis.

"Tidak, aku tidak bisa bermain seperti itu." Ujar Queen, lalu gadis itu bangkit dari duduknya. Ia merasakan ponselnya bergetar di balik saku roknya, keningnya berkerut melihat siapa yang menghubunginya.

"Gue pulang dulu ya!" Karel cepat-cepat keluar dari markas meninggalkan tanda tanya di kepala teman-temannya, jarang sekali Karel terlihat buru-buru.

"Kasihan Karel, mana masih muda." Celetuk Vian yang mendapatkan lemparan kulit kacang dari Beno.

"Maklumlah, setelah kehilangan adiknya dia jadi gitu." Sahut Beno.

"Siapa?" Queen terkejut saat Ifzan sudah berada di sampingnya, sepertinya pemuda itu sangat suka mengejutkan. "Siapa amour?" Tanyanya lagi.

"Gold." Jawab Queen, lalu menyimpan ponselnya dengan cepat. "Aku ingin pulang, sudah malam."

"Baiklah, ayo!" Queen menggeleng pelan, "ada apa?"

"Gold mengajakku pulang berdua dan bertemu di rumahmu," jawab Queen membuat Ifzan menggeram marah.

"Beraninya dia!" Desisnya tajam, Queen mengusap lengan Ifzan menenangkan.

"Hanya pulang, tenang saja!" Ujar Queen lembut, "cepat susul pulang!" Queen berpamitan dengan anggota lain, lalu keluar dari markas dan sudah disambut dengan mobil hitam di pinggir jalan.

Queen mengetuk kaca mobil, lalu membuka pintu. Gadis itu duduk di samping kemudi, yang sudah ada Gold tanpa mengenakan topeng.
"Sudah malam tapi kau masih berada di antara mereka?"

Queen mengedikkan bahunya acuh, "seperti Ara tidak. Dia bahkan lebih parah." Sahut Queen.

"Tapi seharusnya si bodoh Ifzan berpikir untuk memulangkanmu terlebih dahulu," sungutnya lagi.

"Kenapa kau memintaku pulang bersamamu?"

"Hanya ingin bicara berdua, jarang bukan kita seperti ini?" Queen berdecak malas.

"Sudahlah Gold, jangan berlebihan seperti itu." Potong Queen cepat.

"Aku harap masalah kita cepat selesai." Ucap Gold, Queen memicingkan matanya.

"Kau lelah bekerja sama denganku?" Tanyanya kesal, terdengar Gold tertawa ringan.

"Tidak, aku hanya takut sulit melupakanmu jika terlalu sering bertemu dan mengobrol seperti ini denganmu." Jawab Gold, "walaupun kau kekasih Ifzan, tidak menentukan cintaku hilang."

"Itu salahmu sendiri." Cibir Queen. "Bagaimana dengan teman-temanmu?"

"Masih aman, tidak ada yang curiga. Kau sudah melihatnya sendiri bukan?" Queen mengangguk pelan. "Bagaimana hubunganmu dengan Ifzan?"

"Baik."

Gold terlihat mengangguk pelan. "Ya, dia baik. Lebih baik dariku, maka dari itu aku melepaskanmu bersamanya."

"Menyesal?" Ledek Queen membuat Gold mendengus kecil, "lupakan perasaanmu itu. Jiwa Queennara sudah berbeda," imbuhnya.

Mobil Gold sudah berada di halaman rumah Ifzan, tak lama dari itu pemilik rumah juga tiba dengan motornya. Ifzan melepas helm-nya dan menatap sinis Gold.

"Sudah puas berdua dengan kekasihku?" Ifzan menarik tangan Queen untuk mendekat, Gold terkekeh pelan.

"Puas, aku jadi tahu rahasiamu." Jawabnya dengan seringai kecil.

"Semua rahasiaku sudah kau ketahui Gold!" Geram Ifzan, Gold malah tertawa.

"Termasuk kau yang suka tidur sembari memeluk boneka beruang!" Sahut Gold lalu tertawa lebih keras, sedangkan Queen menatap Ifzan tak percaya.

"Kau suka boneka beruang?" Tanya Queen sedikit meledek, pipi Ifzan memerah karena malu.

"Itu kebiasaan pemilik raga yang tidak bisa aku ubah Amour," jawab Ifzan, "berhenti tertawa Gold! Ayo masuk!"

Gold, Ifzan serta Queen duduk melingkar di atas karpet bulu di kamar Ifzan.

"Bagaimana kasus Ara tadi?" Tanya Queen memulai pembicaraan.

"Dia di bawa ke ruang BK, tapi guru tidak memberikan hukuman apapun." Jawab Gold, kening Queen berkerut samar.

"Kenapa? Bukankah Ara salah, kau tidak memberikan semua bukti?" Tanya Queen curiga, Gold terlihat menghela nafasnya panjang.

"Tentu aku memberikan semua bukti, dari bukti foto sampai rekaman cctv. Tapi guru itu tidak perduli dengan bukti dan terhasut dengan tangisan Ara." Jelas Gold, "bahkan aku menyerahkan semua bukti perundungan yang dilakukan Ada pada guru." Imbuhnya.

"Tidak berguna mengadu pada guru, mereka akan melihat yang terlihat saja." Ujar Ifzan, "aku akan membuat akun sosial media baru dan menyebarkan bukti-bukti itu di sana."

Gold terlihat mengangguk, "ide bagus." Sahutnya cepat.

"Bagaimana jika pakai akun Quennara saja?" Usul Queen, "Quennara memiliki banyak pengikut. Itu akan memudahkan kita menyebar kebusukan Ara selama ini." Imbuhnya, kedua pemuda itu terlihat menimang lalu tak lama mengangguk.

Gold menyeringai tipis, "baiklah, cepat sebar!"

Jari tangan Queen bergerak cepat mengunggah foto serta video tindak penindasan Ara, tak lupa untuk menandai korban-korbannya. Bibir Queen tersenyum saat unggahan yang baru beberapa menit ia unggah sudah ramai di komentari. Foto-foto penindasan dengan pelaku Ara bukan hanya satu atau dua, tapi hampir lima puluh orang. Dan mereka semua mengadu pada guru, jika Queennara yang menindas atas suruhan Ara.
Dalam foto dan video, wajah Ara sangat terlihat jelas. Sangat bodoh jika ada yang mengatakan semua bukti editan.

Gold membuka ponselnya dan melihat unggahan Queen, dirinya ikut berkomentar lalu tersenyum sinis melihat balasan-balasan dari komentarnya.

"Akh, mereka bodoh sekali!" Seru Gold tak habis pikir dengan pendukung Ara yang masih membelanya.

"Jangan recoki rencana Gold!" Ujar Ifzan mengingatkan.

"Aku sedang menjalankan rencana," balasnya acuh.

"Ander berkomentar huh?" Queen melirik ke arah Ifzan lalu beralih ke Gold. "Apa-apaan ini? Queen, Lo gila nuduh Ara yang polos dan lugu lakuin hal keji kaya gitu?" Queen membacakan komentar dari Ander, lalu ketiganya tertawa.










Yes I'm QueenWhere stories live. Discover now