19

463 68 1
                                    

"Ara." Gumam Ifzan pelan, namun dapat di dengar oleh keduanya.

"Ara? Dia Crest, yang membunuh Quennara?" Tanya Queen meminta penjelasan, sedangkan Gold menatap aneh gadis itu.

"Membunuh Quennara? Bukankah kau Quennara?" Tanya Gold yang mendapat lemparan bantal dari Ifzan.

"Jangan memperpanjang pertanyaan yang kau sudah tahu jawabannya!" Ketus Ifzan, Gold terkekeh pelan. Gold memang sudah tahu siapa Ifzan dan Queen sebenarnya, karena Ifzan sudah sangat mempercayainya. "Aku sudah menduganya dari awal, jika gadis itu tidak sepolos yang terlihat." Imbuhnya. 

"Tapi, bagaimana Ara bisa menjadi Crest? Maksudku, dia seorang gadis dan membunuh?" Ujar Queen tak percaya, kedua pemuda yang ada di sana mendengus kecil.

"Bukankah di zaman kita juga ada, bahkan lebih sadis." Queen meneguk ludahnya kasar, memang benar. Para gadis di zaman kerajaan bahkan lebih sadis dalam membunuh. Termasuk dirinya yang pernah membunuh salah satu pelayan karena mencampurkan racun ke minuman ibu kandungnya.

"Kau juga sama!" Seru Queen tidak terima, Ifzan terkekeh pelan.

"Tugasku memang menumpaskan musuh sayang," balasnya dengan seringai jahil.

Gold memutar bola matanya malas, "jangan bermesraan di depanku!" Sentaknya kesal, "kita sudah tahu siapa Crest sebenarnya, sekarang tugas kita adalah membongkar kebusukan gadis itu." Imbuhnya dengan sorot mata tajam penuh kebencian.

"Akan ada acar di ulang tahun sekolah, kau harus ikut Queen!" Perintah Gold.

"Kenapa aku harus ikut?" Balas gadis itu, Gold terlihat menyeringai.

"Karena saat acara aku akan menyebarkan secuil kejahatan Ara." Jawabnya ringan.

"Bagaimana kau tahu jika Crest adalah Ara?" Tanya Queen penasaran, pertanyaan itu sejak tadi menghantuinya.

"Aku memang sudah lama mencurigainya, tiba-tiba dia pindah sekolah setelah adikku di bunuh dan memdekatiku. Dia mengucapkan bela sungkawa padaku, padahal berita kematian adikku tidak tersebar di kalangan orang asing. Lalu aku pernah melihat sebuah tanda kepala gagak di belakang telinga kirinya, itu adalah tanda yang ditinggalkan Crest di kedua pipi adikku." Jelas Gold, "maka dari itu aku mulai mencari tahu, apalagi dia datang dalam keluarga Quennara dan juga Raja. Aku tahu kalian bukan anak kandung Adrean dan Naira," Queen menganggukkan kepalanya paham. "Kau tidak curiga?" Queen menatap Gold tak mengerti.

"Curiga pada siapa?"

"Ara dan kedua orang tua angkat mu." Jawabnya.

"Kenapa aku harus curiga?" Tanya Queen acuh, ia tidak perduli pada Adrean maupun Naira. Karena menurut Queen, mereka berdua tidak berhubungan dengan kematian Quennara walaupun sering menyiksanya. Gold berdecak pelan mendengar jawaban acuh dari Queen.

"Coba kau pikir lagi, Adrean dan Naira bisa baik pada Ara ketimbang kau yang sudah mereka rawat dari kecil. Ara licik, tapi dia tidak bisa bergerak sendiri." Queen terdiam seolah menghubungkan antara pasangan gila itu dengan Ara.

"Kau benar, apakah mereka orang tua kandung Ara?"  Gold mengangkat bahunya tidak tahu.

"Satu jawaban yang pasti, mereka bekerja sama." Sahut Gold, "kau tidak penasaran siapa orang tua kandung Quennara dan Raja?" Tanya Gold sembari memicingkan matanya.

Queen tersadar sesuatu, merogoh saku tasnya dan mengambil foto yang ia temukan di gudang. "Aku menemukan foto ini di gudang saat aku di kurung, sepertinya mereka adalah orang tua kandung Quennara." Gold mengambil alih foto tersebut, melihat dengan teliti.

"Aku seperti pernah melihat orang ini," gumam Gold pelan, Ifzan yang sedari tadi diam mulai tertarik untuk berbicara.

"Dimana?" Tanyanya, Gold kembali mengedikkan bahunya.

"Aku lupa, itu sudah sangat lama." Jawabnya.

"Kau melihat keduanya, atau hanya salah satu?" Kini Queen yang bertanya.

"Aku melihat pria ini saja, aku lupa dimana aku bertemu. Yang pasti, saat itu dia memakai pakaian aneh." Jelasnya, "apakah dia mirip dengan ayahmu di zaman dulu?" Queen mengangguk pelan.

"Aku ingin kembali saja jika begini," Queen menghela nafasnya panjang sembari menyandarkan tubuhnya di sofa. "Hei Gold! Apakah kau tidak takut jika teman-temanmu tahu penyelidikan ini?" Tanya Queen mengalihkan kesedihannya.

"Tidak, aku tahu jika mereka bodoh. Tapi mereka tidak akan membenciku untuk sebuah kebenaran." Ifzan berdecak pelan.

"Jika mereka tidak mau memaafkanmu, jangan mengemis padaku untuk membujuk mereka!" Ancam Ifzan sinis, Gold tertawa ringan.

"Tidak, aku tidak akan mengemis padamu untuk masalah kecil seperti itu." Balasnya setelah mengendalikan tawa, "baiklah. Jika kita berada di lingkungan luar, sebisa mungkin jangan saling berhubungan secara kentara. Bersikap seperti biasa, karena saat kemarin aku memberi kode mata pada Ifzan ada yang curiga." Jelas Gold, Ifzan maupun Queen mengangguk setuju.

"Bisakah aku memanggil nama aslimu?" Gold menggeleng pelan menjawab pertanyaan Queen.

"Jangan, panggil aku Gold saja. Karena jujur, aku sedikit risih dengan nama asliku." Ujarnya dengan dengusan kecil, "jadi penyelidikan kita hanya tinggal kasus pembunuhan adikku, dan juga pembunuhan Quennara. Untuk yang lain, aku dan Ifzan sudah menemukan semua bukti dan kejahatan Crest atau Ara."

"Jangan lupa, kita harus mencari tahu ada hubungan apa Adrean dengan Ara. Siapa orang tua kandung Quennara dan Raja, itu penting juga." Sahut Ifzan.

Queen menghela nafasnya panjang, "baguslah kalian sudah mencari. Aku tinggal menjalankan sandiwara saja." Ujarnya lega, seketika itu juga Gold melemparinya dengan keripik singkong yang ada di meja. "Hei, wajahku!" Seru Queen kesal.

"Hentikan Gold!" Geram Ifzan dan membantu Queen membersihkan keripik singkong yang menempel di rambutnya.

Ting!

"Nona, Lingling mendapat data tentang Ara!" Seru Lingling membuat Queen terdiam di tempat, Ifzan yang juga mendengar suara Lingling ikut membeku.

"Ada apa?" Tanya Gold bingung, pemuda itu menyuapkan keripik singkong ke dalam mulutnya.

"Jelaskan Lingling!" Perintah Queen.

"Apa yang dijelaskan?" Tanya Gold seperti orang bodoh.

"Diamlah!" Seru Ifzan kesal, Gold melipat bibirnya ke dalam.

"Baiklah."

"Jadi nona, Ara adalah Crest yang telah membunuh Anda dan salah satu gadis lain. Dia juga menjadi pelaku penindasan terhadap banyak siswa, tapi menyuruh korbannya untuk melaporkan nama pemilik raga. Ara juga merupakan salah satu anggota pembunuh bayaran yang di pimpin oleh orang tuanya. Gadis itu bersikap lemah agar, jika berita kebusukannya tersebar orang-orang tidak akan percaya. Selama ini, dia sudah membunuh tiga orang menggunakan tangannya sendiri, tapi dikurangi anda menjadi dua. Satu adalah adik dari Tuan Gold, Sarah dan kedua adalah adik dari teman Tuan Ifzan, dan yang ketiga Quennara."

"Siapa orang tua Ara?" Tanya Queen penasaran.

Ting!

"Orang tua angkat pemilik raga!"


Yes I'm QueenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora