15

827 125 20
                                    

Queen bangun pagi lagi hari ini, ia akan memasak makanan yang mudah dan enak tentu saja. Setelah semalam belajar memasak makanan modern dari aplikasi video, Queen kini tengah berada di dapur. Mengikat rambut panjangnya tinggi, dan menggunakan celemek agar pakaiannya tidak kotor. Queen memotong bawang dan cabai, lalu lanjut memotong sosis. Ia ingin memasak tumis buncis dengan sosis, anggap saja sebagai percobaan.

Queen memanaskan wajan yang sudah terisi sedikit minyak, memasukkan potongan bawang dan cabai lalu tak lupa gula. Queen memasukkan potongan buncis dan juga sosis yang sudah ia potong, menambahkan sedikit kecap serta penyedap rasa. Gadis itu menaruh sedikit air yang berasal dari masakannya ke telapak tangan, mencicipi rasa masakannya.

Senyumnya terbit saat tahu masakannya berhasil dengan baik, Queen melepaskan celemek dan hendak kembali ke dalam kamar sesudah menyiapkan semua makanan di atas meja. Berjalan melewati ruangan penyimpanan, karena memang ruang penyimpanan terletak di samping dapur. Telinga Queen menangkap suara tangis perempuan dari dalam ruangan tersebut, setahu Queen tidak ada penghuni yang mendiami ruangan tersebut. Queen hendak berjalan kembali, mengacuhkan suara aneh itu. Namun,  suara tangis wanita semakin jelas terdengar.

Tanpa rasa takut, Queen membuka pintu ruangan penyimpanan yang tumben sekali tidak dikunci. Queen memutar kenop pintu dan matanya melotot terkejut. Mata Queen melihat Naira dengan wajah lebam dan tubuhnya terikat menggunakan syal berwarna hitam.

"Queen! Lepasin mama sayang, mama minta maaf." Ujar Naira sembari menangis sesenggukan, belum sempat  otak Queen mencerna apa yang terjadi. Tubuhnya sudah ditarik dan pipinya mendapat tamparan lagi, Queen mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang sudah melakukan kekerasan itu.

"Papa udah capek sama kamu Quennara! Teganya kamu ngurung mama di ruangan ini!" Teriak Adrean tepat di depan wajah Queen, gadis dengan iris mata biru itu mengusap telinganya yang berdengung.

"Kenapa anda datang lalu marah-marah pada saya tuan?" Tanya Queen tanpa amarah, karena jika Queen emosi. Maka pasangan gila itu akan senang karena rencananya berhasil.

"Dari semalem papa cariin mama kamu, ternyata kamu yang ngurung mama di sini!" Bentak Adrean.

Queen memutar bola matanya malas, melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu melihat Raja yang sedang berjalan mendekati keributan,   Queen menghela nafasnya panjang. Akan ada drama lebih di sini, dan akan menyita banyak waktu.

"Ada apa pa? Raja sampai kebangun gara-gara denger teriakan papa." Ucap Raja setelah berada di dekat Adrean, mata pemuda itu melirik ke arah Queen. Matanya menangkap luka lebam di kedua pipi Queen, dapat Raja rasakan rasa dari kedua luka itu. Mata tajamnya bergulir ke arah ruangan yang selalu terkunci kini terbuka, matanya membola lebar saat melihat Naira duduk dilantai dengan keadaan terikat. "Mama!" Raja bergegas melepaskan ikatan syal yang kenali dari tubuh Naira dan membantu wanita itu berdiri.

"Mama kenapa?" Tanya Raja khawatir.

Naira memasang senyum palsu, "mama nggak apa-apa Raja, cuma salah paham aja." Jawab wanita itu.

"Nggak, siapa yang ngurung mama kaya gini?" Tanya Raja lagi. "Papa yang ngurung dan nyakitin mama?" Tanya Raja pada Adrean.

Adrean menggeleng pelan, lalu menunjuk Queen dengan telunjuknya. "Ini ulah adik kamu ini! Beraninya dia mukul mama dan ngurung mama disini, papa dari tadi malem cariin mama." Jawab Adrean sambil menatap tajam Queen, sedangkan disisi gadis itu. Queen menarik salah satu sudut bibirnya, licik sekali Adrean.

"Lo keterlaluan." Lirih Raja sembari menatap Queen penuh kecewa, "kenapa Lo tega sama mama Lo sendiri?"

Queen mendengus kecil, "terserah kalian." Balas Queen acuh, Raja masih terpengaruh dengan pasangan gila itu. Tidak ada gunanya menjelaskan panjang lebar, karena Raja akan selalu membela mereka dibandingkan adik kandungnya.

"Papa akan hukum kamu." Ujar Adrean tajam, Queen ikut membalas tatapan tajam itu tanpa takut. "Kamu akan dikurung di ruangan itu sampai nanti malam!" Mata Queen melebar sempurna, dia tidak terima dihukum dengan pasal yang ia tidak lakukan.

"Aku menolak!" Tolak Queen keras, "kenapa anda tidak memberikan tissue basah pada istri Anda. Agar lukanya menghilang? Kenapa anda tidak membantu istri anda terlebih dahulu, dan malah memarahi saya?" Perkataan yang sedari tadi di dalam benak Queen akhirnya tersalurkan. "Bukankah seharusnya anda membantu istri anda terlebih dahulu, baru memarahi saya? Kenapa seolah keadaan istri anda tidak penting dan lebih penting untuk memarahi saya yang tidak tahu apa-apa." Imbuh Queen panjang.

"Kamu!" Adrean memegang dadanya, membuat Queen berdecak pelan melihat sandiwara berlebihan pasangan gila itu.

Plak!

Satu tamparan diterima Queen, kali ini bukan Adrean maupun Naira. Tapi Raja pelakunya, Queen mengusap sudut bibirnya yang terasa asin karena darah. "Lo udah keterlaluan!" Bentak Raja.

"Aku tidak perduli." Balas Queen tenang, "dan seharusnya kau juga begitu kak. Atau kau akan menyesal karena telah terperdaya oleh mereka, kau hanya dijadikan alat balas dendam." Queen dapat melihat wajah tegang dari kedua pasangan gila itu.

"Omong kosong!" Raja menarik tangan Queen kasar, mendorongnya masuk kedalam ruangan tempat Naira semula. "Gue nggak perduli kalau Lo adik gue, Lo jahat sampai tega sama orang yang lahirin Lo!" Raja mengunci ruangan berdebu itu, dengan amarah yang memupuk di kepalanya.

Raja mengatur nafasnya yang memburu, sedangkan diam-diam Naira menyeringai kecil. "Ayo ma, Raja anter ke kamar." Tawar Raja, Naira hanya mengangguk pelan dengan wajah sedih. Adrean juga mengikuti dari belakang, melihat punggung Raja penuh dengan permusuhan.

"Bodoh!" Gumam Adrean pelan, yang tentu hanya pria itu yang mendengarnya.

Sedangkan disisi Queen, gadis itu tengah meneliti ruangan yang ia tempati. Ruangan berdebu dengan lampu temaram, Queen mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter.

Ting!

"Anda tidak apa-apa nona? Bagaimana wajah anda setelah mendapat tamparan berkali-kali?" Tanya Lingling bertubi-tubi.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit kebas di wajah cantikku ini." Jawabnya.

"Bukankah Kakak pemilik raga bodoh? Kenapa dia tidak menyadari dengan cepat perkataan anda tadi."

Queen terkekeh pelan, "mungkin belum Lingling." Sahut gadis itu.

"Apa yang sedang anda cari nona?"

Queen menghentikan kegiatannya membuka halaman buku yang ia pegang, "aku sedang mencari informasi di sini Lingling, Quennara pernah menuliskan tentang tempat ini di buku." Jawabnya, "kau sudah menemukan informasi tentang Ara?"

"Baru Lima puluh persen nona," jawab Lingling.

"Tidak apa-apa, beritahu aku jika sudah sepenuhnya diketahui!"

"Anda tidak ingin tahu informasi ini terlebih dahulu? Mungkin dapat membantu nona."

"Mungkin nanti Lingling, saat ini aku akan mencari informasi penting yang salah satu dari kita belum ketahui." Balas Queen.

Gadis itu terus membaca buku yang tertumpuk di ruangan berdebu, yang orang lain bisa sebut sebagai gudang. Tapi entah kenapa keluarga ini menamainya sebagai ruangan penyimpanan, dari awal juga Queen mulai curiga. Queen hendak menarik buku yang terdapat ditumpukkan paling bawah, saat menariknya. Sesuatu terjatuh dari bawah buku tebal bersampul hitam.

"Foto?"

Queen melihat foto yang berisi dua orang dewasa, satu anak laki-laki berusia 4 tahun dan dua bayi, yang memiliki rupa sama. Kening Queen berkerut samar, membalikkan foto tersebut. Queen mendapati tulisan nama-nama orang yang ada di dalam foto.

"Mommy, Daddy, Kakak Zi, baby R, dan baby Q?"


Yes I'm QueenWhere stories live. Discover now