9

904 115 8
                                    

Queen hendak menutup matanya, namun ketukan pintu dari luar terdengar mengganggu. Dengan malas gadis itu membuka pintu kamar dan melihat Raja yang datang dengan nampan berisi makanan dan satu gelas susu.
"Makan!"

Queen menerima dengan senang hati, tapi bukankah ini aneh. Kenapa Raja terlihat perhatian padanya, padahal siang tadi dia begitu jahat pada Queen. "Kenapa kakak baik sama Queen?" Tanya gadis itu dengan mata memicing.

Raja tidak terlihat gugup, pemuda itu malah bersikap tenang dengan mata yang menyorot tajam bagi orang lain yang melihat. Bagi Queen, tatapan Raja adalah tatapan khawatir. Bolehkah Queen berharap pada kakak pemilik raga yang akan membelanya di masa depan.

"Biar nggak cepet mati." Raja berlalu setelah menjawab, sedangkan Queen menganga tak percaya mendengarnya.

Ingatkan Queen untuk tidak terlalu berharap, walaupun Raja saudara kandungnya tapi sikap pemuda itu sangat-sangat menyebalkan. Queen kembali menutup pintu, sepertinya tidak ada suara lagi. Kemungkinan kedua orang tua angkatnya sudah tidur, lalu apakah Raja mengendap-endap mengambil makanan untuknya. Mengedikkan bahunya acuh, Queen duduk mulai menyantap makanannya. Dari siang dia belum makan sama sekali, perutnya mulai terasa perih.

"Lingling!" Panggil Queen di sela makannya.

Ting!

"Ada apa nona?"

"Bisakah kau carikan data tentang Ara?"

"Sedikit mustahil, tapi saya akan mencoba."

"Terima kasih Lingling, dan jika bisa tolong Carikan siapa pembunuh Quennara dulu."

"Akan saya usahakan nona."

Setelah makanannya tandas, Queen membersihkan wajahnya dan membuka buku catatan harian milik Quennara. Dia baru membaca setengahnya, yang berisi keinginan serta curhatan Quennara sebelum Ara datang. Di tuliskan, jika sejak kecil Quennara diperlakukan berbeda dengan Raja. Semua keinginan Raja selalu terpenuhi, sedangkan Queen dia harus menunggu beberapa Minggu atau harus berusaha mendapatkan keinginannya sendiri. Beberapa kali dia harus mendapatkan kekerasan fisik, dan setiap hari harus mendapatkan kekerasan mental saat kedua orang tuanya berada di rumah. Walau tidak separah Queen sekarang, namun bagi Quennara perlakuan kedua orang tua angkatnya sangatlah kejam untuk umur mudanya.

Quennara juga menuliskan tentang Ander, pemuda yang gadis itu sukai. Ander pernah menyelamatkan Queennara saat sedang dipukuli oleh Adrean sang ayah. Saat itu, Ander dan teman-temannya datang untuk mengunjungi Raja dan disuguhkan dengan pemandangan Adrean yang tengah menjambak rambut panjang Quennara. Ander yang memiliki adik perempuan merasa tidak tega melihat Quennara di sakiti, maka dari itu Ander melerai Adrean dan menyembunyikan Queennara di belakang tubuhnya. Sejak saat itu, Quennara menyukai Ander dan selalu mengejarnya. Ander pernah menerima kehadirannya, namun lagi-lagi keberuntungan menjauh dari Quennara. Gadis itu harus rela berlaku seperti wanita murahan karena paksaan Naira, hingga Ander mulai membencinya.

Warna kuning, kenapa kamar Quennara berwarna kuning saat Queen datang. Karena, Ander tidak menyukai warna-warna cerah seperti itu. Maka dari itu, Naira merubah semua warna di kamar Quennara dengan warna-warna cerah dan mencolok. Hingga bertambahlah kadar kebencian Ander terhadap Quennara.

Raja juga tidak menyukai sang adik karena tingkah, serta penampilan adiknya yang seperti wanita murahan. Dengan pakaian pendek dan juga wajah penuh make up tidak sesuai dengan umurnya. Beberapa kali Raja juga mendapatkan foto Quennara yang sedang berada di club malam, dituliskan dalam buku harian. Quennara juga tidak tahu siapa pengirimnya. Yang pasti, dalam foto itu bukanlah dirinya. Karena gadis itu dapat memastikan jika kakinya tidak pernah melangkah ke tempat yang mengantarnya ke neraka.

Yes I'm QueenWhere stories live. Discover now