18

527 75 3
                                    

Setelah mendapatkan persetujuan dari Adrean, Queen kini berada di rumah Ifzan. Tepatnya berada di samping kamar Ifzan yang sekarang menjadi kamarnya, gadis itu masih tidak terima pergi dari rumah itu. Masih banyak hal yang belum ia cari tahu, dan Ifzan membawanya kemari bahkan setelah mendengar penolakan Queen sebelumnya.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok tegap Ifzan yang kini tengah berdiri menatap Queen penuh kasih sayang. "Ayo makan!" Ajaknya, Queen mengabaikan dan malah berbalik memunggungi Ifzan.

Ifzan menghela nafasnya panjang, "aku minta maaf. Tapi aku tidak tahan melihat perlakuan kasar mereka padamu." Jelas Ifzan.

"Pergilah, aku tidak ingin bicara padamu!" Queen menaikkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh. Queen belum tertidur, tapi dia enggan berbicara dengan Ifzan saat ini. Telinga Queen mendengar suara pintu tertutup, perlahan Queen membuka selimut yang menutup kepalanya. Saat hendak berbalik, Queen berteriak melihat wajah Ifzan yang sangat dekat dengannya.

Queen terduduk di pinggir ranjang, diikuti Ifzan di sisi yang lain. "Ingin bicara?"

"Tidak!" Queen menatap sinis Ifzan yang kini malah tengah tersenyum, diambilnya nampan dari meja dan di berikan pada Queen.

"Aku tidak ingin melihatmu sakit Amour, makanlah!" Queen bergeming, enggan bergerak. Ifzan berdecak pelan dan menarik Queen untuk mendekat, menyendok kan nasi ke mulut Queen. "Buka mulutmu!" Perintahnya, "atau kau ingin makan dengan cara lain?"

Queen mendengus lirih, dengan malas membuka mulut membiarkan makanan yang disiapkan Ifzan masuk. "Aku tahu kau pasti marah dengan keputusanku ini, tapi aku sudah memikirkannya dengan baik." Queen diam mendengarkan.

"Aku juga tahu kau sedang memerintah Lingling untuk mencari tahu tentang Ara," Queen tersedak mendengar perkataan Ifzan. "Kenapa terkejut?"

"Kau tahu darimana?" Tanya Queen curiga.

"Kenapa kau penasaran? Darimana aku tahu bukanlah hal penting, mari kita mulai penyelidikan kita." Queen berdecak pelan. "Oh ya, bagaimana kau bisa masuk ke dalam zaman kita dulu?" Tanya Ifzan berusaha mengalihkan perhatian Queen.

"Aku belum mendengar penjelasan Lingling, karena tadi ada adegan kau memukuli Raja." Sindirnya.

Ifzan terkekeh pelan, menyuap satu sendok nasi untuk Queen. "Orang itu memang pantas di hajar, jika saja aku memiliki pedang. Sudah kutebas kepala Raja." Ucapnya sadis, membuat Queen meneguk ludahnya kasar. Ia lupa jika Ifzan adalah pangeran dengan watak keras.

"Lingling, beri aku penjelasan!" Perintah Queen pada Lingling, "kau bisa mendengar suara Lingling?" Tanyanya pada Ifzan, pemuda hanya mengangguk sebagai jawaban.

Ting!

"Nona, dari informasi yang Lingling dapatkan. Rumah anda memiliki hubungan dengan Kerajaan Elean, lebih tepatnya seseorang yang menghubungkannya menggunakan media guci dan juga kaca. Tapi tidak sembarang orang dan waktu dalam berpindah waktu, hanya orang dan waktu khusus yang dapat berpindah ke kerajaan Elean."

"Seseorang? Siapa?" Queen terdiam hanyut dalam pikirannya, "guci dan kaca." Gumamnya pelan.

"Apakah ada informasi lain Lingling?" Kini Ifzan yang bertanya.

"Dari sistem penjaga, seseorang yang dimaksud pasti mempunyai kuasa lebih di zaman kerajaan." Jawab Lingling.

"Kaca dan guci, aku melihat dua benda itu di kamar ayah. Jauh sebelum aku berpindah jiwa kemari, dua benda itu selalu ada di kamar ayah dan benda-benda itu sangat mirip dengan yang ada di gudang rumah." Jelas Queen, Ifzan terlihat menganggukkan kepalanya seperti paham mendengar ucapan Queen.

Yes I'm QueenWhere stories live. Discover now