26

777 86 11
                                    

Queen berjalan menuju taman belakang, taman yang ia gunakan untuk berubah pakaian saat akan melakukan tari pedang. Tempat itu masih sama sepinya dengan dulu, karena memang tidak ada yang akan datang kemari. Gadis itu tengah menunggu kedatangan Ifzan dan juga Gold.

"Amour, kau menunggu lama?" Ifzan akhirnya datang, dengan keringat yang membasahi dahi. Mungkin pemuda itu berlari dari ruang guru ke tempat mereka sekarang, yang memiliki jarak lumayan jauh.

"Belum, aku baru saja tiba." Jawab gadis itu, "kau lelah?" Ifzan spontan mengangguk.

"Aku harus mengalihkan perhatian penjaga ruang guru dan juga ruang kepala sekolah agar aku dapat menyusup dan menyalakan video ke proyektor," jelas Ifzan. "Si bodoh Gold tidak memberitahuku jika kedua ruangan itu di jaga saat jam pelajaran berlangsung." Imbuhnya kesal.

Belum sempat Queen berkomentar, Gold datang dengan keadaan yang tak jauh dari Ifzan. "Kau saja yang tak mendengar," sela Gold.

"Terserah padamu, jadi bagaimana keadaan gadis itu?" Tanya Ifzan mengabaikan protesan dari Gold.

"Karena semua guru sudah melihat video-video itu, mereka memutuskan untuk menghukum Ara." Jawab Gold, "tapi sangat disayangkan karena hukumannya tidak berat sama sekali." Lanjutnya kecewa.

"Apa hukumannya?" Kini Queen ikut bertanya.

"Hanya skorsing dua hari," pasangan kekasih itu melotot tidak terima.

"Hei, bukti dan kelakuan Ara yang buruk hanya mendapat hukuman mainan seperti itu?" Seru Queen tidak terima, Gold menghela nafasnya pasrah.

"Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi, salah satu temanku sudah ada yang curiga karena tadi aku sempat tidak terima dengan hukuman ringan Ara." Jelas Gold sedih, "guru bilang karena semua siswa yang menjadi korban penindasan Ara sudah bukan tanggung jawab sekolah karena bukan lagi siswa mereka."

Ifzan tersenyum kecil, "kita masih ada cara lain untuk menghukum Ara." Hibur Ifzan.

"Hm, sandiwara mu sangat bagus Gold. Aku memujimu, tapi lebih baik kau harus hati-hati karena tadi aku melihat wajah senang mu saat Ara ketakutan." Saran Queen.

"Aku sudah berusaha, lelah rasanya bersandiwara menjadi pelindungnya." Balas Gold.

"Siapa yang mencurigaimu?" Tanya Queen lagi.

"Theo, tadi dia sempat bertanya padaku." Queen menganggukkan kepalanya.

"Theo orang yang mudah curiga, kau harus waspada Gold. Jangan sampai dia menyelidiki lebih jauh!" Peringat Queen, Gold hanya mengangguk malas.

"Tenang saja, dia tidak akan macam-macam." Sahut Gold ringan, "jam pelajaran sudah mulai dari tadi. Bagaimana kalau kita membolos?"

Ifzan menatap Gold sinis, "kau berani mengajak calon istriku berbuat nakal?" Geram Ifzan sembari merangkul bahu Queen lembut.

Gold terkekeh pelan, "hei! Tenanglah, kenapa kau marah begitu. Kita sudah sangat terlambat untuk masuk kelas, pasti akan ada hukuman. Lebih baik kita membolos daripada harus dihukum." Sahut Gold ringan.

"SIAPA YANG MAU MEMBOLOS?"

Queen menghela nafasnya panjang, di bawah panasnya matahari. Gadis itu berdiri dengan sikap hormat pada bendera, tidak hanya Queen saja. Namun ada Ifzan, Karel, Theo, Zagy, Ander, Yuda dan juga Raja. Kalian bertanya dimana Gold, ada di antara mereka tentu saja. Queen berdiri di apit oleh Raja dan juga Ifzan.

"Ini semua gara-gara Gold," ucap Queen kesal.

Ifzan melirik sebentar, lalu melepas topi yang sedang ia kenakan dan memakaikannya pada sang kekasih. "Jangan mengeluh, ini salah kita juga." Ujar Ifzan menenangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yes I'm QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang