23

464 63 0
                                    

"Nona, ayo ke taman belakang!" Ajak Lingling, Queen mengerutkan keningnya bingung.

"Untuk apa?"

"Anda ingin melakukan tari pedang dengan pakaian seperti itu?" Queen melihat pakaiannya sendiri, memang sedikit tidak sesuai untuk melakukan tari pedang.

"Baiklah!"

Queen berjalan menjauhi kerumunan, menuju taman belakang yang sepi. Gadis itu melihat sekali lagi sekelilingnya, di rasa tidak ada orang dia langsung berbicara dengan Lingling.

"Aku sudah berada di taman belakang!" Ucapnya.

"Baik nona, tutup mata anda!"

Queen menutup mata, setelah tiga puluh detik ia merasakan tangan kanannya memegang sesuatu.

"Buka mata anda nona!"

Queen membuka matanya setelah Lingling mengintruksi, gadis itu perlahan membuka matanya. Senyum tipis langsung terukir di wajahnya, saat melihat pakaiannya telah berganti serta pedang kayu di tangannya.

"Ini hebat!" Puji Queen pada Lingling.

"Lakukan yang terbaik nona, anda pasti bisa! Jangan lupa siaga tiga hari ini!"

"Baiklah Lingling, aku akan mengingat itu!"

Queen kembali ke tengah kerumunan, dimana Ifzan dan teman-temannya menunggu. Dari jauh, gadis itu dapat melihat tatapan tajam dari sang kekasih.

"Hai!" Sapa Queen pada mereka.

"Bu bos! Keren banget gila!" Seru Ian dengan binar kagum.

"Terlalu cantik." Bisik Ifzan tepat ditelinga Queen, gadis itu tersenyum manis dan sedikit berjinjit untuk mencium pipi Ifzan. Setelahnya, Queen menunduk karena malu. Entah keberanian darimana tadi, intinya sekarang Queen malu. "Manis sekali." Ledek Ifzan.

"Cie Bu bos, nyosor ke pak bos!" Seru Beno keras, membuat beberapa siswa melihat ke arah mereka.

"Sirik Lo!" Ejek Vian pada Beno, tidak ada yang boleh meledek kapal favorit Vian yaitu Ifzan dan Queen.

"Bu bos mau tampil apa?" Kini Karel bertanya, semua mata menatap Queen menunggu jawaban begitu pula Ifzan.

Queen menarik pedang kayu yang ia simpan di pinggangnya. "Tari pedang."

"Pedang?" Ifzan menatap pedang kayu  yang berada di tangan Queen. "Tajam?"

Queen mengerjap polos, lalu tersenyum tipis. "Tidak, ini dari kayu sayang." Jawabnya.

Ifzan memeriksa pedang kayu milik Queen, selagi pemuda itu sibuk. Queen melirik seseorang dan mengangguk pelan.

Peserta sudah maju menampilkan bakat mereka, kebanyakan mereka menampilkan bakat menyanyi, menari, melukis dan drama. Semuanya menggunakan kostum kerajaan sesuai dengan tema yang ditentukan. Kini giliran Queen. Gadis itu sudah bersiap, parasnya yang cantik dan pakaiannya yang unik membuat semua mata memandang kagum. Bibir tipis Queen tersenyum manis, beberapa siswa laki-laki bahkan memekik kecil melihatnya.

Queen memejamkan matanya sejenak, lalu terbuka dengan tatapan yang berbeda. Tidak ada tatapan ramah seperti tadi, tatapan itu berganti menjadi tatapan tajam seakan siap membunuh. Dengan lihai, Queen menarikan pedang yang ada di tangannya.

Meliukkan tubuhnya dengan lihai, seiring dengan pedang kayu yang ia pegang. Gadis itu menyelesaikan tari pedangnya dengan sempurna, gemuruh tepuk tangan terdengar di telinga Queen. Gadis dengan kuncir kuda itu mengangguk kecil seperti memberikan kode pada seseorang.

Yes I'm QueenOnde histórias criam vida. Descubra agora