7

1K 147 7
                                    

Queen mengerjapkan matanya, bau obat-obatan langsung menusuk Indra penciumannya.

"Akhirnya kau bangun." Queen menoleh ke samping kanannya, dimana ada Ifzan yang tengah duduk sembari menggenggam tangan Queen.

"Apa yang terjadi padaku?" Tanya Queen.

"Kau kelelahan."

"Kamu nggak ke kelas?" Tanyanya lagi, Ifzan menggeleng lalu tersenyum kecil. "Kenapa?"

"Ingin menemani ratuku tentu saja." Jawab Ifzan.

"Kembalilah ke kelas, aku baik-baik saja sendiri." Bukan apa Queen mengusir Ifzan, gadis itu ingin bertanya banyak hal pada Lingling. Jika ada Ifzan di sampingnya, itu sangat menyulitkan.

"Baiklah, nanti pulang sekolah tunggu aku di sini!" Queen mengangguk cepat, setelah itu Ifzan keluar dari ruang UKS.

Memastikan hanya ada dirinya di sana, Queen mulai memangil Lingling.

"Lingling!"

"Bagaimana keadaan nona?"

"Aku baik-baik saja, sebenarnya ada apa dengan raga ini? Apa mengidap penyakit?"

"Tidak nona, ternyata raga ini akan bereaksi demikian jika kata-kata yang selama ini ia pendam di keluarkan."

"Maksud saya, tadi nona mengatakan banyak hal pada kakak pemilik raga. Salah satu ucapan nona adalah salah satu keinginannya juga, maka dari itu tubuh ini merespon."

"Tapi respon tubuh ini sangat menyakitkan, aku bahkan sampai tidak sadarkan diri."

"Benar nona, semakin sakit tubuh anda maka semakin senang pemilik raga."

"Queennara ingin menyiksaku?"

"Bukan begitu nona, pemilik raga merasa sangat senang perasaannya yang terpendam akhirnya tersalurkan."

"Baiklah aku mengerti, jadi jika aku mengatakan sesuatu yang belum di sampaikan Queennara semasa hidup. Tubuhku akan terasa sakit."

"Benar nona."

"Tapi, kenapa gadis itu menuduhku Lingling? Siapa namanya tadi?"

"Ara nona, gadis itu memang sering menuduh pemilik raga melakukan pembullyan padanya."

"Jadi, julukan queen bully itu karena tuduhan tak berdasar?"

"Benar nona, mereka lebih percaya dengan wajah polos dan lugu Ara."

Queen mengepalkan kedua tangannya erat. Gadis itu lebih licik dari selir-selir di kerajaan, begitu pikir Queen.

"Apa aku setiap hari akan menerima perlakuan seperti ini dari Kakakku dan teman-temannya?"

"Dahulu iya nona, sekarang sudah berbeda. Anda bisa memilih melakukan apapun supaya menghindar dari tuduhan-tuduhan itu."

"Aku tidak ingin menjadi Quennara, yang diam saja di tuduh tanpa bukti."

"Aku akan melawan semua tuduhan itu!"

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, kini Queen sudah berada di dalam kelasnya menunggu Ifzan datang. Pemuda itu bilang, kalau ada urusan sebentar. Maka dari itu Queen di perintah menunggu di dalam kelasnya.

Queen memainkan ponselnya, membuka lalu menutup lock screen.

"Aku bosan." Keluh Queen, padahal baru sepuluh menit ia menunggu. Akhirnya, Queen keluar dari kelas untuk berjalan-jalan.

"Tempat ini sangat luas." Kata Queen kagum.

"Hati-hati nona, jangan sampai tersesat!"

Queen tersenyum kecil. "Aku tidak akan tersesat Lingling, tenang saja."

Yes I'm QueenWhere stories live. Discover now