8

947 124 0
                                    

Queen masuk ke dalam rumah dengan raut wajah lelah, tidak ada senyum ataupun sedikit cahaya di sana. Mata Queen menatap dua orang paruh baya berbeda kelamin tengah menatapnya tajam. Pria yang Queen kira berumur empat puluh tahun lebih itu mendatanginya tergesa, lalu melemparkan tamparan keras di pipinya.

Dengan tangan bergetar, Queen memegang pipinya yang terasa nyeri dan panas. Pria di hadapannya masih menatapnya penuh amarah, rahangnya mengeras dengan mata menyorot Queen.

"Kamu! Sudah berapa kali saya kasih tahu, jangan membuat masalah dengan Ara!" Seru pria itu di hadapan Queen, "saya lelah menghadapi kenakalan kamu!"

"Lingling, dia ayah Quennara bukan?"

Ting!

"Benar nona."

Queen menghela nafasnya pelan, baru saja tiba di rumah sudah terkena tamparan. "Kenapa diam saja?! Dasar anak tidak tahu diri!" Bentaknya.

"Pa, Queen capek." Itulah yang dapat dikatakan Queen sekarang, tubuhnya benar-benar lemah dan lelah saat ini.

Adrean, ayah dari Quennara tidak mendengar ucapan Queen dan malah menarik rambut panjang gadis itu kuat. Bibir Queen mengeluarkan ringisan akibat merasa sakit di kepalanya.
"Saya pungut kamu supaya bisa balas dendam, tapi sekarang malah apa!" Adrean mendorong Queen hingga jatuh ke lantai yang keras. "Kamu nggak bisa di andalkan lagi! Percuma saya urus kamu dari bayi!"

Queen bangkit dan kembali berdiri di hadapan Adrean dengan kening berkerut. "Maksud papa apa?"

"Apa memang? Sudah saatnya kamu tahu, kalau kamu bukan anak saya!" Jawab Adrean tanpa ragu, sedangkan sang istri Naira terlihat mengepalkan kedua tangannya kuat mendengar perkataan sang suami.

"Pa! Cukup, jangan sampai Raja tahu ini." Lerai Naira yang sudah berada di dekat Adrean. Wanita itu ikut menatap tajam Queen yang seperti orang bingung mendengar fakta baru tentang raga yang di tempatinya.

"Jadi aku sama kak Raja bukan anak kalian?" Tanya Queen setelah otaknya kembali bekerja, Adrean tersenyum culas sembari mendorong kepala Queen mundur menggunakan telunjuknya.

"Kamu udah tahu kebenarannya, jangan sampai Raja tahu. Kalau dia sampai tahu, jangan harap kamu selamat!" Ancam Adrean pada Queen.

Queen langsung berlari menaiki anak tangga meninggalkan kedua orang tuanya. Sampai di dalam kamar, gadis itu mengunci pintu dan duduk meluruh di lantai yang dingin. Tangannya memukul dada yang terasa berdenyut nyeri, Queen tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan. Gadis itu berpikir jika rasa sakit yang sedang ia alami adalah rasa sakit milik Quennara.

"Ternyata Quennara bukan anak mereka? Lalu siapa orang tua kandung Quennara dan Raja?"

Lirih Queen setelah tangisnya berhenti, gadis itu berdiri dan mendekati ranjang. Merebahkan tubuhnya yang sekarang bertambah lemas, mata Queen tertutup menikmati dinginnya udara yang masuk dari jendela.

"Ting!"

"Nona, anda baik-baik saja?" Suara Lingling menggema di pikiran Queen, gadis itu menarik kedua sudut bibirnya sebentar.

"Aku baik-baik saja, hanya merasa terkejut."

"Saya tidak tahu jika Quennara dan Raja bukanlah anak kandung mereka."

"Tidak apa Lingling, bukan tugasmu mengetahui semua tentang Quennara. Sekarang, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana aku bertahan hidup."

"Ya nona, saya pikir anda sebaiknya segera keluar dari rumah ini."

"Tapi, bagaimana dengan Kak Raja?"

"Sepertinya mereka tidak akan menyakiti Raja, karena anak itu masih berada di pihaknya." Jawab Lingling.

"Baiklah, aku mengerti. Lalu, kenapa Quennara masih bertahan di rumah ini setelah mendapatkan perlakuan kasar dari mereka?"

"Saya tidak tahu pasti nona, tapi sepertinya ada sesuatu yang kita tidak ketahui."

"Seharusnya aku sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya, aku tahu mereka suka berlaku kasar pada Quennara. Tapi dengan bodohnya aku malah pulang saat mereka berada di rumah."

"Anda benar nona, Quennara lebih sering menginap di suatu tempat jika dua orang itu berada di rumah."

Queen memutuskan pembicaraan dengan Lingling dan beranjak ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, gadis itu membuka ponsel dan membaca pesan dari Ifzan yang dikirim sepuluh menit yang lalu.

Ifzanie

Kau baik-baik saja Amour?
Perlu ku susul ke rumah?

Me

Aku baik-baik saja sayang

Queen menghela nafasnya panjang, meletakkan ponselnya di meja setelah mendengar ketukan pintu yang terkesan buru-buru. Gadis itu membuka pintu kamar dan langsung menerima satu gelas air di wajahnya.
"Cepat siapkan makanan!" Perintah Naira dengan tatapan sinisnya.

"Bukankah ada pelayan?" Tanya Queen dengan tenang tanpa ada emosi di dalamnya.

Naira berdecak kesal, tangannya terulur untuk menjambak rambut panjang Queen. Lagi, bibirnya mengeluarkan ringisan sakit.
"Semua pelayan kupecat! Cepat siapkan makanan!" Queen meringis lebih keras saat dahinya terbentur pintu setelah di dorong oleh Naira.
"Ini adalah hukuman karena kamu mulai memberontak!"

Setelahnya Naira meninggalkan Queen yang bergeming, sepertinya perlahan namun pasti Queen dapat mengungkap kebenarannya.

"Lingling, kenapa kau tidak memberi semua ingatan Quennara padaku? Kau malah memberiku gambaran sifat orang-orang di sekitar gadis bodoh itu."

Ting!

"Maaf nona, sudah peraturannya."

Queen mendengus pelan, dilangkahkannya kaki menuju dapur. Mengikat rambut panjangnya dengan asal, Queen mengambil beberapa bahan untuk memasak. Rencananya ia akan memasak ikan, dan sayur bayam. Queen sangat fokus dengan kegiatannya, hingga tak sadar jika Raja tengah memperhatikannya.

"Lo masak?" Queen yang hendak memasukkan ikan ke dalam minyak panas terkejut dan tidak sengaja melemparkan ikan ke dalam minyak sehingga minyak yang panas itu mengenai tangan Queen.

"Akh!" Rintihnya pelan, ada bercak merah di sana sedikit melepuh. Raja menarik tangan Queen dan mengalirinya dengan air bersih, dengan telaten pemuda itu juga memberikan salep di tangan Queen.

"Jangan ceroboh!" Ketus Raja, Queen tersenyum tipis mendapatkan perlakuan yang menurut Queen  manis dari Raja.

"Maaf, aku terkejut kak." Balas Queen, gadis itu lalu beranjak melihat masakannya. Tangannya dengan telaten memotong bawang dan cabai, sesekali membalikkan ikan yang tengah di goreng.

"Biar gue aja yang goreng, Lo masak yang lain!" Queen sedikit terkejut dengan perilaku Raja yang terasa ramah padanya, walaupun dari wajahnya terlihat ketus. Queen melanjutkan memasaknya dengan Raja yang menggoreng sisa ikan.

Queen mengusap dahinya yang berkeringat, bibirnya tersenyum tipis saat melihat hasil masakannya yang terhidang di meja. Masakan pertama dalam hidupnya, karena dulu dia sangat dilarang memasuki dapur. Queen menoleh untuk melihat Raja yang ternyata tengah menatapnya juga.

"Terima kasih kak, telah membantuku." Ucapnya dengan tulus.

Raja tidak membalas dan hanya berdecak kecil. "Jangan kepedean, gue bantu biar cepet selesai!"

Queen mengangguk saja, gadis itu masih berdiri saat Naira dan Andrea datang untuk makan.

"Duduk Lo!" Perintah Raja pada Queen, namun dengan cepat Naira menyela.

"Raja, Queen sedang di hukum karena  menindas Ara. Malam ini, tidak ada jatah makan untuknya." Ucap Naira dengan lembut pada Raja, lalu wanita itu menatap datar Queen.
"Masuk kamar kamu!"

Queen menghela nafasnya lagi, lalu pergi dari sana. Enggan menyaksikan keharmonisan dari keluarga palsunya.

"Huft, aku lelah!"

Yes I'm QueenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon