Part. 7

60 40 0
                                    

Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Happy Reading!

"Yang pasti gue nyaman ada di dekat lo."

🪐🪐🪐

Dua jam menjelang berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Kelas Erlangga mendapat kabar bahagia karena gurunya berhalangan hadir. Jam kosong membuat suasana riuh. Namun, seberapa berisik penghuninya, rasa tanggung jawab menyelesaikan tugas tentu ada. Seperti sekarang mereka tengah asik mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik melalui speaker.

Segerombolan anak perempuan asik menyanyikan lagu dengan penuh hayat. Tak lupa anak laki-laki yang terkadang ikut serta menyahut dengan dentuman meja yang di pukul. Salah satu playlist lagu galau diputar. Lagu dengan judul resah jadi luka itu menggema.

Ku menemukanmu saat ku terjebak..
Di situasi yang membuatku resah..
Kau merangkulku di saat yang lain menindasku..
Ingin rasanya aku selalu bersamamu..

Tapi mengapa tiba-tiba seakan kau pergi..
Melepas rangkulanmu dan,
berhenti melindungiku tanpa sebab..
Mungkin alam semesta tak menerimanya.
Dan waktu tak memberi kesempatannya..
Tapi setidaknya kau telah merubahku..
Dari resah menjadi luka..

Berbeda dengan yang lain, Erlangga memilih abai dan fokus menyelesaikan tugasnya. Selain dia sebagai ketua harus mencontohkan yang baik, moodnya masih belum membaik sejak semalam.

"Lo ribut apalagi sih sama nyokap?" Tanya Kevan yang duduk dihadapan Erlangga.

Dari pagi mereka memang baru bisa ngobrol, karena mapel hari ini tak bisa di ajak santai. Untungnya ada jeda jam kosong meskipun tugas tetap menghantui. Erlangga beserta kawanannya menggerombol membentuk sebuah kubu. Bukan untuk menggosip ria melainkan untuk berdiskusi mengenai tugas yang menjadi tanggung jawab mereka.

"Durhaka kebanyakan marah sama nyokap, Lang." Peringat Raja.

"Ya habis gimana? Nyokap bahas dia mulu! Muak gue sat!" Umpat Erlangga pelan.

Masih terbayang bagaimana topik tentang 'Dia' dibuka oleh sang Ibunda. Erlangga yang dipenuhi emosi memutuskan meluapkannya pada motor. Bermalam di atas motor dengan kecepatan penuh. Hingga berakhir kaki kanannya terluka mencium aspal.

"Ya boleh sih marah, tapi ga usah ngerepotin orang."

"Sorry ya bro." Erlangga meringis tak enak seraya menggaruk tengkuknya.

Ferdilan memutar bolpoint bersikap santai.
"Gue sih oke, tapi Aretha aman ga?"

Kevan menahan selembar bukunya.
"Lah ada Aretha juga?" Tanyanya terkejut.

"Iya dia kerumah sakit sama Aretha kan."

"Untungnya ada Aretha coba kalau gak? Bayangin ketemu preman apa ga tambah babak belur lo?" Ferdilan menakut-nakuti.

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Where stories live. Discover now