Part. 29

18 16 0
                                    

"Pilihan terberat itu ketika jalan hidup yang sudah di rencana ternyata berbeda dengan keinginan orang tua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pilihan terberat itu ketika jalan hidup yang sudah di rencana ternyata berbeda dengan keinginan orang tua."

🪐🪐🪐

Awan gelap yang menghalangi kehadiran sunset di kala senja menciptakan fenomena presipitasi cair. Waktu baru menunjukkan pukul enam sore, tetapi hujan sudah mengguyur deras kota Jakarta. Hujan memang rahmat dari sang Pencipta, tetapi jika terlalu lama mengguyur bumi. Takut sungai meluap, dan mengakibatkan bencana yang tak di inginkan terjadi. Semoga saja hujan kala ini hanya datang sesaat sebagai pencipta keharuman petrichor untuk membantu insomnia tidur.

"Masak apa Mah?" Erlangga menghampiri ibunya yang sibuk berkutat dengan peralatan dapur.

"Sayur kangkung sama goreng ayam." Sahutnya walau sibuk membolak-balikan ayam di atas wajan.

"Erlangga bantu ya Mah." Ucap Lelaki itu menawarkan bantuan tanpa di minta.

Erlangga si Pengertian kesayangan keluarga. Ia selalu membantu pekerjaan penghuni rumah tanpa di minta. Seperti sekarang sang Ibunda yang terlihat kewalahan menyiapkan makan malam. Dengan cekatan lelaki itu turut serta membantu walau hanya memotong sayur, dan menyiapkan bumbu sesuai takaran. Namun, sikap sederhananya ini meringankan ibunya hingga waktu memasaknya lebih singkat.

"Kalau udah taruh di atas meja biar nanti sisanya mamah yang urus. Kamu bawa ayam yang udah di goreng ke meja makan ya?" Perintahnya di jalani sepenuh hati.

"Siap komandan!" Serunya sebagai pemecah keheningan.

"Sekalian nasi, air putih, sama kopi Papah di bawa juga." Nadanya dinaikkan supaya terdengar Erlangga yang sudah dalam perjalanan menuju meja makan dengan ayam gorengnya.

"Iya Mah!"

_____

Meja makan kayu jati telah di penuhi hidangan makanan dengan harum menggugah selera. Penghuni kursi pun tak sabar ingin menyantap, tetapi terjeda karena obrolan sang Kepala keluarga.

"Sekolah kalian lancar kan?"

Erlangga menyahut diikuti tawa pelan.
"Lancar banget, Pah, because today is good day."

Lelaki paruh baya itu turut serta bahagia mendengarnya. "Ada-"

"Apapun itu, tapi tetap perhatikan nilaimu, Erlangga." Ibunya menyela.

"Mamah mau nilai ujian kenaikan kelasmu lebih bagus dari tahun lalu."

Erlangga hampir tersedak ludahnya sendiri. "Tahun lalu bukannya udah bagus Mah? A semua perasaan."

"Jangan sombong dulu Erlangga. Mempertahankan jauh lebih sulit dari pada mendapatkan. Kalau kamu gagal mempertahankan jangan harap mamah biarin kamu main sama Aretha."

Manik mata Erlangga menajam dengan tangan mengepal di balik meja.

"Oke! Tunggu aja Mah."

Xhristian berdeham mengalihkan ketegangan. "Ada cerita menarik apa hari ini Erlangga?"

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Where stories live. Discover now