Part. 32

16 13 0
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Don't be afraid. Everything will be all right, don't worry."

🪐🪐🪐

Ruang televisi yang menyebarkan tontonan berita tampak di huni lelaki paruh baya awet muda yang begitu terlihat kharismatik di pandang mata. Aretha yang lesu mendadak fresh kembali ketika menangkap keberadaan sang Ayah.

"Papah pulang?"

"Baru pulang?" Lontaran tanya kembali menyerang Aretha.

Aretha berdiri kaku dengan tangannya mengepal membiarkan keringat dinginnya semakin terasa. "Iya Pah."

"Duduk sebentar Nak." Pintanya sebelum lelaki itu menikmati secangkir kopi hitam di meja.

"Gimana nilai kamu? Papah harap jawabannya baik, atau lebih baik dari yang lalu."

Aretha membuang nafas pelan.
"Seperti yang papah harapkan. Nilai Aretha lebih baik dari yang kemarin."

"Buktikan juga di PAT besok."

Pundaknya membungkuk seperti bebannya bukan hilang melainkan bertambah lagi. Ia pikir obrolannya akan berbeda seperti topik quality time atau semacamnya.

"Ada lagi Pah? Aretha mau istirahat."

"Besok sepulang bimbel kalau rumah kosong jangan kaget. Langsung istirahat saja."

"Memangnya mau pada kemana?"

"Papah mau ketemu rekan kerja ajak kakak kamu."

"Aretha ga di ajak juga Pah?" Tanyanya heran.

"Kamu harus bimbel Nak."

"Libur sehari ga masalah kan Pah?"

Entah Aretha yang merasa, atau memang benar itu kenyataannya. Raut wajah sang Ayah berubah lebih emosional.

"Papah bayar bimbel kamu mahal, jadi jangan sekali-kali kamu bolos atau meliburkan diri."

Rautnya datar dengan hati bergemuruh meminta diluapkan. "Yaudah kalau gitu Aretha berhenti bimbel aja."

"Lagi pula Aretha cuman pengen ikutan pergi biar bisa quality time sama kalian. Salah ya?"

"Terus kalau di ingat-ingat Papah ga pernah ikut sertain Aretha buat ikut di acara resmi. Kenapa sih Pah?"

"Malu punya anak kayak Aretha? Perasaan Aretha udah berusaha jadi anak membanggakan dengan prestasi yang ada."

Manik matanya terpejam dengan urat di wajahnya terlihat menonjol. Lelaki paruh baya itu sedang menahan raganya untuk tidak berkata salah yang ujungnya merugikan dirinya sendiri.

"Kamu masih terlalu dini untuk Papah kenalkan kepada mereka. Dunia bisnis kejam Nak. Jadi besok tetap berangkat bimbel."

"Yaudah kalau gitu besok weekend Aretha pengen liburan bareng Papah."

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang