Part. 10

59 36 1
                                    

Dua remaja yang sekarang terikat sebagai sahabat itu berencana pergi ke pasar malam untuk merayakan hari jadi mereka. Menikmati wahana ditemani keramaian warga Jakarta. Namun, sayangnya semua itu hanya ada di benak mereka. Rencananya gagal total karena bimbel Aretha usai terlalu malam.

"Sekarang udah jam setengah sepuluh yakin mau ke pasar malam?"

"Ga yakin sih, wahananya pasti udah banyak yang di tutup."

"Maaf ya gue kelamaan selesainya."

"Gapapa santai! Gue aja yang kurang pengertian karena ngajaknya di hari produktif."

"Enggak bukan salah lo."

"Gimana kalau diganti besok weekend?"

"Kelamaan sekarang baru hari selasa."

"Atau lo punya ide mau kemana?"

"Mana ya?"

"Sesuka lo lagi pengen kemana?"

"Ga tau, udah malam juga. Memangnya masih ada tempat healing yang bisa dikunjungi?"

Erlangga terdiam cukup lama sampai manik matanya memicing.
"Lo suka gulali, Tha?"

Gadis itu mengangguk tanpa ragu.
"Kenapa?"

Lelaki itu menampilkan gigi putihnya.
"Beli gulali sebentar di pasar malam, terus lanjut keliling kota. Gimana?"

"Kayanya kalau penjual gulali masih ada." Sambungnya berucap yakin.

Manik mata Aretha berbinar. "Boleh!" Serunya menyetujui.

"Let's go!"

____

Angin sepoi-sepoi menerjang mereka tanpa merasa bersalah. Manusia di atas motor itupun tak merasa marah, karena dunia mereka lebih seru daripada memikirkan angin yang berlalu lalang.

"Lebih dekat, Tha." Titah Erlangga yang merasa kesulitan menjangkau gulali yang disodorkan Aretha.

"Aaaa!" Aretha melakukan suapan seperti pesawat terbang.

Rasa manis gulali itu mendominasi di lidah Erlangga. Membuat hatinya bahagia tanpa terasa.

"GUE SUKA!"

Aretha lebih mendekat dengan menopang kepalanya pada pundak Erlangga.

"SUKA GULALINYA?" Aretha ikut serta bersuara lantang.

Kepala Erlangga menggeleng.

"SUKA KARENA..."

"HIDUP GUE SEMAKIN BERWARNA!"

Erlangga tersenyum pada Aretha melalui pantulan spion. Lihatlah baterai keceriannya meningkat pesat.

Aretha terkekeh.

"JANGAN MARAHAN YA?"

"JANJI BAKALAN AKRAB TERUS?"

Erlangga memandang lama tanpa merespon. "Gue ga mau janji." Ucapnya dengan suara normal.

"Kok gitu?" Protes Aretha.

"Tapi gue bakal buktiin lewat aksi. "

Keduanya ceria dengan hal sederhana. Menikmati perjalanan diatas motor ditemani malam, dan bintang di angkasa raya. Sampai motor Erlangga berhenti di depan rumah bergaya modern. Dan penumpang turun seraya menyerahkan helm.

"Lo gapapa pulang jam segini?" Tanya Erlangga khawatir.

"Gue udah izin, aman." Sahut Aretha menenangkan.

Erlangga melepas helm merapihkan rambutnya sejenak. "Kayak males pulang." Keluhnya dengan raut gemas.

Aretha tertawa renyah. "Mau nginap?"

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Onde histórias criam vida. Descubra agora