Part. 39

14 10 1
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"I said i was fine, but i never said it didn't hurt."

🪐🪐🪐

Angin liar dibiarkan masuk menerobos jendela kamarnya. Kepulan asap dari teh  Sariwangi dipadukan dengan oksigen menjadi kesatuan harum segar yang sekarang menjadi imajinasinya. Gadis itu melempar ponsel setelah berkutat dengan bahan seblak. Niatnya bulat untuk membuat secangkir teh hangat.


Ceklek, Brak.

Teko air panas diletakkan lagi. Aretha langsung menuju sumber suara dengan penasaran tinggi. Langkahnya dibawa ke ruang tamu. Pintu utama yang baru saja ditutup seseorang langsung dibuka lagi.

"Mau kemana Yah?"

Sosok paruh baya dengan style formal itu menatap dingin ke arah Aretha.

"Meeting di luar kota."

"Oh berapa lama?"

"Seminggu, jadi tolong titip Vio, dan Reyga."

Gadis itu mengangguk lalu mendekat dengan tangan disodorkan.

"Berapa?"

Aretha mengerutkan dahi sebelum akhirnya menggeleng.

"Aretha mau salim."

Cukup lama Maheswara mencerna sampai akhirnya membiarkan telapak tangannya dicium oleh Aretha.

"Hati-hati Yah!"

"Nyetirnya jangan banter-banter, Pak!" Sambungnya memperingati supir pribadi keluarganya.

"Siap neng!"

"Ayo berangkat, Pak." Titah Maheswara.

Tak ada interaksi lagi sampai mobil itu hilang dari pandangan. Selama itu juga senyuman pedihnya terpancar di tutup helaian rambut yang berterbangan liar.

_____


Resep seblak

Begitu teliti ia menulis beberapa bahan yang harus dibeli untuk agendanya membuat seblak bersama Erlangga. Lelaki itu akan datang tepat pukul sepuluh sesuai janjinya kemarin. Sambil menunggu, Aretha harus membeli beberapa bahan yang belum tersedia dirumah. Niatnya ingin keliling kompleks lalu mampir ke supermarket 24 jam dekat rumah.

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang