Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
• • • • •
🪐🪐🪐
Ruang musik menjadi saksi bisu perbincangan dua sejoli anggota club musik SMATER. Gitar, dan piano saling bersahutan menyelusup di antara kalimat yang terucap.
"Sorry ya gue ngajak lo ketemuan diluar kegiatan musik."
"Santai aja kali, ada perlu apa Raja?" Gadis itu tersenyum dengan pipi mengembung sebelah karena permen leci yang sedang dinikmatinya.
"Gue mau nanya beberapa hal sama lo boleh?" Jantungnya berdetak kencang.
Jika boleh Raja jujur ia kewalahan berhadapan dengan Sylvia. Namun, ia diberikan sikap profesional yang membuatnya mampu mengendalikan perasaan berlebihan yang timbul itu.
"Kenzyra tuh lagi dekat sama cowo ya?"
Alisnya bertaut. "Kenapa memangnya?"
"Ya engga nanya aja. Gue lihat dia sama cowok di caffe dekat rumah Dilan kemarin."
Pianonya dimainkan asal sesuai moodnya yang mulai berubah. "Lo tahu siapa?"
"Nah ini gue ga bisa lihat jelas karena membelakangi."
Tak
Permen di mulutnya pecah karena giginya menekan kuat.
"Lo kan bisa mengamati fisiknya siapa tahu kenal."
Raja menggeleng ragu. "Kalau dari auranya kaya anak mahasiswa. Kalian ada kenalan mahasiswa?"
"Kak Reyga, tapi ga mungkin lah."
"Temannya mungkin?"
"Kak Reyga ga terlalu terbuka sama kita jadi kita ga kenal ruang lingkup pertemanannya."
"Atau siapa gitu dah, teman kakak lo?"
"Kakak gue ga pernah ngenalin teman cowonya."
"Terus siapa dong?" Respon Raja yang terdengar frustasi menjadi daya tarik Sylvia.
"Kalau mau jawaban tanya aja ke orangnya." Tatapannya menajam.
Raja mengalihan kebingungannya pada senar gitar. "Gue ga sedekat itu sama dia jadi ga berhak tanya hal yang menurut gue privasi."
Bertepatan dengan itu not piano di tekan tak beraturan oleh pemainnya. "Yaudah terus kenapa tanya? Sama gue lagi yang notabennya gak tau apa-apa." Nadanya sedikit dinaikkan supaya Raja tersentil.
