bagian 2

831 33 1
                                    

Tak kalah heran dengan Naura, Rendra pun segera turun dari mobilnya saat melihat sang istri yang juga berada di rumah orangtuanya. Mungkin memang benar ada hal yang mendesak sampai istrinya juga berada di sini. Pikir Rendra.

"Bunda juga di suruh kesini?" kata Rendra balik tanya

"Loh enggak yah, bunda cuma mau anter lauk aja buat mama karena kebetulan dirumah tadi masak banyak. Eh nggak taunya ayah juga kesini, ada apa yah mama suruh ayah datang kesini?"

"Ayah juga nggak tau bund. Ayah kan juga udah ngabarin bunda"

"Eh iyakah?" kata Naura yang langsung merogoh sakunya untuk mengecek ponsel

Benar yang dikatakan suaminya kalau Rendra telah mengabari jika mama menyuruh laki-laki itu untuk berkunjung kerumah mama. Begitu selesai melihat ponsel, seketika membuat Naura hanya cengir-cengir kuda. Dirinya memang belum sempat menyentuh benda pipih itu karena setelah selesai beberes dan mandi tadi Naura langsung berangkat kerumah mertuanya.

"Dasar bunda" gemas Rendra sambil mencubit pelan pipi Naura

"Oh iya bund, tadi bekal yang disiapin bunda dimakan sama Edo karena ayah tadi buru-buru. Nggak papa kan?" lanjutnya.

"Nggak papa kali yah, daripada kebuang malah mubazir nanti"

"Yaudah kalau gitu kita masuk saja sekarang yuk. Mungkin ada yang mau diobrolin sama mama" kata Rendra mengajak istrinya memasuki rumah mewah di depanya yang diangguki oleh Naura.

Di rumah mewah dan besar ini mama tinggal dengan papa juga Raina, adik perempuan satu-satunya yang saat ini tengah menempuh pendidikan jenjang kuliah di salah satu kampus favorit di kota ini. Mereka memang tidak memperkerjakan ART yang menginap, hanya datang pagi-pagi sekali dan pulang saat sore hari usai memasak makan malam. Untuk sopir dan tukang kebun, papa dan mamanya akan memanggil saat memang dibutuhkan.

"Assalamualaikum" kata Rendra dan Naura bersamaan mengucap salam

"Waalaikumsalam. Eh Rendra, Naura masuk-masuk" sambut sang mama riang

"Ini Naura bawakan lauk untuk mama" kata Naura sambil menyerahkan rantang yang di bawanya tadi setelah dirinya mengambil tempat duduk.

"Wah makasih sayang"

"Oh ya, ada apa mama nyuruh Rendra kesini?"

"Mama sampai lupa, Ras kesini...ini Rendra sudah datang" kata mama mertua dengan sedikit berteriak

"Iya ma, bentar" sahut seseorang yang rupanya berasal dari dapur

Tak lama berselang, seorang wanita cantik dan anggun mengenakan dress lengan pendek selutut berwarna navy datang menghampiri Rendra dan Naura. Namun tanpa basa-basi wanita tersebut langsung memeluk Rendra membuat Naura sungguh terkejut bukan main dan tak habis fikir. Bagaimana bisa seorang wanita begitu saja memeluk lelaki? bahkan meski saudarapun, ada batasan-batasan yang harus di jaga antara laki-laki dan wanita yang sudah dewasa.

"Mas Rendra, udah lama nggak ketemu. Resti kangen banget" katanya yang kemudian melepas pelukanya kepada Rendra lantas beralih menatap Naura.  sementara laki-laki itu sendiri masih terpaku di tempatnya

"Ini istri mas Rendra ya? Kenalin mbak, Resti" kata wanita yang bernama Resti itu sambil mengulurkan tangannya.

"Naura" balas istri dari Rendra tersebut

***

Ada apa dengan suaminya ini? Kenapa saat melihat wanita yang bernama Resti di depannya ini seperti terkejut namun dimatanya tampak terselip bahagia? Siapa sebenarnya wanita ini? Dan ada hubungan apa dengan mama mertuanya yang sangat akrab dengan Resti?

"Yah, kenapa malah bengong" kata Naura sambil menyenggol lengan suaminya

"Ah, eh..enggak bun, nggak papa" jawab Rendra

"Yaudah ayok duduk. Tuh mama juga nyuruh duduk"

Menuruti perintahnya, suaminya itu kini telah duduk manis mendaratkan pantatnya di sofa empuk dengan nyaman. Huh aneh sekali suaminya, tidak biasanya Rendra bersikap seperti itu. Dan tunggu, Resti yang berada di samping mertuanya kenapa malah mencuri pandang ke arah suaminya? Atau hanya perasaannya? Membuat hati Naura sungguh menjadi  resah.

"Ya Allah, semoga tidak terjadi apapun dalam rumah tangga hamba" doa Naura dalam hari

"Oh ya Naura, Resti ini sahabat Rendra dari dulu. Dan baru saja kembali dari luar negeri dua hari lalu bersama mamanya. Makanya tadi Rendra mama suruh buruan kesini" kata mama mertua tiba-tiba

"Kirain ada apa dirumah sampai mama buru-buru nyuruh dateng kesini. Tau begitu Rendra tadi nggak usah izin ke atasan buat pulang cepet" gerutu Rendra. Namun lenganya segera di senggol sang istri, isyarat agar dirinya diam

"Oh mbak Resti ini sahabat mas Rendra. Pantas saja kalian seperti akrab tadi" sambar Naura dengan tersenyum sangat manis

"Hanya sahabat tapi kenapa dengan entengnya memeluk mas Rendra?  pantas saja mama juga sangat akrab denganya" batin Naura

"Tentu saja kami akrab, mas Rendra ini dulu sangat perhatian sekali sama saya mbak" jawab Resti dengan senyum mengembang ke arah Rendra, suaminya

Rasanya hati Naura sungguh cemburu melihatnya. Tidakkah wanita di depannya ini sadar jika ada istri sah dari Rendra yang katanya Sangat perhatian itu? Ah atau hanya Naura saja yang terlalu berlebihan dalam menyikapinya? Entahlah yang jelas, instingnya sebagai wanita kini telah membunyikan alarm tanda bahaya terhadap Resti, wanita cantik sahabat suaminya. Dia paham betul tatapan Resti kepada suaminya bukan hanya tatapan sebagai sahabat, namun lebih karena dirinya sendiripun adalah seorang wanita yang tentu paham akan hal tersebut.

"Ngomong-ngomong, jihan tidak kalian ajak? Mama baru sadar jika tidak ada Jihan" tanya mama mertua yang rupanya baru menyadari ketidak hadiran cucunya.

"Hari ini Jihan ada kelas tambahan ma, jadi sore nanti baru pulang. Rendra aja tadi juga nggak bareng sama Naura kesininya" terang Rendra, suaminya.

Jihan yang di sekolahkan di tempat elit memang biasanya akan mendapat kelas tambahan setiap beberapa hari sekali untuk memperdalam ilmu pendidikanya sebagai pengganti fullday yang diterapkan khusus untuk kelas 4 ke atas.

"Loh? Kirain mama kalian berdua datengnya barengan"

"Enggak ma, tadi niatnya Naura mau anter makanan buat makan siang nggak taunya pas di depan mas Rendra dateng. Tuh Naura pun cuma naik motor kesininya" kata Naura. Sementara, sang mama mertua hanya ber-oh ria saja tanda mengerti.

"Jadi kamu sudah punya anak mas?" sahut Resti

"Em. Namanya Jihan Arsyila, kapan-kapan mampirlah kerumah. Aku akan memperkenalkanya padamu" jawab Rendra sambil menyeruput teh hangat yang tadi di bawakan oleh mbok Yem.

Setelahnya tidak ada obrolan yang berarti diantara mereka, hanya sekedar mengobrol biasa yang di dominasi oleh suami, mama mertua juga Resti. Naura sendiri menjadi malas untuk ikut nimbrung obrolan mereka bertiga dan memilih memasuki kamar milik suaminya. Biarlah mungkin ketiganya tengah melepas rindu jadi lebih baik dirinya beristirahat saja melepas lelah setelah seharian berkutat dengan urusan rumah.

________________

Jangan jadi silent readers ya kesayangan author semua...voment nggak suruh bayar alias gratis kok tenang aja😘😘

Lanjut??

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang