Bagian 10

491 18 0
                                    

"Hai Ra...udah lama?" sapa Aneta yang baru datang, langsung cipika cipiki

"Enggak kok, baru aja selesai pesen. Kamu juga udah aku pesenin kesukaanmu disini, coffe latte mix mango creamer. Kalau makanan sengaja nunggu kamu pesenya"

"Wahh masih inget aja kesukaan gue, oke-oke nanti pas pramusaji kesini aja kita pesen makanannya. Btw gimana kabarnya Jihan"

"Alhamdulillah sehat" sahut Naura tersenyum

"Lo kenapa, kayak nggak semangat gitu"

"Ntahlah semenjak sahabat mas Rendra datang, aku jadi nggak semangat mau ngapa-ngapain"

"Sahabat? Siapa? Dan kenapa lo jadi nggak semangat gara-gara kedatanganya?" Aneta memberondong pertanyaan.

Menghembuskan napas perlahan, Naura menceritakan segala kegundahan dalam hatinya pada Aneta terutama tentang Resti yang menurutnya menjadi penyebab suaminya tampak berubah. Entah hanya perasaanya saja atau mungkin benar adanya demikian. Yang jelas, dirinya merasa lega karena sudah berbagi cerita dengan sahabatnya itu.

"Resti? Kayak nggak asing namanya. Lo punya fotonya?" tanya Aneta

Naura mengangguk, lantas meyodorkan ponselnya yang kini telah menampilkan wajah cantik milik Resti di galeri. Dirinya mendapatkan foto tersebut setelah berselancar di faceb**k milik Rendra dan tak sengaja melihat akun milik Resti muncul di beranda. Kebetulan saat keduanya tak ada obrolan penting, minuman yang Naura pesan sudah jadi.

"Silahkan...untuk makanannya?" kata seorang pramusaji

"Katsunya satu, kamu Ta?" tanya Naura tapi tak mendapat respon dari Aneta

"Aneta...Ta!"

"Eh..apa? Gimana Ra?"

"Itu, kamu mau pesen makanan apa?"

"Oh. Aku iga bakar"

"Ini berarti katsu satu sama iga bakarnya satu ya kak?" tanya si pramusaji memastikan yang di jawab anggukan oleh Naura dan Aneta.

"Ta, kenapa malah bengong tadi?" serbu Naura begitu pramusaji itu pergi

"Gue...kenal sama Resti yang lo bilang sahabatnya Rendra" kata Aneta

Tentu saja Naura terkejut mendengarnya. Dirinya tak menyangka sahabatnya itu bisa kenal dengan Resti karena setaunya wanita itu sudah lama tinggal di luar negeri.

"Dia temen SMA gue dulu. Tapi bagaimana bisa mereka sahabatan, bukanya Rendra di SMA yang berbeda?" lanjut Aneta yang melihat kebingungan di wajah sahabatnya itu.

"Oh..memang mas Rendra sempet crita kalau mereka beda sekolah waktu SMA karena saat itu keluarga mas Rendra pindah ke Jawa karena ikut papa mertua yang di tugaskan disana. Tapi aku masih nggak nyangka jika kalian saling kenal"

"Yah begitulah dunia Ra....sempit. Loe nggak usah khawatir, jika dia berani macem-macem sama loe atau bahkan sampai mengganggu rumah tangga loe gue akan maju paling depan buat belain loe"

"Makasih banyak Ta. Makasih juga udah dengerin curhatan ku" kata Naura terharu

"Yaelah kayak sama siapa aja" balas Aneta sembari menyeruput minumanya.

Naura tersenyum senang mendengarnya. Sedari dulu, Aneta memang sedikit bar-bar dan wanita paling berani menurutnya. Bahkan kini sampai menikahpun sifat itu tak hilang sama sekali.

*****

Kebetulan saat bertemu dengan Aneta tadi sudah lumayan siang dan Jihan tidak ada kelas tambahan hari ini, Naurapun meluncurkan mobilnya menuju kesekolahan putrinya terlebih dahulu untuk menjemputnya karena memang tempatnya searah jalan pulang kerumah. Sampai di sana, tampak anak-anak telah berhamburan keluar dari gerbang tanda jam pelajaran sudah usai. Namun sampai anak-anak tak lagi tampak ada yang keluar, Naura tak melihat keberadaan putrinya.

"Pak, maaf apa bapak tau Jihan dimana? Sedari tadi saya menunggu tapi dia tidak keluar. Atau Jihan ada kelas tambahan ya pak?" tanya Naura yang menghampiri pos satpam

"Oh Jihan tadi sudah ada yang jemput buk Naura" jawab si satpam yang bernama pak Joko.

Keduanya memang sudah akrab dan saling kenal karena memang terkadang wali murid menitipkan anak-anak mereka kepada pak satpam jika mereka terlambat untuk menjemput atau diamanahi untuk mengawasi saat anak-anak yang akan menyebrang jalan juga keperluan lainya begitupun dengan Naura yang sesekali melakukanya.

"Sudah ada yang jemput? Siapa pak, apa suami saya?"

"Bukan buk, yang jemput itu cewek kok buk. Kata neng Jihan namanya buk Resti"

"Resti? Ini bukan orangnya pak?" tanya Naura memperlihatkan ponselnya setelah dirinya membuka galeri.

"Iya betul ini orangnya buk"

"Yaudah pak, makasih banyak ya pak" kata Naura mengakhiri pembicaraan dan kembali kedalam mobilnya.

Sepanjang perjalanan pikiran wanita cantik itu tak bisa tenang. Berbagai pikiran buruk dan banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Mengapa Resti bisa menjemput Jihan dan dari mana wanita itu tau sekolahan putrinya? Karena seingatnya, dirinya tak merasa memberitahu apapun tentang Jihan kepada Resti.

"Jihan, nak.." panggil Naura sedikit berteriak begitu dirinya sampai dirumah

"Jihan di dapur bund" sahut Jihan

"Syukurlah kamu sudah dirumah sayang" kata Naura lega melihat putrinya tengah menikmati makan siang.

"Tadi aku nggak sengaja liat Jihan di depan gerbang sekolahnya. Karna mau kesini sekalian saja aku ajakin, maaf ya mbak kalau udah bikin khawatir"

Sebuah suara mengalihkan perhatian Naura. Rupanya, Resti duduk manis di depan Jihan. Ah bahkan keberadaanya tak disadari oleh Naura karena dirinya begitu panik dan khawatir tadi. Takut terjadi sesuatu kepada putrinya.

"Ah, iya mbak. Makasih udah ajakin Jihan sekalian. Oiya ada apa mbak Resti kemari?"

"Itu...tidak ada apa-apa mbak hanya ingin main aja. Bosen kalau dirumah terus kebetulan tante Alya ngasih alamat rumah ini tadi"

"Maaf, apa mbak Resti tidak bekerja?"

"Udah pulang mbak karena jadwalnya hanya setengah hari" jelas Resti. Naura pun hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Mas Rendra dimana mbak?" tanya nya kemudian

"Masih kerja. Sore nanti atau lepas isya baru akan pulang"

"Ahh begitu"

"Jihan, bunda ke atas dulu ganti baju ya" pamit Naura meninggalkan putrinya dan Resti diruang makan.

Dirinya sungguh merasa kurang nyaman dengan kedatangan sahabat suaminya itu sehingga memilih ke kamar sementara waktu padahal biasanya Naura akan menemani putrinya makan siang sampai selesai. Lagipula, entah mengapa dirinya yakin maksud kedatangan Resti hanya ingin bertemu dengan Rendra setelah wanita itu menanyakan keberadaan sang suami.

"Astaghfirullah, jangan suudzon Naura" batin Naura cepat-cepat beristigfar dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.
_____________________

Gimana-gimana? Tambah semangat nggak nih kalian bacanya? Semoga aja iya ya para kesayangan aku. Karena Relca akan berusaha buat semakin lebih baik kedepannya agar kalian semua terhibur😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang