Bagian 4

463 22 0
                                    

"Assalamualaikum ma..." kata Raina mengucap salam

Tadi setelah puas jalan-jalan bersama Laura, Raina memang memilih untuk segera pulang karena tubuhnya yang sudah lelah meski sahabatnya itu sebenarnya masih ingin berkeliling. Bagaimana tidak, mata kuliah hari ini cukup menguras tenaga karena dilaksanakan secara outdoor. Laura sendiri yang hafal jika Raina sudah lelah, akhirnya mengalah membiarkan wanita cantik itu pulang karena mau bagaimanapun dirinya membujuk pasti akan sia-sia alias percuma.

"Waalaikumsalam, eh Raina. Baru pulang?" jawab Resti yang membuat Raina terkejut karena bukan mamanya yang menjawab salam.

"Eh, kamu..?"

"Ini mbk Resti, Rain" kata Resti

Raina yang memang pelupa, berfikir sejenak untuk mengingat-ingat wanita di depannya ini. Cantik memang namun pakaianya itu loh haduh, kekurangan bahan euy. Bahkan dirinya sendiri yang sesama wanitapun sangat risih melihatnya. Apa tidak ada gitu loh pakaian yang lebih sopan sedikit. Pikirnya. Tapi sebentar wajah cantiknya ini tidak asing bagi Raina seperti pernah melihatnya entah kapan dan di mana.

"Owh mbk Resti sahabatnya bang Rendra?" kata Raina yang akhirnya berhasil mengingat siapa wanita di depanya ini.

"Iya Rain, masak lupa sama mbak. Padahal mbak nggak pernah lupa loh sama kamu" kata Resti sambil tertawa kecil.

"Oh hehe Raina emang pelupa mbak. Yaudah Rain ke kamar dulu" pamit Raina

"Pantes aja kayak kenal ternyata nenek lampir sahabatnya bang Rendra" batin Raina dalam hati

Jujur saja, Raina memang kurang suka dengan sahabat kakaknya itu. Menurutnya  Resti sangat over terhadap kakaknya karena pernah dulu saat kelulusan SMA dirinya ingin menikmati waktu liburan di puncak dengan sang kakak namun sahabat kakaknya itu malah selalu menguasai Rendra dan selalu ada saja alasanya agar Rendra selalu di sisinya sampai Rainalah yang harus selalu mengalah sehingga liburan itupun akhirnya harus digagalkan. Hal seperti ini dulu sudah sering terjadi, membuat gadis itu lama kelamaan merasa jengah dan sebal dengan kelakuan Resti

Baru saja Raina ingin membuka pintu kamarnya untuk merebahkan tubuh, sang mama menghampiri dengan senyuman sumringah entah apa sebabnya sampai mamanya terlihat begitu bahagia.

"Raina, kamu baru pulang sayang?"

"Em, iya ma....oh iya itu di depan kayaknya mobil bang Rendra sama motornya mbak Naura. Mereka kesini?"

"Iya, itu mereka lagi istirahat di kamar"

"Jihan mana?" tanya Raina lagi menanyakan keponakanya yang lucu dan menggemaskan itu.

Memang sudah beberapa hari ini Raina tidak bertemu dengan gadis kecil itu karena banyaknya tugas dan kegiatan di kampus. Jadi dirinya belum sempat untuk mengajak keponakanya jalan-jalan dan bermain seperti biasanya jika ada sedikit waktu senggang.

"Jihan masih sekolah belum pulang. Raina udah ketemu sama Resti?"

"Udah di depan tadi"

"Gimana-gimana, makin cantik ya sahabat kakakmu itu"

"Hmm" jawab Raina dengan malas dan kemudian langsung memasuki kamarnya untuk beristirahat.

***

Karena saat ini Naura dan Rendra berada di rumah orangtua dari suami alias mertuanya, mereka berdua memutuskan untuk sekalian pulang setelah makan malam. Selain karena desakan dari mama mertuanya, Naura dan suaminya memang sudah cukup lama tidak makan bersama di rumah sang mertua tersebut.

Namun yang membuat Naura merasa tidak  nyaman adalah Resti yang masih berada di tempat mertuanya bahkan kini wanita yang katanya sahabat dari suaminya itu ikut menikmati makan malam bersama mereka. Wanita itu pun juga mengambil tempat duduk di sebelah kiri suaminya, sungguh mengesalkan.

"Mas, tolong ambilin ikan gurame bakarnya dong" kata Resti yang terdengar manja di telinga Naura

Dengan santainya, Rendra mengambilkan ikan gurame bakar yang berada di depannya juga sambal dan lalapanya. Benar-benar membuat hati Naura merasa dongkol minta ampun. Dan sayangnya suaminya itu tidak peka sama sekali.

"Kamu masih suka gurame bakar?" tanya Rendra usai meletakkan semua lauk tersebut ke piring Resti.

"Masih dong mas. Kamu masih inget aja makanan kesukaanku"

"Tentu, kamu pikir berapa lama kita sahabatan"

"Em sembilan tahunan mungkin, atau lebih lama dari itu"

"Makanya aku masih inget sama makanan kesukaanmu"

"Kamu perhatian banget mas" kata Resti dengan menggenggam tangan Rendra.

Huh, jengah dan kesal sendiri Naura melihatnya. Akhirnya tanpa menghabiskan makan malamnya, Naura beranjak dari duduknya sambil membawa piringnya hendak menuju wastafel untuk di cuci. Tanpa kata sedikitpun.

"Bunda, bunda mau kemana?" tanya Jihan, putrinya.

"Bunda sudah selesai makanya sayang, mau ke wastafel cuci tangan sekalian cuci piring. Jihan lanjutin aja makan malamnya ya. Jangan lupa makan yang banyak" pesan Naura kepada putrinya

"Baik bunda." jawab Jihan mengangguk dengan lucunya.

"Tapi itu makananya mbak masih banyak loh. Tuh capcai sama semur ayam kesukaan mbak Naura juga kayak masih utuh gitu" kali ini Raina ikut buka suara

"Mbak udah kenyang Rain, nggak tau ini perut mbak rasanya nggak enak"

"Mbak sakit?"

"Nggak kok, mungkin karna mbak udah ngemil tadi. Makanya nggak selera buat makan" jawab Naura yang kemudian melangkahkan kakinya menuju wastafel.

"Mbak taruh aja piringnya di wastafel, biar nanti Raina yang nyuci" kata Raina setengah berteriak.

Ah beruntung sekali dirinya memiliki adik ipar yang baik dan pengertian, bukan ipar yang suka julid bin cerewet seperti di cerita-cerita yang sering dirinya baca dalam novel. Tak hanya itu, Raina juga gadis yang rajin juga royal terhadap ponakanya. Bahkan hampir setiap adik iparnya itu liburan pasti Jihan akan di bawakan oleh-oleh yang banyak dan sering diajak jalan-jalan. Benar-benar membuat Naura sangat bersyukur.

Karena tak ingin membuat pekerjaan Rania makin menumpuk, Naura memilih untuk tetap mencuci piring dan gelas kotor miliknya sekaligus beberapa alat masak yang belum sempat di cuci usai tadi di gunakan. Beres dengan cucian alat makan dan alat masak, gegas Naura menuju keruang makan kembali untuk izin memasuki kamar lebih dulu sebagi sopan santun. Sampai dikamar, dirinya meraih ponsel diatas nakas lalu memainkanya sambil menunggu suami dan putrinya selesai menikmati makan malam. Malas saja rasanya dirinya kembali bergabung di meja makan yang membuat mood nya memburuk. Daripada hatinya semakin kesal bukankah lebih baik rebahan cantik yakan?

______________

Hay Readers ketemu lagi sama Relca, happy reading dan semoga suka sama ceritanya ya
See u next time❤

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang