Bagian 8

362 19 0
                                    

"Ayah tumben baru pulang jam segini. Lembur?" tanya Naura sembari meraih tas kerja suaminya yang baru datang usai menyalami tangannya.

"I..iya bund ayah lembur jadi barusan bisa pulang"

"Kok ayah nggak ngabarin bunda dulu kalau mau lembur? Kan bunda bisa anterin makanan abis maghrib tadi kalau tau"

"Maaf bund, hp ayah lowbat dan nggak sempet mau ngabarin. Pekerjaan di kantor lagi banyak banget, maklum udah mau akhir tahun"

"Owh. Ayah mau mandi dulu apa makan dulu?"

"Mandi aja dulu bund, badan ayah gerah banget udahan"

"Yaudah, bunda izin tidur duluan ya yah soalnya badan bunda lagi nggak enak ini. Makanan udah bunda angetin tadi"

"Bunda sakit? Udah minum obat?"

"Udah kok, ayah tenang aja nanti bangun tidur insyaallah udah enakan. Buruan gih mandi udah malem banget ini" kata Naura yang hanya di angguki oleh Rendra. Wanita cantik itupun lantas berlalu dari hadapan suaminya menuju kamar.

"Maafin ayah bund" batin Rendra menatap punggung istrinya.

Selesai mandi dan makan, Rendra merebahkan tubuhnya disamping Naura menatap wajah teduh itu dengan lekat. Istrinya ini, baik dari kecantikan, sikap dan segalanya tidak pernah berubah dari dulu tetap mempesona ditambah dengan keanggunan juga kelembutan yang dimilikinya semakin menambah daya tarik  ibu anak satu tersebut.

"Ah beruntungnya aku bisa memilikimu. Terimakasih banyak karena selalu di sampingku dan selamat malam bund" kata Rendra memeluk pinggang Naura.

Baru saja matanya hendak terpejam, suara ponsel yang berdering mengurungkan niatnya.

"Resti?" Gumam Rendra

Ingin mengabaikanya karena dirinya ingin segera beristirahat, namun dirinya takut jika ada sesuatu hal yang mendesak atau ada yang sangat penting ingin di sampaikan oleh sahabatnya itu sampai menelephonenya tengah malam seperti ini.

"Ada apa Res, kenapa telephone malam-malam gini?" tanya Rendra setelah menjawab salam.

"Tak apa mas, aku hanya ingin memastikan kau sudah sampai dirumah atau belum"

"Ku piki ada apa. Kau tenang saja aku sudah sampai dari tadi"

"Syukurlah. Mas, bisa temani aku mengobrol? Aku nggak bisa tidur" rengek Resti

"Baiklah" kata Rendra menyetujui dan kembali bangun dari posisi rebahanya lantas keluar dari kamar.

*****

Ceklek

Suara pintu terbuka membangunkan Naura yang tengah tertidur pulas. Dirinya memang orang yang akan mudah terbangun dari tidur hanya dengan sedikit suara saja. Rupanya Jihanlah yang membuka pintu tersebut dan langsung menghampiri sang bunda.

"Maaf bund, Jihan ganggu tidur bunda ya?" tanya Jihan dengan polosnya

"Enggak sayang, Jihan kebangun kenapa?"

"Tadi Jihan haus tapi abis itu nggak bisa tidur lagi. Jihan tidur sini ya bunda, pengen dipeluk pas tidur"

"Baiklah" kata Naura tersenyum

"Oiya bund...ayah mana, kok nggak ada dikamar?"

"Aa..ayah. Ah ayah mungkin lagi ke kamar mandi atau kedapur sayang, yaudah hayuk tidur gih biar besok pas bangun badannya seger" kata Naura gagap.

Jujur saja, dirinya juga bingung karena Rendra sudah tidak ada di ranjang padahal Naura tadi bisa merasakan jika laki-laki itu telah menyusulnya. Mungkin benar jika suaminya itu tengah ke kamar mandi atau sedang di dapur mengambil stok minum karena Rendra memang biasanya akan terbangun saat malam dan mencari air putih. Sudahlah, lagipula suaminya tak kemana-mana karena dilihatnya kunci mobil dan motor semuanya masih berada di tempatnya.

"Kenapa mas Rendra lama sekali jika hanya ke kamar mandi atau kedapur" batin Naura

Setelah memastikan putrinya sudah benar-benar tertidur, Naura beranjak dari ranjang menuju kamar mandi samping kamar ingin memastikan keberadaan suaminya. Sayangnya Rendra tak berada di sana. Sampai di dapur pun demikian, nihil tak ada sosoknya disana. Sampai indra pendengaranya mendengar suara tawa dari arah ruang tamu sehingga dirinya bergegas menuju kesana. Benar saja, laki-laki itu ada disana tengah duduk manis dengan ponsel yang bertengger manis di telinganya. Ingin menegur namun Naura menahan langkahnya saat Rendra menyebut nama Resti hingga dirinya memilih untuk mendengarkan saja dulu di belakangnya karena nampaknya suaminya itu belum menyadari kedatanganya karena begitu asyik mengobrol.

"Kenapa mas Rendra mengobrol dengan Resti jam segini bahkan sampai tertawa bahagia seperti itu? Apa mereka sengaja agar tidak ketahuan?"  batin Naura kesal.

Meski sepertinya mereka hanya mengobrol biasa dan sesekali saling melempar candaan namun, wanita mana yang tidak akan cemburu bila suaminya telfonan dengan wanita lain apalagi tengah malam seperti ini yang harusnya digunakan untuk beristirahat.

"Bu...bunda?" kata Rendra terkejut saat telah menyadari keberadaan Naura di belakangnya dan langsung mematikan panggilan dengan Resti.

"Asyik ya telfonannya yah?" sindir Naura berusaha biasa saja.

"Bukan gitu bund. Bunda udah dari tadi disini?"

"Bukan gitu gimana? Jelas-jelas bunda liat ayah sampai ketawa-ketawa gitu tadi. Telfonan sama siapa?"

"Temen aja kok bund, laki-laki"

"Laki-laki? Tapi tadi jelas-jelas bunda dengernya suara perempuan loh. Siapa yah? Jujur sama bunda" kata Naura. Dirinya memang sengaja bertanya seperti itu untuk melihat apakah Rendra akan jujur atau tidak kepadanya.

"Dia Resti...katanya lagi nggak bisa tidur bund. Kita juga tadi cuma ngobrol bentar kok"

"Oh Resti sahabat ayah itu. Yaudah terusin aja gih ngobrolnya, kenapa pakek di matiin? Maaf kalau bunda ganggu" kata Naura yang kemudian memilih pergi dari hadapan Rendra tanpa memperdulikan suaminya yang terus memanggil dan berusaha menghentikanya. Saat ini dirinya merasa masih enggan untuk menanggapinya. Bukan karena apa, dirinya hanya takut jika tidur Jihan akan terganggu jika mendengar kebisingan mereka berdua yang mungkin akan timbul akibat kejadian barusan.

"Bund..."

"Yah, tidurlah atau keluar jika masih ingin mengobrol dengan sahabatmu itu. Lihat, ada Jihan yang tidur di kamar kita nanti dia bisa terbangun" kata Naura tegas begitu keduanya telah berada di kamar.

Tanpa berbasa basi lagi, wanita itupun segera naik ke atas kasur lantas memeluk tubuh putrinya. Meski kini dirinya tak lagi mengantuk Naura tetap memejamkan matanya karena tak ingin berkontak mata dengan Rendra yang kini menatapnya.

"Selamat tidur bund. Semoga mimpi indah" kata Rendra lirih dan tak lama kemudian benar-benar tertidur menyusul Naura dan putrinya, memilih untuk mengalah.

Biarlah dirinya akan bicarakan masalah ini besok saja karena tak mungkin juga memaksakan kehendak apalagi ada Jihan yang berada disini.
___________

Happy ready kesayangan aku semua....semoga menghibur kalian😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang