Bagian 3

606 26 0
                                    

Raina, wanita cantik yang saat ini menempuh pendidikan di jenjang perkuliahan di sebuah universitas ternama, tengah berkutat dengan buku di perpustakaan saat Laura sang sahabat dari semenjak bangku smp sampai sekarang menghampirinya. Dari mana Laura tau jika Raina di perpustakaan? Tentu jawabannya karena sebelumnya mereka telah berkabar lewat aplikasi hijau dan kebetulan Laura pun tengah ada urusan di sana.

"Oy asik bener dah melototin tuh buku"

"Elo Lau. Yaiya dong emangnya elo yang di pelototin cuma cogan doang tiap waktunya hmm"

"Elah, buat cuci mata kali Rain biar nggak sakit mata"

"Serah lo deh Lau. Dah pulang apa ganti MK lo?" tanya Raina

Raina dan Laura memang berbeda prodi meski masih satu kampus. Keduanya memang sepakat tidak ingin memaksakan kehendak satu sama lain. Yang penting bagi mereka adalah, mereka tetap berhubungan baik juga saling membantu, no cemburu-cemburu juga saat Raina atau Laura dekat dengan teman-temanya yang lain.

"Udah balik gue mah. Lo sendiri?"

"Gue masih ada MK nih tapi cuma sejam sih. Bentar lagi juga masuk. Lo sih baru bisa nyamperin gue pas jam segini"

"Ya mau gimana lagi orang jadwal kita bentrok mulu. yaudin sono masuk dulu lo. Gue juga mau nemuin buk Dea. Oh ya nanti gue tunggu di gedung fakultas sastra ya, pengen jalan-jalan nih gue Rain"

"Jalan-jalan kemana?"

"Kemana aja deh asal sama lo....kangen gue nih"

Begitulah Laura, yang selalu ingin persahabatan mereka tetap terjalin dan ingin selalu dekat meski tak tentu dalam seminggu mereka bisa menghabiskan waktu berdua karena jadwal kuliah yang berbeda dan lebih sering berbenturan. Raina sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Laura yang tetap selalu ada disaat dirinya butuh bantuan atau sedang dalam masalah.

"Ok gampang deh...gue juga udah lama nggak jalan-jalan gegara tugas negara yang menumpuk"

"Sabar aja kali Rain, gue juga banyak si tugas cuma ntar aja deh mepet deadline gue ngerjainnya hehe"

"Elo mah emang the power of deadline dari dulu Lau. Gue cabut dulu ya klok gitu" pamit Raina yang hanya di angguki oleh Laura.

Baiklah, sekarang memang waktunya Raina memulai kuliahnya yang hari ini jadwalnya memang padat. Lelah memang tapi bagaimanapun dirinya harus tetap semangat dalam kuliah nya karena ada orangtua yang menaruh harapan besar di pundaknya. Main-main boleh asal tau waktu dan tempatnya. Begitu prinsip Raina yang dirinya pegang teguh dari dulu sampai sekarang.

***

"bund, kenapa dari tadi ayah perhatiin diem aja?" tanya Rendra pada istrinya yang saat ini tengah rebahan di kamarnya.

Tadi saat melihat Naura memasuki kamar, Rendra memang segera menyusul istrinya karena wajah cantik Naura tampak terlipat. Seperti sedang kesal atau apalah. Dilihatnya mata cantik itu tengah bersiap untuk terpejam karena Naura telah memeluk guling, kebiasaanya sebelum tidur baik saat siang maupun malam. Ck padahal ada suami nganggur ini kenapa malah milih guling yang di peluk coba.

"Nggak papa" balas Naura cuek

"Beneran nggak papa?"

"iya, udah ih bunda mau tidur. Jangan lupa jemput Jihan nanti" balas Naura lagi yang kini malah tidur dengan posisi memunggungi Rendra. Nah loh salah kan dirinya.

Ini nih yang membuat bingung Rendra. Wanita itu kalau bilangnya tidak papa biasanya malah ada apa-apa. Menebak-nebak takut salah, ditanyain langsung juga salah. Argh kalau begini dirinya harus bagaimana pemirsa? benar-benar membuat frustasi kepala saja. Yasudah biarkan saja dulu sekarang istrinya beristirahat bobok syantik biar nanti dirinya tanya lagi. Karena jujur diamnya Naura membuat hatinya tak tenang.

"Yaudah iya nanti ayah jemput Jihan abis itu kita pulang" kata Rendra pada akhirnya yang hanya bisa mengalah saja dari pada perang dunia ketiga pecah kan.

Karena memang Rendra yang lelah setelah bekerja tadi, laki-laki itupun segera menyusul istrinya merebahkan diri di samping Naura menuju alam mimpi sambil memeluk pinggang ramping milik istrinya, guling yang paling nyaman menurutnya

***

Sementara di ruang tamu, mama Alya-mama Rendra masih asik berbincang dengan Resti sambil menikmati camilan yang terhidang di meja yang bersanding dengan dua jus mangga dingin. Kombinasi pas saat cuaca tengah terik seperti ini.

"Eh ma, tadi itu beneran istrinya mas Rendra?" tanya Resti tiba-tiba. Sedari dulu, dirinya memang terbiasa memanggil mama kepada Alya.

"Yaiyalah lah Res masak bohongan"

"Hehe, nggak gitu mah. Ternyata selera mas Rendra begitu ya"

"Maksudnya?"

"Ya coba mama lihat, pakaiannya tertutup gitu nggak seksi kayak Resti"

"Ya biarin ajalah yang penting rumah tangga mereka bahagia. Toh selama ini adem ayem aja mereka berdua"

"Emang mereka udah menikah berapa lama mah?"

"Em sekitar delapan tahun mungkin. Seinget mama satu tahun setengah setelah kamu ke amerika"

"Wah udah lama juga ya ma, tapi sayang mereka belum punya anak laki-laki"

"Memang kenapa?"

"Ya bukanya anak laki-laki yang kelak akan mewarisi perusahaan mah?"

"Hmm benar juga katamu Res"

Iya, memang benar yang dikatakan Resti. Rendra perlu memiliki seorang anak laki-laki untuk menjadi pewaris perusahaanya kelak. Namun memang untuk saat ini menantunya itu belum menunjukkan tanda-tanda akan memiliki momongan lagi.

"Ma, kok malah ngelamun"

"Ah enggak, nggak papa Res. Yaudah kamu lanjutin ngemilnya ya mama mau ke kamar mandi sebentar" pamit mama Alya yang beranjak dari duduknya.

"Ok ma, tenang aja nanti pas mama balik semua camilan ini pasti udah abis sama Resti"

"Dasar kamu, dari dulu masih aja suka ngemil" kata mama Alya geleng-geleng sebelum akhirnya benar-benar berlalu dari hadapan Resti

"Hmm kayaknya mama Alya mulai mikirin perkataannku barusan. Bagus deh biar aku bisa menggantikan posisi cewek murahan bin udik yang udah ngrebut mas Rendra dariku itu" gumam Resti menlanjutkan acara ngemilnya sambil tersenyum.

_________________

Author up lagi nih readers, cus di ramein...jangan nyampek lupa voment nya dong ya

Lop u all and happy reading😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang