Bagian 31

551 16 3
                                    

"Ughh..awhh pusing banget kepala gue" gumam Resti yang baru membuka matanya

Dirinya terbangun sebab sinar mentari pagi yang menghangatkan wajahnya. Wahh cuaca hari ini sepertinya sangat bagus.

"Eh, gue dimana ini?" lanjutnya kebingungan saat mengedarkan pandangan keseluruh ruangan namun dirinya tak mengenali tempat tersebut.

Ceklek

Pintu terbuka. Seorang wanita berparas manis dan memiliki lesung pipi masuk dengan membawa nampan makanan dan minuman.

"Eh, mbak Resti udah bangun. Nih saya bawain makanan buat mbak" kata Dea tersenyum sambil meletakkan nampan yang di bawanya ke atas nakas.

"Siapa?"

"Ah, saya Dea mbak. Karyawan pak Joy. Semalam mbak Resti mabuk berat jadi dia anterin mbak ke apartemenya"

"Jadi ini apartemen Joy? Dimana dia sekarang mbak?"

"Saya nggak tau mbak. Abis nganterin mbak Reati semalem, pak Joy langsung pergi dan nyuruh saya buat nemenin mbak"

"Oh iya. Ini supnya di makan dulu mbak mumpung masih anget biar pusingnya ilang" lanjutnya

"Makasih" kata Resti lirih

"Aa benar! Pak Joy juga bilang mobilnya mbak Resti udah ada di parkiran bawah"

"Oh iya mbak, sekali lagi makasih ya" kata Resti yang diangguki oleh Dea. Setelahnya, gadis manis itupun keluar kamar meninggalkan Resti yang menyantap sarapanya dengan nikmat.

Usai mandi dan berganti pakaian dengan dress selutut yang telah di siapkan oleh Dea, badan Resti terasa lebih segar dan bertenaga. Dirinya harus buru-buru pulang karena sedari tadi ponselnya terus berbunyi. Telephone dan pesan dari sang mama yang menanyakan keberadaanya. Tapi Resti sengaja tak mengangkat telephone tersebut karena mamanya pasti hanya akan mengomel karna dirinya belum juga pulang padahal harus ke kantor. Biarlah hari ini dirinya libur dulu. Ingin bersantai barang sehari.

Sampai dirumah, Resti yang baru turun dari mobil melihat mamanya tengah bersantai di halaman depan sambil membaca majalah di tanganya. Tak lupa, segelas teh yang sepertinya masih hangat juga beberapa potong gorengan turut menemani.

"Assalamualaikum ma" sapa Resti menyalimi tangan mamanya

"Waalaikumsalam, kok baru pulang sayang?"

"Iya ma, kepala Resti bangun tidur tadi pusing banget. Maaf kalau telephone sama pesan mama nggak resti respon. Ini aja Resti pengen istirahat dulu nggak ngantor"

"Yaudah, nanti mama bilangin ke papa kamu. Sana istirahat"

"Papa udah berangkat?"

"Belum, tuh masih di kamar. Katanya mau agak siangan berangkatnya"

Resti mengangguk lalu memasuki rumah. Belum juga dirinya sampai di kamarnya, sebuah suara berat dan tegas memanggilnya membuat Resti menghentikan langkahnya. Siapa lagi kalau bukan papanya.

"Duduklah, papa ingin bicara"

Menurut, Resti mengambil tempat duduk di samping papanya.

"Ada apa pa? Apa yang mau papa bicarain?"

"Res, sekarang umurmu sudah tidak muda lagi. Kapan kau akan menikah?" tanya papanya yang membuat Resti terkejut.

"Papa apa-apaan deh. Resti tu belum ingin menikah pa"

"Mau sampai kapan kamu begini. Atau jangan-jangan kau masih menunggu Rendra? Papa dengar dia sudah punya istri dan anak Resti"

"Paa.."

"Kalau dalam waktu dekat ini kamu tidak membawa calonmu kerumah, maka terpaksa papa akan menjodohkan kamu dengan anak kolega papa"

"Resti nggak suka ya kalau papa main jodoh-jodohin Resti"

"Makanya kamu itu buruan nikah Resti. Papa mama kamu itu sudah tidak muda lagi dan hanya kamu penerus papa. Selain itu papa juga sudah ingin menimang cucu"

"Kasih Resti waktu pa" kata Resti lirih

Papanya ini termasuk orang yang cukup keras kepala. Jadi mau berdebat seperti apapun pasti tidak akan ada habisnya jika tetap di ladeni. Daripada kepalanya semakin pusing lebih Resti mengalah saja untuk saat ini. Lagian, kenapa papanya ini aneh-aneh saja punya pikiran ingin menjodohkanya segala. Sampai kapanpun dirinya hanya ingin Rendra yang menjadi suaminya.

"Baiklah. Jika dalam dua atau tiga bulan kamu belum membawa calon kerumah ini maka keputusan papa sudah bulat untuk menjodohkanmu" kata Lana yang di angguki oleh Resti.

Di kamar, wanita itu melempar kesembarang arah tas slempang kecilnya yang berharga jutaan dan langsung merebahkan diri. Sudah pusing, ditambah pusing pula kepalanya sekarang karena memikirkan ucapan papanya tadi. Tak lama, mamanya datang menyusl ke kamar.

"Mama udah denger tadi pembicaraan kamu sama papa kamu" kata mama Reni

"Papa keterlaluan. Memangnya ini zaman siti nurbaya pakek acara jodoh-jodohan segala"

"Sayang, itu kan cuma rencana. Lagian kamu masih punya kesempatan bawa pacar kamu kerumah kok kalau nggak may di jodohin"

"Ya tapi tetep aja ma"

"Apa kamu benar-benar masih mengharapkan Rendra?"

"He'em" jawab Resti menganggukkan kepala

"Mama akan coba bantu kamu. Tapi ini untuk yang terakhir kalinya. Mama tidak ingin melihat kamu terluka lagi karena mengharapkanya. Gimana?"

"Iya ma, okey. Jadi mama punya Rencana?"

"Tentu" kata mama Reni membisikkan sesuatu ke telinga putrinya.

Sebuah senyuman langsung terbit dari bibir Resti bagai bunga yang merekah dengan indah saat mendengar perkataan mamanya. Ide dari mamanya itu cukup bagus dan layak untuk di coba.

"Ide bagus ma. Resti yakin rencana ini akan berhasil"

"Ingat, gunakan kesempatan itu sebaik mungkin besok. Kau mengerti?"

"Siap mamaku sayang"

"Yaudah kamu istirahat. Papa kamu udah ngizinin kamu nggak ngantor hari ini. Nanti mbok kesini anter sarapan buat kamu"

"Nggak usah ma, Resti mau rebahan aja. Tadi udah sarapan plus minum obat kok di apart"

Begitu mamanya keluar kamar, Resti meraih ponselnya yang ada di saku untuk mengirimkan pesan singkat pada Joy mengucapkan terimakasih karena semalam telah membantunya bahkan dirinya sampai menginap di apartemen laki-laki tersebut.

________________________

Jangan lupa kasih support kalian buat Relca ya readersku sayang

Stay tune and happy reading😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang