Bagian 15

433 18 1
                                    

Hari minggu pagi yang cerah. Seperti biasa Naura sudah sibuk berada di dapur untuk menyiapkan sarapan bagi suami dan putrinya hanya saja kali ini dirinya cukup santai tidak tergesa mengerjakanya seperti biasa karena Rendra dan Jihan yang tidak pergi kesekolah dan kantor karena hari libur. Bahkan putrinya itu ikut membantunya menata beberapa makanan di atas meja makan. Ah putri kecilnya kini sudah tumbuh begitu pintar dan perhatian sekarang, membuatnya terharu.

"Ayah kok rapi pagi-pagi begini? Ini kan hari minggu" tanya Naura heran begitu melihat Rendra turun dengan penampilan casualnya.

"Ayah mau ketemu sama klien bund, dadakan"

"Tapi inikan hari minggu yah. Ayah juga udah janji kan mau ajak Jihan ke pantai" Jihan langsung protes begitu mendengar perkataan ayahnya

"Maaf sayang, lain kali ya" kata Rendra

"Tapi Jihan pengen ke pantai sekarang yah"

"Sayang, ayah kan ada hal penting yang harus dikerjakan. Sebagai gantinya gimana kalau kita jalan-jalan? Terserah Jihan mau kemana" sambar Naura.

"Beneran ya bund"

"Iya sayang. Abis ini kita siap-siap dan langsung berangkat, oke" kata Naura yang di angguki oleh Jihan.

"Makasih ya bund udah bantuin bujuk Jihan" kata Rendra saat dirinya akan memasuki mobil.

"Itu bukan hal besar. Ayah hati-hati di jalan ya, jangan ngebut"

"Siap. Ayah berangkat dulu" pamit Rendra yang di angguki oleh Naura

"Bund yuk berangkat"

"Jadi...putri kesayangan bunda mau jalan-jalan kemana?"

"Ke mall! Jihan pengen beli sepatu sama mainan baru. Soalnya yang lama udah rusak"

"Yaudah yuk kita berangkat"

Sesampainya di mall, Naura membebaskan kemana saja putrinya itu hendak tuju dan apa saja yang ingin dibelinya. Dirinya, cukup jadi pengiringnya saja. Selain untuk menghibur Jihan, Naura juga Rendra memang sudah cukup lama tak mengajak putrinya itu jalan-jalan dan makan diluar.

"Mau keliling lagi?" tanya Naura. Pasalnya mereka telah berkeliling hampir seluruh mall. Barang yang ingin di cari Jihan pun semuanya sudah di dapatkan.

"Jihan pengen ke playground dulu boleh ya bund sebelum pulang"

"Oke solihahnya bunda" balas Naura mencubit gemas pipi tembem putrinya

"Bun, ayah! Itu ayah bund!" kata Jihan tiba-tiba saat mereka hendak melangkah.

"Mana?"

"Itu bund...ayo kita kesana" kata Jihan yang kali ini menunjuk kesebuah arah.

Dari jarak lumayan Jauh, Naura bisa melihat seorang laki-laki yang bersisian dengan seorang wanita cantik di bagian khusus baju-baju. Kedua orang itu, sudah tak asing lagi bagi Naura. Benar itu adalah suaminya Rendra juga Resti. Luruh sudah air mata Naura. Disini, tempat ini menjadi saksi bahwa Rendra telah berbohong kepadanya juga putri mereka soal bertemu klien yang katanya ada acara mendadak dan baru akan selesai siang nanti, tapi ini?. Suaminya itu kenyataanya malah asyik menemani sahabatnya yang seorang wanita ke mall.

"Teganya kau berbohong padaku dan Jihan yah...sebenarnya apa hubungan kalian berdua, mengapa kalian begitu tampak mesra jika hubungan kalian hanya sekedar sebagai sahabat?" batin Naura

"Bunda nangis? " tanya Jihan membuyarkan lamunannya. Naurapun cepat-cepat menghapus air matanya.

"Em...kepala bunda pusing. Kita istirahat sebentar sambil makan ice cream ya"

"Tapi itu ayah keburu pergi"

"Itu bukan ayah, mungkin Jihan salah lihat sayang. Tadi kan ayah bilangnya mau ketemu klien jadi tidak mungkin disini"

"Iya ya bund. Yaudah yuk kita makan ice cream di ujung sana bund"

*****

"Assalamualaikum...ayah pulang"

"Waalaikumsalam" jawab Naura singkat dan terkesan dingin

Mendapat jawaban seperti itu, tentu saja rendra paham jika istrinya tengah kesal atau bahkan marah. Kali ini, entah karena siapa dan karena apa mengingat dirinyapun baru saja sampai rumah. Keadaan itu juga semakin parah dengan Naura yang diam dan tampak menghindar saat Rendra ingin coba bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelas sudah ada yang tidak beres dengan istrinya sampai-sampai Naura mendiamkanya seperti ini

"Bund kenapa lagi sekarang? Perasaan ayah nggak buat salah kayaknya. Kenapa bunda tiba-tiba diemin ayah lagi? Jika ada masalah bicarain baik-baik dan bukan seperti ini caranya. Bunda sungguh kekanakan" kata Rendra sedikit keras karena sudah merasa kesana dengan sikap istrinya

"Kekanakan ayah bilang? Yah, siapa yang tidak akan marah jika seorang istri melihat dengan mata kepalanya sendiri suaminya asyik jalan-jalan di mall dengan wanita lain yang di akunya sebagai sahabatnya apalagi tampak mesra?"

Rendra terpaku dengan perkataan istrinya barusan. Tadi selepas bertemu dengan klien sebentar di salah satu kafe dirinya memang tak sengaja bertemu dengan Resti di toko kue yang tempatnya bersebelahan dengan cafe yang di datanginya hingga wanita itu meminta dan merengek untuk di temani jalan-jalan sebentar meski awalnya enggan karna Rendra selalu teringat dengan wanti-wanti yang diberikan oleh sang istri. Tapi, bagaimana mungkim Naura bisa tau jika dirinya tadi memang berjalan-jalan dengan Resti di mall? Apa jangan-jangan Naura dan Jihan tadi juga ada di mall yang sama denganya?.

"Bund..ayah, ayah bisa jelasin. Ayah nggak bohong soal bertemu klien tapi hanya sebentar karna tiba-tiba klien ayah ada urusan mendadak. Di toko kue samping kafe, ayah ketemu sama Resti terus......"

"Itu terserah ayah. Mau kalian bertemu dimanapun. Bunda capek ngadepin kalian yang katanya hanya sahabat tapi seperti pasangan"

"Bund, ayah sama Resti murni hanya sahabatan, nggak lebih. Ayah pun hanya mencintai bunda"

"Ayah bisa bilang begitu. Tapi apa ada jaminan jika mbak Resti tidak menaruh perasaan lebih untuk ayah? Bunda adalah wanita, jadi sedikit banyaknya pasti paham tentang perasaan sesama wanita" kata Naura yang sanggup membungkam Rendra. Sekalipun dirinya tak pernah memikirkan hal itu diantara persahabatan mereka selama ini.

__________________

Huwaa readers...di tempat Relca masih panas banget cuacanya sampai-sampai kipas angin dirumah nggak berenti😭😭😭...tempat kalian gimana?

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang