Bagian 6

413 20 0
                                    

"Sial, sial sial....Kenapa mas Rendra malah mesra gitu sih sama tuh cewek udik. Padahal kan tadi aja mas Rendra dah cuek bebek sama istrinya itu" Resti mengomel begitu dirinya sampai dirumahnya. Tentu, karena dirinya tidak mungkin berani melakukanya di rumah keluarga Rendra.

Mamanya yang bernama Reni yang tengah bersantai di depan televisi sambil menikmati cemilan di depanya pun segera menoleh karena mendengar putrinya yang datang-datang sudah mengomel tidak jelas. Wajahnya pun tampak di tekuk pertanda putrinya itu tengah kesal padahal setaunya putrinya itu bertandang kerumah sahabat lamanya yang sekaligus menjadi pujaan hatinya.

"Kamu itu kenapa, dateng-dateng kok malah ngomel-ngomel"

"Aku lagi kesel ma...masak mas Rendra mesra banget sama istrinya yang udik. Mana aku di cuekin lagi tadi"

"Rendra udah punya istri? Kenapa mama tidak mendapat kabar sama sekali" tanya mamanya yang mengkerutkan keningnya terkejut.

"Udah ma. Kata tante Alya, kita susah dihubungi. Dan mama tau istrinya itu kampungan banget...heran deh kenapa mas Rendra mau sama cewek kayak gitu. Padahal istrinya mas Rendra nggak ada apa-apanya dibanding sama aku"

Penjelasan Resti barusan, cukup membuat mamanya sangat paham karena Rendra, putra dari salah satu teman lamanya itu sungguh di kagumi oleh Resti sedari dulu. Dirinya tak menyangka pemuda itu kini telah menikah. Seketika rasa iba menelusup ke hati Reni melihat putrinya yang tampak kecewa. Bagaimana tidak, Resti rela meninggalkan pekerjaanya yang telah mapan di luar negeri dan kembali ke indonesia hanya untuk kembali bertemu dengan Rendra dengan harapan hubungan keduanya akan menjadi lebih dekat bahkan menjadi sepasang suami istri.

"Mereka udah lama menikah?"

"Udah, bahkan mas Rendra sekarang udah punya anak"

"Kalau begitu, gimana kalau besok bawa mama bertemu istrinya Rendra itu sayang" ucap sang mama tiba-tiba

"Buat apa ma?" tanya Resti bingung

"Udah, kamu nggak perlu tau"

"Yaudah besok kita ke rumah mamanya mas Rendra aja biar beliau yang menyuruh wanita itu datang"

"Kenapa kita nggak kerumahnya Rendra langsung?"

"Tadi aku belum sempet tanya di mana alamat rumah yang ditempati mas Rendra sama istrinya ma, mereka buru-buru pulang"

"Kamu nggak minta nomor Rendra?"

"Udah, tapi kayaknya nomor telephone rumah. Jadi nggak mood buat tanya-tanya sama mas Rendra"

"Yah, kalau begitu tak apa asal mama bisa bertemu dengan wanita itu" jawab Reni yang kemudian berlalu dari hadapan Resti, meninggalkan banyak pertanyaan di kepala gadis tersebut. Namun tak urung, melihat camilan yang ada di depanya membuat Resti tergoda dan memilih melahapnya untuk melupakan sejenak tentang masalah perasaannya yang saat ini tengah tak karuan.

***

Sampai di depan rumah, Rendra yang melihat istrinya kesulitan untuk menggendong putri mereka karena tertidur, berinisiatif untuk menggantikan Naura menggendong Jihan dan membawa gadis kecil tersebut ke kamarnya.

"Sini bun, biar ayah yang gendong Jihan"

"Makasih yah"

"Sama-sama sayang" kata Rendra yang kemudian mengecup sekilas dahi istrinya.

Sementara Naura, bergegas memasuki rumah. Menyalakan setiap lampu yang ada. Tak lupa dengan kamar putrinya yang segera ia bereskan secepatnya mungkin agar gadis kecilnya merasa nyaman saat tidur nanti.

"Yah kamar udah siap" panggil Naura pada suaminya yang masih menggendong sang putri. Bergegas Rendra meletakkan tubuh putri kecilnya yang tampak lelah ke peraduan.

"Bund nan....."

Kring....kring

Tiba-tiba saja telepon rumah berbunyi nyaring membuat Rendra harus menghentikan ucapannya karena dirinya harus mengangkat telfon tersebut yang tentunya telah mendapatkan izin dari sang istri. Tak di sangka yang menelephon rupanya adalah Resti. Ya, mereka berdua memang sempat saling bertukar nomor tadi sebelum Rendra memasuki kamar menyusul istrinya. Hanya saja, lelaki itu sengaja memberikan nomor telephone rumah agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari. Sebenarnya itupun ide dari sang mama yang terus memaksanya untuk menyimpan nomor wanita yang bergelar sebagai sahabatnya. Tapi itu dulu sebelum dirinya menikah dengan Naura.

"Mas, kenapa nomor telephone rumah yang kamu kasih ke aku!" protes wanita di seberang telephone

"Res, kamu tau kan aku udah punya istri dan anak. Nggak mungkin aku sembarangan kasih nomor ponselku kesembarang wanita"

"Tapi aku bukan orang asing atau wanita sembarangan mas. Kamu tega banget"

"Yaudah, aku minta maaf. Besok setelah aku izin dengan Naura kau akan langsung ku telephone"

"Tidak perlu, besok aku dan mama akan mampir kerumah tante Alya. Biar aku minta nomor ponselmu sekalian karena aku yakin istri mas nggak akan ngasih izin"

"Mau ngapain?" tanya Rendra dengan kening mengernyit

"Mama kangen katanya sama tante Alya"

"Owh"

"Kok owh doang sih mas?"

"Terus?"

"Ya apa kek, gimana kek. Emangnya mas Rendra nggak kangen sama aku? Nggak mau ketemuan berdua? Kita cuma bentar loh tadi ngobrolnya"

"Res, apa maksudmu? Tidak pantas jika kita bertemu hanya berdua"

"Terserah mas. Mas nyebelin sekarang!" kata Resti yang langsung menutup telephone nya.

Rendra hanya menggeleng saja dengan tingkah sahabatnya itu. Rupanya, sifat Resti tidak banyak berubah dari dulu sampai sekarang padahal mereka telah lama tidak bertemu yang dikiranya waktu akan membuatnya bersikap lebih dewasa.

"Astagfirullah, bunda...." kata Rendra terkejut karena istrinya telah berada di belakangnya namun Naura malah terkekeh melihat tingkah suaminya.

"Telephone dari siapa Yah?"

"Dari Resti bund, katanya besok mau kerumah mama lagi"

"Loh kenapa bilangnya sama kamu yah?"

"Entahlah"

"Terus kenapa sahabat ayah itu bisa dapet nomor telephone rumah kita?"

"Maaf bund, tadi mama maksa buat tukeran nomor cuma ayah nggak mau dan ayah kasih nomor telephone"

"Emang mama sama Resti deket banget ya yah?"

"Ya begitulah. Mungkin karena memang ayah sama Resti sahabatan udah lama jadi dia sama mama juga deket"

"Oh" kata Naura mengangggukan kepala tanda mengerti

"Daripada kita bahas Resti, lebih baik kita istirahat sekarang bund. Nanti pijitin ayah bentar ya bund" kata Rendra yang memang badannya sudah lelah dan pegal-pegal. Naura pun menyetujuinya karena melihat suaminya memang sudah tampak mengantuk.
___________________

Hay-hayy...makasih banyak-banyak buat para readers yang udah mampir di lapak akuu. Semoga kalian syuka sama ceritanya. Salam cinta buat kalian❤❤
Maaf ya kalok dah luamaaaa bgt Relca nggak lanjutin cerita ini karena satu dan lain hal🙏🙏 kuy ramein cantik cantik dan ganteng gantengnya author

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang